Ara p.o.v
Semalam masih terasa mimpi. Karena terang matahari sudah nembus masuk, aku pun terbangun. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah segar, aku memutuskan untuk turun kebawah untuk berenang. Terkejut, aku melihat ada dua sosok anak kecil yang posisinya membelakangi, tentunya bukan adik-adikku.
"Tsst.. Tstt.. Cha, sini deh." bisikku memanggil Kak Echa yang kebetulan lewat.
"Napa bu... Bisik-bisik aja." kata Kak Echa ketawa.
"Itu siapa? Ada dua anak kecil, yang pasti bukan adek gua." ujarku pelan menunjuk mereka yang sedang duduk di kursi tamu.
"Putra sama Aulia itu.. Kemaren bonyok lu suruh mereka dateng sini pagi. Gak tau suruh apaan. Bangunin dong, mereka, majikan ada 7 orang baru satu ekor doang ini satu yang bangun." bilang Kak Echa mencubit pipiku.
"Nyebelin kan emang. Biarin bonyok gua tidur dulu deh sejam lagi. Kasian pasti capek banget. Jadi itu anak dua gimana ya?" tanyaku bingung.
"Elah beb, ya lu ajak ngobrol kek apa kek, masa lu mau naik lagi." Kak Echa ngomong.
"Mau berenang gueee!!! Ish yaudah gua entertain mereka dulu." meletku ke Kak Echa.
"Putra, Aulia dari jam berapa kalian disini? Masuk aja, udah pada sarapan belom?" aku menemui anak-anak itu mengajaknya masuk rumah.
"Oh, iya kak.. Dari jam 7 kak, belom kak.." mereka bilang menjawab pertanyaanku.
"Oke, mau makan apa?" tanyaku lagi.
"Apa aja deh kak." jawab mereka singkat.
"Mba Maria, tolong bikinin roti peanut butter sama jelly ya buat mereka." aku meminta tolong.
"Siap kak, kakak mau apa?" ujar Mba Maria.
"Aku gak usah mba, nanti aja." aku bilang.
"Maaf ya semalem kakak ribet banget jadi gak ketemu kalian, tapi yang penting kan kalian udah ketemu sama bunda ama pipi." aku meminta maaf.
"Iya kak, gak papa.." senyum mereka.
Kita bertiga pun mengobrol sambil menunggu penghuni rumah lain bangun dari tidurnya. Aku belajar lebih dalam lagi tentang Putra dan Aulia. Menurutku, mereka adalah anak-anak yang baik.
"Putra, Aulia.. Maaf banget ya bunda lupa kalo kalian datengnya tuh pagi.." suara bunda terdengar.
"Mommyyy!!!" aku memeluk bunda yang berdiri sebelahku dari tempatku duduk.
"Adek, udah bangun? Numben... Putra ama Aulia udah dikasih makan? Adek kok gak bangunin bunda sama pipi?" bunda bilang.
"Udah bun, udah dikasih pb&j.. Aku gak bangunin soalnya semalem sampe pagi takut bunda sama pipi kecapean." jawabku.
"Kamu udah makan? Belom nih pasti, mau apa? Bunda siapin.. Lepas dulu dek.. Bundanya susah." kata bunda yang berusaha melepas pelukanku.
"Ih bunda, gak mau ya di peluk aku? Kok gitu sih bun? Ah bunda udah gak sayang adek lagi. Dipelok anaknya gak mau." candaku.
"Ya Allah dek.. Bunda kan mau siapin makanan buat yang lain.. Bukan gak mau dipeluk, sayangku.." kata bunda memeras pipiku karena gemas.
"Mah, aku mau berenang.. Udah lama gak berenang." aku berdiri untuk naik ganti baju berenang.
"Ehh gak ada gak ada, jangan berenang sekarang dek, masih pagi, dingin, nanti kamu malah masuk angin. Semalem kan tidurnya pagi, bangun juga pagi, lagi kurang tidur. Nanti aja sorean." bunda melarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HERMANSYAH A7
FanfictionCERITA INI MERUPAKAN KHAYALAN PENULIS TERINSIPRASI DARI KELUARGA THE HERMANSYAH A6. Adhara Andira Nur Hermansyah, akrab dipanggil Ara atau Dhara dengan keluarga dan teman-temannya, remaja yang berusia 17 tahun ini merupakan anak bungsu Anang Herman...