"Happy with me, don't be sad anymore"-A
-ARZARA-
"Ini alasan saya tidak menyukai anda"
Lelaki paruh baya itu pun mengangkat sebelah alisnya seolah berkata 'apa'.
"Jika ibu saya ada disini, anda seolah berlaku seperti malaikat. Namun, jika ibu saya tidak ada, anda berubah menjadi iblis. Bahkan lebih buruk dari itu"
"Jaga omongan kamu! Saya bisa lakukan apapun pada ibu kamu! Jangan berani macam-macam!"
"Seharusnya anda sadar dan tau diri, anda itu bukan siapa-siapa dikeluarga saya. Jika bukan karena ibu, saya tidak akan sudi mempunyai bapak tiri seperti anda"
"Apakah pantas seorang anak berbicara seperti itu kepada orang tuanya?! Apakah kamu tidak diajarkan tata krama dan sopan santun?!"
"Saya melakukan hal yang menurut saya benar dan saya akan berlaku sesuai dengan orang itu lakukan pada saya"
"Maaf, waktu saya tidak banyak untuk berbicara dengan anak jalang seperti kamu"
"Saya juga tidak mau menghabiskan waktu saya dengan seorang iblis"
Plakk
Sebuah tamparan keras mengenai pipi kanan gadis itu. Ia pun mengerjapkan matanya. Berusaha agar air bening itu tidak keluar dari pelupuk matanya.
"Dasar anak kurang ajar!"
"Jika bukan karena saya, kamu dan ibumu sudah menjadi gelandangan diluar sana!""Saya hanya tidak ingin hidup saya terganggu karena seorang iblis seperti anda!"
Plakk
Lagi-lagi Susanto melayangkan tangannya pada pipi kanan Zara tanpa rasa iba.
"Dasar anak nggak tau diri!"
"Awas aja. Jika kamu berani berbicara seperti itu lagi, lihatlah bagaimana keadaan ibumu nanti""Jangan pernah sedikitpun anda menyentuh ibu saya!"
"Bisa saja jika kamu menjadi anjing yang baik bukan sebaliknya"
"Dan bersikaplah sewajarnya, seperti seorang anak kepada Ayahnya"Setelah mengucapkan itu, Susanto keluar dari kamar Zara sambil menutup pintunya dengan kasar.
***
Pukul 14.37
Sejak saat kemarin malam ia bertengkar dengan Ayah tirinya, ia mengurung diri dikamarnya. Karena tak ingin melihat sosok yang ia sebut 'iblis' itu setidaknya seharian ini.
Untuk kali ini, ia hanya butuh pelukan dari seorang ibu. Namun, sayangnya Rina hanya pulang sebulan sekali. Karena sibuk bekerja, ia tak sempat jika harus pulang seminggu sekali. Apalagi membutuhkan ongkos yang tak sedikit untuk pulang-pergi dari Kalimantan ke Jakarta.
Bahkan, jika pulang pun wanita paruh baya itu hanya menginap sebentar dan paling lama lima hari. Tetapi, itu hanya sesekali, biasanya ia menginap hanya tiga hari.
Benda pipih yang Zara taruh di atas meja belajarnya pun berdering pertanda ada sebuah panggilan masuk.
"Apaan?"
"........."
"Mau apa?"
"........."
"Gue nggak mau!"
"........."
"Ish!!"
Ia pun mengakhiri panggilan tersebut dengan sepihak, lalu beranjak dari kasurnya dan segera bersiap-siap untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZARA
Teen FictionZara Nabila. Gadis yang selalu diperbudak oleh seorang Most Wanted Boy di SMA Dartawinangsa. Namanya, Arsa Anggara. Lelaki kasar nan galak yang selalu ingin dituruti apa maunya. Termasuk meminta gadis itu untuk mau menjadi pacarnya. Dan dengan terpa...