20. Sia-sia

1.8K 108 1
                                    

"Sederhana saja. Jika sesuai harapan maka tersenyumlah. Tetapi jika tidak sesuai harapan maka tetap tersenyumlah. Agar orang lain tak pernah tahu bahwa sejatinya kita memiliki luka yang mendalam"-PN

"Mencintai sendirian itu memang sakit tapi sekaligus menyenangkan. Karena didalamnya terdapat suatu hal menarik yang belum pernah kita temukan sebelumnya"-DS


-ARZARA-

Plak

"Seharusnya kamu bersyukur sudah saya kasih tempat tinggal!"

Air mata gadis itu pun mulai turun dan menerobos melewati pelupuk matanya.

"Anak kurang ajar! Gak tau diri!"

Cekrek

Pintu depan rumah pun terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya yang tersentak kaget melihatnya.

Rina menutup mulutnya, tak menyangka dengan apa yang terjadi.

"Mas? Kenapa kamu pukul Zara?" Ucap Rina yang masih tersentak kaget.

Susanto pun mengalihkan pandangannya pada Rina dengan wajah yang merah padam--menahan amarah.

"Kamu ajarkan dia bagaimana caranya bersikap sopan santun!"

"Iya tapi gak kaya gini Mas. Kasihan Zara"

"Jangan sok nasehatin saya! Saya gak butuh!"

"Mas, maafin Zara" Mohon Rina sambil memegang bahu Susanto.

Susanto pun segera menyingkirkan tangan Rina yang menempel di bahunya.

"Pilihannya cuma dua. Zara berubah dan mengikuti apa yang saya mau atau kalian angkat kaki dari rumah ini!"

Rina melotot tak percaya, "Mas, kenapa kamu melakukan ini pada kami? Kenapa kamu berubah?"

Susanto tersenyum miring, "Dasar bodoh. Kamu kira saya nikahkan kamu karena saya cinta? Cuihh! Itu hal yang mustahil!"

Rina pun menutup mulutnya--tak menyangka dengan apa yang diucapkan Susanto.

"Jika kalian tidak mau menuruti apa kata saya. Silahkan kalian pergi dari sini"

Rina mengerjapkan matanya dan berusaha menahan air matanya yang mulai menerobos.

Zara pun menghapus air matanya dan bangkit dengan sorotan mata yang tajam.

"Lebih baik sekarang kita pergi, Ma" Ajak Zara sambil menarik sebelah tangan Rina.

Rina menggeleng lemas sambil melepaskannya.

"Ma. Kita pergi aja dari sini!" Tekan Zara.

Lagi-lagi Rina menggeleng, "Maaf sayang, Mama gak bisa. Mama gak sanggup ngebiayain kehidupan kita nanti nya kalo kita pergi dari sini"

"Ma. Zara bisa cari pekerjaan buat menuhin kebutuhan kita. Jangan khawatir"

Rina menggeleng lagi, "Mana bisa. Kamu baru aja masuk SMA Zara. Mama pengen kamu fokus belajar aja"

"Tapi Ma--"

"Zara" Potong Rina sambil menggeleng.

Zara menatap manik mata Rina.

Rina menarik nafas sejenak lalu menghembuskannya kembali.

"Mama minta tolong. Jangan membantah lagi sama ayah. Turutin semua kemauan dia"

Susanto pun tersenyum kecil melihat percakapan antara seorang ibu dan anak tersebut.

Seketika air mata Zara menetes lagi.

ARZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang