"Perasaan itu kayak jelangkung. Datang tak dijemput, pulang tak diantar"-G
-ARZARA-
"Gue suka sama lo"
Empat kata itu sontak membuat mata Zara melotot--tak percaya. Kini, mereka telah duduk dikelas delapan. Sedangkan, Zara telah menyukai lelaki itu saat pandangan pertama. Tapi, ia tak berharap lebih pada Gara yang akan membalas perasaanya.
Tetapi, diluar dugaannya, ternyata Gara memiliki perasaan yang sama.
Zara pun menepuk kedua pipinya untuk memastikan apakah itu mimpi atau bukan. Sedangkan Gara yang melihatnya langsung terkekeh kecil.
"Lo nggak percaya, Za?"
"Eh. Nggak gitu. Aku... Aku aneh aja kenapa kamu bisa suka sama aku"
"Nggak ada yang aneh, Za. Perasaan itu kayak jelangkung. Datang tak dijemput, pulang tak diantar"
Zara pun tertawa mendengarnya. "Apaan sih kamu, Aneh!"
"Gue sayang sama lo, Za"
Seketika tawa Zara pun terhenti dan jantungnya terus berdetak dengan kencang.
"Kalo perasaan lo ke gue, gimana?" Tanya Gara.
Entah kenapa mulut Zara terasa kaku dan sulit sekali untuk mengeluarkan suara.
"Yaudah, mulai hari ini kita jadian"
Memori-memori yang telah dilupakan sekian lama oleh Zara pun terngiang-ngiang kembali dikepalanya saat melihat sosok lelaki yang saat ini ada dihadapannya. Gara Ardiwinata.
"Gue kangen sama lo, Za"
Zara hanya diam.
"Maafin gue, Za"
Zara masih diam.
"Gue nggak bermaksud untuk nyakitin lo"
Zara tetap diam.
Gara pun mendekat sampai menyisakan beberapa centi saja dengan Zara.
Karena saat ini hujan masih turun dengan deras. Tetesan air hujan dengan air mata Zara pun menyatu.
Gara tahu jelas bahwa saat ini gadis yang dulu ia miliki itu sedang menangis.
"Gue tau. Gue emang nggak pantes buat lo maafin, Za. Cowok brengsek, pengecut dan nggak tau diri ini sama sekali nggak pantes buat lo maafin"
"Tapi, gue nggak bisa bohongin perasaan gue, Za"
"Gue mohon. Gue cuma pengen jadi alasan lo tersenyum. Bukan alasan lo nangis kayak gini"
"Gue nggak suka lo nangis, Za. Apalagi itu karena gue"
"Please. Kasih senyuman lo itu ke gue lagi. Kayak dulu. Dan please, jadi Zara yang
dulu"Zara pun menarik napasnya lalu membuangnya. "Kenapa lo minta gue jadi Zara yang dulu? Sedangkan lo aja udah berubah. Bukan seperti Gara yang gue kenal"
Gara pun bungkam. Rasanya seperti ditusuk beribu-ribu pisau saat mendengar Zara menjawabnya.
"Lo yang sekarang itu bukan Gara yang gue kenal. Bahkan gue nggak yakin kalau lo benar-benar Gara yang gue kenal dulu"
"Lo yang berubah. Bukan gue!"
"Lo yang benar-benar berubah!"
"Gue nggak kenal sama lo!"
"Gue nggak tau siapa lo!
"Lo jahat!"
"Lo brengsek!"
"Lo selalu nyakitin perasaan gue!"
"Lo nggak pernah ngerti apa yang gue rasain!"
"GUE BENCI SAMA LO GARA!"
Teriakan gadis itu benar-benar membuat Gara bungkam. Berjuta-juta rasa bersalah kini menghantamnya.
Dan karena ini.
Gara jadi benci dengan dirinya sendiri.
Lelaki itu pun lebih mendekat dan langsung memeluk tubuh gadis mungil itu.
Zara pun terus memukul dada lelaki itu dalam pelukannya.
Rasa sakit akibat pukulannya, tak sebanding dengan rasa sakit yang selama ini gadis itu rasakan.
Meskipun Zara terus memukulnya tanpa henti, Gara masih tetap memeluknya.
Hingga beberapa menit kemudian pukulan gadis itu pun berhenti.
"Tolong. Maafin gue, Za. Dan tolong, kasih kesempatan kedua buat gue" Bisik Gara.
Zara tak menyahutnya. Ia masih diam sambil mengontrol segala emosi yang meluap didalam dirinya.
***
Seorang lelaki sedang melaju kencang membelah jalanan ibu kota menggunakan motornya dengan sebuah boneka yang menemaninya tanpa pelindung apapun untuk menghindari hujan yang deras.
Selain itu, ia merutuki dirinya sendiri yang bodoh. Karena sok-sok an ingin membeli boneka untuk gadis lain dengan meminta bantuan pacarnya sendiri. Padahal sebenarnya boneka itu akan ia berikan untuk pacarnya sendiri. Bukan gadis lain.
Entahlah gengsinya kebangetan.
Dan ia juga masih merutuki dirinya yang bodoh.
Kenapa juga ia ingin memberi boneka pada gadis itu? Toh ia kan tak suka.
Dan lebih bodohnya lagi.
Kenapa saat ini ia malah melajukan motornya ke rumah gadis itu? Dan pasti dengan membawa bonekanya.
Belum sampai didepan rumah gadisnya, ia langsung memberhentikan motornya. Sepasang matanya menyipit untuk melihat lebih jelas apa yang ia lihat.
Perlahan ia turun dari motornya dengan boneka yang kini ada digenggaman tangannya dengan mata yang masih fokus terarah kedepan.
Melihat pacarnya yang sedang bersama lelaki lain.
Bukan hanya bersama.
Tapi...
Berpelukan.
Tidak, tidak. Hanya lelaki itu yang memeluk Zara. Sedangkan Zara hanya diam mematung.
Tapi tak lama kemudian perlahan-lahan lengan gadis itu naik untuk membalas pelukannya. Dan tindakan Zara itu membuat Arsa tak berkutik.
Biasanya jika seorang lelaki yang mendekati gadisnya atau sekedar mengobrol pun ia langsung menarik dan membawa gadisnya pergi. Tapi, ini tidak sama sekali.
Ia juga membiarkan sekujur tubuhnya basah karena air hujan. Sedangkan boneka itu masih tetap terlindung dengan bungkusan plastik.
Entah kenapa perasaannya mulai aneh. Seperti sebuah sengatan yang mengenai dirinya tepat didadanya.
Dan rasanya...
Sakit.
Tetapi Arsa segera menepis perasaan aneh itu. Mana mungkin ia cemburu. Jelas-jelas ia tak menyukainya.
Seharusnya ia biasa saja melihatnya. Meskipun Zara itu pacarnya tapi ia sama sekali tidak memiliki perasaan pada gadis itu.
Arsa pun lagi-lagi merutuki kebodohannya yang hanya diam melihat pacarnya berpelukan dengan lelaki lain.
Ia pun mulai bergerak dan menaiki motornya. Lalu, berputar arah dengan boneka yang masih ada digenggamannya.
Tanpa berniat menghampiri gadis itu. Ia pun melajukan motornya.***
Jadi kasian bonekanya atau kasian Arsanya?
Tetep pantengin terus oke!
Jangan lupa tinggalin jejak!
Thankyou and see you!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZARA
Teen FictionZara Nabila. Gadis yang selalu diperbudak oleh seorang Most Wanted Boy di SMA Dartawinangsa. Namanya, Arsa Anggara. Lelaki kasar nan galak yang selalu ingin dituruti apa maunya. Termasuk meminta gadis itu untuk mau menjadi pacarnya. Dan dengan terpa...