29. Tentang siapa dan siapa

1.4K 91 10
                                    

"Minal aidzin wal faidzin
Mohon maaf lahir dan batin"

Happy reading..

●●●

"Kenyataan yang pahit lebih baik daripada kesemuan yang manis"-ZN.

"Mungkin memang benar. Kata 'kita' itu cuma sekedar kata yang tidak akan jadi nyata"-PN

-ARZARA-

"ARSA!"

"Yaampun, sayang. Kenapa muka kamu babak belur gini?" Ucap Linda panik dan langsung meraba-raba wajah putranya itu.

Arsa pun meringis, "Ada keperluan apa anda ke sini?"

Kedua mata wanita paruh baya itu pun sudah berkaca-kaca, dan tidak lama lagi air mata itu pun turun tanpa ampun.

"Mau apa?" Tanya Arsa lagi tanpa menatap wanita paruh baya itu.

"Kenapa sesulit itu buat dapat maaf dari kamu, Sa? Kamu ini anak mama, masa mama gak boleh menemui anaknya sendiri" Jawab Linda yang terus menatap putranya itu.

"Lihat, mama" Ucap Linda dengan tangan yang terulur menarik wajah Arsa perlahan agar mau menatap wajahnya.

Arsa pun terpaksa mau-mau saja karena kini kondisi tubuhnya sedang tidak baik dan berkali-kali ia meringis kesakitan.

"Kamu berantem lagi sama kakak kamu?"

Arsa tak menjawab.

"Kenapa berantem lagi?"

Arsa tak menjawab lagi namun pandangannya tetap menghadap wanita paruh baya itu.

"Jawab mama Arsa" Ucap Linda dengan pipi yang sudah basah.

"Anda saja tidak menjawab pertanyaan saya" Balas Arsa yang jelas membuat wanita yang telah melahirkan nya itu sesak.

Ya. Sesak.

Putranya itu bahkan tidak sekalipun memanggilnya 'Mama' lagi seperti dulu.

Seolah ia adalah orang lain yang Arsa tidak mau temui. Bahkan untuk menjawab saja itu seperti terpaksa.

"Arsa. Mama harus gimana? Mama udah minta maaf berkali-kali sama kamu. Kenapa masih gak mau maafin Mama? Kamu benci sama Mama?" Ucap Linda dengan isakan tangisnya.

Ini sulit bagi Arsa.

Amat sulit. Lelaki itu tidak ingin ada air mata yang jatuh dari kedua mata wanita yang telah melahirkannya. Apalagi air kata itu jatuh karenanya.

"Kasih Mama kesempatan Arsa. Mama janji akan jadi ibu yang baik buat kamu"

"Saya gak butuh janji" Jawab Arsa dengan pandangan yang sudah tidak lagi menghadap wanita paruh baya itu.

Ya. Karena Arsa tidak bisa melihat wanita itu menangis.

"Saya sudah memaafkan anda dari dulu. Jadi tidak usah capek-capek untuk minta maaf lagi. Sekarang sudah malam, sebaiknya anda pulang sebelum larut" Ucap Arsa lagi dengan nada yang dingin.

ARZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang