21

49 2 5
                                    

Ara p.0.v

"Thank you Pak Ito, nanti aku kabarin lagi ya jemput jam berapa." aku bilang ke Pak Ito ketika hendak turun ke sekolah.

"Iya dek, sama-sama. Hati-hati ya." senyum Pak Ito.

Masuklah aku ke dalam sekolah dan seolah masuk ke ruangan es, semua terasa dingin, ada ketegangan, dan banyak mata yang menatapku sinis.

Ah, mulai deh... Pengen banget hari ini bolos.

"Eh Ra, sini-sini!" kulihat Aisyah melambaikan tangannya.

"Hii!! Acara lu gokil banget sihhh!!! Pengen ngulang!! Hadiahnya out of the world lagi, mobil mercy s class yang paling baru jiiir.." ujar Reyna.

"Hahahaha party sih kerjaan bunda semua itu.. Nanti lah kalo ada acara-acara lagi kalian auto-invited." kataku yang diterima senang mereka.

"Terus terus? Cerita dong... Ngapain aja abis itu." bilang Dinda.

"Besoknya gua sama Kak Jiel bosen jadi barbecue an di rumah aja sih sama keluarga, sepupu." mulaiku.

"Oh terus bonyok gua decided untuk angkat dua anak. Satu cowo, satu cewek. Namanya Aulia sama Putra." lanjutku.

"Hah? Dang, terus kalian gimana?" tanya Aisyah serius.

"Kakak-kakak, adik-adik sih seneng.. Gua ya oke aja lah. I mean, ini kan not the first time mereka ngangkat anak. This one bakal beda sih, kayak kan anak kembar juga diangkat anak cuman masih ada orang tua nya sendiri. Kalo yang ini kan ada yang udah gak ada orang tua. Plannya sih kalo kata nyokap, mereka mau di sekolahin, masuk pesantren. Gak tinggal bareng sih, cuman nanti diurusin sama my parents gitu. Diajak jalan-jalan blablabla." aku menjelaskan.

"Oh.. bagus dong... helping people.. Btw, kita kelas dulu ya. Nanti pas istirahat ketemu lagi." ucap Reyna dan yang lain, kebetulan berbeda kelas denganku.

Sepeninggalan teman-temanku, aku memilih untuk diam dan mengecek ulang tugas pelajaran biologi yang akan dikumpul hari ini. Ada saja orang-orang yang tetap mengata-ngatai.

"Hai, permisi.. Aku boleh duduk sini?" terdengar suara laki-laki.

Dengan malas, aku hanya mengangguk.

"Dicuekin aja, aku Theo." tiba-tiba laki-laki itu menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Aku pun menaruh kertas yang sedang kupegang dan menoleh kearahnya, menerima salam tangannya.

"Aku Adhara." ku jawab singkat.

"Adhara? Lu yang dulu waktu TK sekolah di Young Bright Minds bukan?" ucap Theo.

"Lu, Theo? Yang dulu sukanya isengin gua terus?" aku tanya mulai mengingat sosok yang ada di sebelahku.

Wow.. beda banget dia sama Theo yang kuingat. Dulu sangat jail anaknya dan masih super chubby dan berkacamata. Sekarang sudah macho dan tidak berkacamata lagi. Gantengnya...

"Iya, bener. Sorry soal itu, masih kecil maklum.." cengirnya.

"Hahahaha santai.. Dari mana aja lu, gak nanggung-nanggung langsung sekolah sini." jawabku.

"Abis TK gua sekeluarga pindah ke London karena kerjaan bokap, baru balik dua minggu yang lalu dimasukkin ke sekolah sini." jelas Theo.

"Ohhh seru seru.. Semua kabarnya baik kan? Abis kelas, gua kenalin ke sahabat-sahabat sekalian temen-temen cowo gue ya biar lu gak dongo-dongo amat." aku tertawa.

"Haaaaiiii, kamu siapa?? Ganteng banget sihhhh... Sini yuuuuk, sama geng kitaaaa... Masa kamuuu mauu disini samaaa anaaakk yang keluarganya gak bener???" ujar Shinta merayu Theo.

THE HERMANSYAH A7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang