6. Indah pada waktunya

2.7K 166 4
                                    

"Kamu tahu apa yang selalu tidak beres? Hatimu"-A

-ARZARA-

Dalam harapku dan inginku
kau ada di sana
di setiap langkahku dan mimpiku
kau ada di sana

Mungkin suatu saat nanti
kau dan aku bersama
berdua kita jalin kasih
dalam satu ikatan cinta

Oh Tuhan tolong
jaga dirinya di sana
aku disini kan menunggu
hingga diriku dan dirinya
indah pada waktunya

Oh Tuhan tolong
jaga dirinya di sana
aku disini kan menunggu
hingga diriku dan dirinya
indah pada waktunya

Lelaki beralis tebal itu sedang bernyanyi sambil memainkan gitarnya. Sesekali ia memejamkan kedua matanya. Menghayati lagu tersebut. Tak disangka terlihat senyuman miris yang terpancar dari bibirnya.

Ia pun terus melanjutkan nyanyiannya. Tiba-tiba saja, seorang gadis ikut larut bernyanyi dengannya.

Kaulah hasratku dan cintaku
kaulah segalanya
izinkan diriku bersamamu
karna sesungguhnya

Kurindukan dekapanmu
kujanjikan setia
berdua kita jalin kasih
dalam satu ikatan cinta

Oh Tuhan tolong
jaga dirinya disana
aku di sini kan menunggu
hingga diriku dan dirinya
indah pada waktunya

Mereka pun terus bernyanyi sampai lelaki tersebut memetikan gitarnya yang terakhir.

"Makasih" Sahut gadis itu sambil tersenyum.

Lelaki tersebut pun mengerutkan dahinya. "Untuk apa?"

"Lo kan yang ngasih seragam ini ke gue?" Sahut gadis itu lagi sambil menunjukkan seragam yang ia pakai.

Lelaki tersebut pun tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya.

"Gue Zara Nabila. Panggil aja Zara. Lo?" Sahutnya sambil mengulurkan tangannya--berkenalan.

Lelaki tersebut pun menerima uluran tangannya. "Devangga Saputra. Bebas panggil apa aja. Sayang juga boleh" Balasnya sambil terkekeh kecil.

"Ohiya.. kok lo bisa tau gue yang kasih?" Sambungnya lagi.

"Gue kan denger suara lo, saat lo ngasih seragam ini. Jadi, gue kenal suara lo saat lo nyanyi tadi" Zara pun menjeda kalimat nya sebentar, lalu berbicara kembali. "Gue juga sebenernya ke sini iseng-iseng mau nyanyi, eh ada lo ternyata"

Devan pun mengangguk mengerti. "Suara lo bagus"

"Lo juga"
"Ohiya, lo pasti tadi liat gue di--"

Lelaki itu pun memotong kalimat nya. "Iya. Maaf gue nggak nolongin lo saat itu juga"

"Gapapa, kok. Malah gue berterima kasih sama lo. Gue kira nggak akan ada orang yang nolongin gue"

Lagi-lagi lelaki tersebut tersenyum tipis. Lebih tepatnya tersenyum miris. Ternyata lo udah nggak inget lagi sama gue, Ra. Batinnya.

"Gue ke kelas duluan, ya" Devan pun menaruh gitarnya ditempat semula dan langsung pergi meninggalkan Zara tanpa melihatnya ataupun tersenyum tipis.

"Tadi baik, senyum-senyum. Sekarang tiba-tiba jadi jutek gitu. Aneh" Gumam Zara sambil melihat kepergian Devan.

***

Meskipun Zara sudah dibuat malu oleh Arsa tadi, ia tetap bersikap seperti biasanya. Mungkin ia hanya memendam amarahnya. Karena jika ia keluarkan, maka Arsa akan memberikan percikan cabai yang begitu pedas padanya. Dan ia juga tidak ingin menambah masalah.

Atau mungkin Zara 'terlalu' baik, makanya ia tidak membalas perbuatan Arsa. Maybe.

"Heh cupu! Sini lo" Tempas Arsa.

"Nama gue Zara, bukan cupu!" Timpal gadis itu.

Arsa pun tak peduli dengan ucapannya. "Gue laper" Sahutnya sambil memegang perutnya.

