5

70 1 0
                                    

Ara p.o.v

Alarm pagi pun kudengar, aku langsung bangun untuk bersiap-siap untuk sekolah. Aku pun juga menyiapkan barang-barang yang harus kubawa dan tak lupa untuk mengambil handphoneku yang sedang di charge.

"Pagi.." aku menyapa semua.

"Kakak mau sarapan apa kak?" bunda yang sedang bolak-balik menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga dan juga tim.

"Aku ambil sendiri aja bun, bunda duduk makan." aku berdiri untuk mengambil pancake yang terhidang di meja juga buah-buahan.

"Ini buat bunda, bunda gak boleh gak makan." aku juga mengambil piring berisi makanan dan meletakkannya di meja untuk bunda.

Setelah makan, Arsy dan Arsya pun berangkat sekolah terlebih dahulu karena sekolah mereka sedikit lebih jauh.

"Bunda sama pipi ke Lumière dulu ya Jiel, Lala. Nanti hati-hati di jalan. Kak Jiel jangan ngebut, adeknya dijaga." pipi berkata sambil menepuk pundak Kak Jiel.

"Iya pi, bunda sama pipi hati-hati ya." Kak Jiel membalas.

Tak lama bunda dan pipi pergi, aku dan Kak Jiel pun masuk ke mobil dan menuju ke sekolah.

"Adek nanti kakak jemput jam 2:30 kan ya, nanti kakak telepon. Hati-hati dek, have a great day." kata kak Jiel memberhentikan mobil dan mencium kepalaku.

"Oke kak, makasih.. Kakak juga have a great day kuliahnya." aku membalas senyum.

Ketika aku hendak keluar terlihat ada berberapa wartawan yang sudah menunggu di dekat mobil untuk mewawancaraiku.

"Udah gak papa kak, aku langsung masuk kok." aku meyakinkan kak Jiel yang terlihat kesal sudah siap untuk menyuruh wartawan untuk pergj.

"Yaudah, adek masuk. Kakak tunggu disini sampe kamu masuk." Kak Jiel berkata matanya yang tak lepas menatap tajam wartawan itu.

Aku pun turun dan para wartawan menyodorkan mikrofon dan mengambil foto-foto. Aku pun juga melihat banyak kakak kelas dan teman-temanku yang ngeliatin aku. Sayangnya, inilah realita sekolahku. Kurang menyenangkan.

"Nanti ya, dibahas lagi.. Terima kasih semuanya." aku menolak mereka secara halus dan buru-buru masuk ke dalam sekolah.

Pelajaran pertama adalah business. Ya, aku mengambil pelajaran business karena aku banyak membantu kedua orang tua dan kakak-kakakku dengan bisnis keluarga dan aku pikir aku harus tau lebih dalam lagi tentang bisnis.

"Ara, lu abis dari Afrika seru amat anjirr..." ujar teman dekatku, Dinda.

"Hahaha iya sih seru, tapi kesana juga kan untuk kerjaan." aku tertawa.

"Haduh iyaaa deh, masih bocah aja udah sibuk aja luu." kata temanku satu lagi Reyna.

"Btw, itu tadi pagi ada wartawan depan sekolah, ada apa? Kok kayak lebih intense dari biasanya?" tanya Aisyah yang juga merupakan teman dekatku.

"Oh iya itu biasalah.." aku agak kurnag nyaman dengan kasus Kak Millen yang sedang panas ini.

"Iya ngerti, yaudah yuk udah mau waktu istirahat nih. Jajan!!!" teriak Dinda gembira. 

Aku dan teman-temanku pun turun ke kantin untuk membeli makanan. Setelah memilih makanan, aku langsung memasukkan kartu di mesin untuk membayar. Setelah menunggu teman-temanku, kita pun duduk. Ketika sedang duduk, ada berberapa 'teman' dan kakak kelas yang menghampiriku dan bisa dibilang membully.

"Pansos lu, pake bawa bawa wartawan." sindir salah satu dari mereka.

"Emang tuh, bukan siapa-siapa juga lu. Cuman karena nama keluarganya aja." kata teman dari mereka.

THE HERMANSYAH A7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang