"Because everything in you is a wound"-PN.
"Bingung. Membedakan antara luka dan tawa. Karena sejatinya mereka sama. Yang berbeda hanyalah jika luka memberi warna kelabu, maka tawa akan memberi warna merah semu"-PN.
-ARZARA-
"Jangan terlalu berharap sama gue. Karena menyukai lo adalah hal yang gak mungkin. Dan gak akan pernah mungkin bagi gue"
Gadis bermata sayu itu hanya terdiam. Tanpa berniat mengeluarkan sepatah katapun.
"Sayang!" Panggil gadis lain dari belakang sambil melambaikan tangannya dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
Lelaki itu pun berbalik memberi kode pada gadis itu untuk menunggunya sebentar. Lalu ia pun membalikan pandangannya kembali pada gadis yang saat ini ada dihadapannya.
Hening.
"Pulang sendiri" Ucap lelaki tersebut dan langsung berbalik arah menghampiri gadis yang memanggilnya tadi.
Zara pun menunduk.
Tak lama, ada seseorang yang menepuk pelan pundaknya dari belakang.
"Gue anterin pulang"
***
"Wanita gak tau diri! Dasar jalang!"
Zara pun buru-buru turun dari motor Devan sambil mengucapkan terima kasih dan langsung berlari menuju pekarangan rumahnya.
Devan pun mengerutkan dahi--antara khawatir dan bingung.
"Pulang, Van!" Teriak Zara sambil berbalik sekilas pada lelaki itu.
Devan pun mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Ia pun terpaksa pulang. Tidak mungkin juga ia ikut campur dengan urusan keluarganya.
Yang ia tahu bahwa, Zara--gadis yang disukainya itu sedang dalam kondisi yang 'tidak baik-baik saja' tetapi selalu bertingkah seolah semuanya 'baik-baik saja'.
"Kebiasaan" Batin Devan. Tak lama, ia pun beranjak meninggalkan rumah gadis itu dengan rasa khawatir dan bingung.
Entah berapa banyak yang disembunyikan gadis itu. Yang jelas, Devan berharap bahwa ia bisa menjadi pendengar yang baik bagi gadis itu.
Sekalipun gadis itu tak pernah melihat kearahnya.
"Om!" Sentak Zara dengan tatapan yang tak biasa.
"Zara. Kamu gak boleh bentak-bentak gitu sama ayah kamu" Ucap Rina pelan.
Zara pun melepas pegangannya pada pundak Rina, "Zara gak habis pikir sama Mama. Dia jahat mah! Udah lukain Mama! Kenapa Mama masih belain dia?!"
Rina pun mengambil tangan kanan Zara lalu menggenggamnya.
"Zara. Udah ya? Mama ga kenapa-napa kok"
"Tuh dengar Mama kamu. Ingat, biaya hidup kamu dan Mama kamu saya yang tanggung. Kamu harus tau diri. Tanpa saya, kamu dan Mama kamu jadi gelandangan diluar sana" Ucap Susanto sambil tersenyum miring.
Zara pun membantu Rina untuk bangun. Memang Zara tak sempat lihat. Tetapi sudah pasti lelaki itu mendorong Ibunya hingga terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZARA
Novela JuvenilZara Nabila. Gadis yang selalu diperbudak oleh seorang Most Wanted Boy di SMA Dartawinangsa. Namanya, Arsa Anggara. Lelaki kasar nan galak yang selalu ingin dituruti apa maunya. Termasuk meminta gadis itu untuk mau menjadi pacarnya. Dan dengan terpa...