Zara pun mengerutkan dahinya, tak mengerti. "Terus apa hubungannya sama gue?"

"Aduh.. Lo bego apa tolol sih?! Bikinin gue nasi goreng sekarang!" Arsa pun berdecak kesal.

Zara pun hanya mengangguk sambil mendengus. Lalu, ia beranjak ke dapur sambil menghentak-hentakan kakinya.

Ya. Sekarang ia sedang berada dirumah Arsa. Cowok itu sering membawanya ke rumahnya. Menyuruhnya untuk membersihkan kamarnya dan membuatkannya makanan. Selain itu, mengerjakan semua pr nya dan hal-hal lainnya. Ia ingin melihat Zara terus kesusahan dan tidak memiliki ketenangan hidup sedikitpun.

Arsa merasa beruntung karena orang tuanya sibuk bekerja. Karena ia bisa menyuruh Zara sepuasnya dan sesuka hatinya. Jika ada orang tua nya, gadis itu malah selalu dilayani layaknya seorang ratu. Sedangkan anaknya--Arsa tidak diperhatikan sedikitpun. Seolah anak mereka itu Zara bukan Arsa.

Orang tuanya selalu bilang bahwa tamu adalah raja, tapi itu tidak dihiraukan oleh Arsa. Itulah salah satu penyebab Arsa ingin terus memperbudak Zara. Padahal yang jadi tamu bukan Zara saja.

"Nih nasi gorengnya" Zara pun menyodorkan sebuah piring berisi nasi goreng di meja makan, tepat didepan Arsa.

Arsa pun mulai mencicipinya. "Lo nggak ikhlas ya bikinin nya?"

"Ikhlas, kok"

"Ini buktinya nggak enak. Keasinan lagi. Lo ngebet nikah, ya?"

"Masa sih? Biasanya enggak tuh"

Zara pun mencoba mencicipi nasi goreng buatannya. Seketika ia mengerutkan dahinya. "Ini enak kok seperti biasanya"

"Lidah lo tuh yang kampungan, makanya dianggap enak"

"Yaudah sih, kalo lo nggak suka masak sendiri aja, sana!" Gadis itu berkata sambil membawa tasnya yang ia taruh di sofa. Lalu beranjak pergi menuju pintu depan.

"Eh lo mau kemana?" Teriak Arsa, namun tidak didengarkan olehnya.

"Balik sini!" Teriak cowok itu lagi.

"Kalo lo nggak balik lagi, gue bakal bilangin ke nyokap lo!"

Zara yang mendengar itu langsung memutar bola matanya malas dan membalikkan tubuhnya. "Apalagi yang gue kerjain? Semuanya kan udah selesai"

"Belom, sini lo!"

Ia pun menghampiri Arka malas-malasan. "Apalagi, sih?"

"Hmm.. pr gue udah dikerjain belom?"

Gadis itu pun berdecak kesal. "Semuanya udah selesai Arsa Anggara. Gue capek pengen pulang" keluhnya.

"Satu lagi"

"Apa?!"

"Nyanyiin gue satu lagu"

Arsa tahu bahwa suara Zara itu cukup bagus untuk memuaskan pendengarannya. Maka dari itu, terkadang ia memintanya untuk bernyanyi dihadapannya.

Zara pun tampak berpikir. "Lagu apa?"

"Gimana kalo Indah pada waktunya yang Rizky Febian itu. Lo tau, nggak?"

Gadis itu pun mengangguk kecil lalu tersenyum tipis mengingat lagu itu yang tadi ia nyanyikan bersama Devan.

"Cepet! Malah senyum-senyum sendiri. Dasar gila"

Mereka pun beranjak menuju halaman rumah Arsa.

Arsa pun mengambil gitar dan mulai memetikannya. Sedangkan Zara siap bernyanyi.

Seketika lelaki berhidung mancung itu pun tersenyum tipis melihat gadis itu. Sedetik kemudian ia sadar apa yang dilakukannya tadi dan langsung menggelengkan kepalanya cepat-cepat dengan memasang wajah so cool nya lagi. Untung saja Zara tidak melihatnya karena ia bernyanyi sambil memejamkan matanya, mendalami lagu tersebut.

ARZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang