24

43 1 0
                                    

Ara p.o.v

Hari ini merupakan hari puasa terakhir maka dari itu keluarga kami akan mengadakan acara buka puasa bersama dengan keluarga besar, tim, management dari perusahaan, management dari The Hermansyah Foundation, dan aku, Kak Loly, dan Kak Jiel mengajak pacar kami. Kak Jiel mengajak Kak Nia, Kak Loly mengajak Dave,
dan aku mengajak Theo.

"Ce, acaranya apa si?" aku tanya ke Cece Vindyka.

"Keluarga besar nonton dulu Aladdin, abis itu ke Magal buka puasa bareng team sama management." cece bilang.

"Aladdin? Aku baru nonton itu a few days ago. Kenapa Aladdin?" aku cemberut.

"Belom pada nonton terus banyak yang anak kecil." ujar cece menepuk pundakku.

"Kak, nonton Aladdin kita.." aku bilang ke Kak Loly dan Kak Jiel.

"Hah? Gak mau, film anak kecil... Even though live actionnya." ucap Kak Jiel yang disetujui Kak Loly.

"Kita misah nonton aja, boleh gak kira-kira? Kalau boleh, nonton Escape Room." usul Kak Loly.

"Tiket udah beli loh.. Nyari mati ama bunda lu pada." kata cece.

"Gak papa coba ajaaa.." aku bilang.

Kita bertiga mencari bunda yang sedang sibuk mengatur bingkisan yang nanti dibagikan ke tim dan management. Kira-kira ada 150 sampai 200 dari mereka.

"Bundaa...." aku panggil.

"Hemmm... mau apa?" kata bunda sambil merapikan bingkisan walaupun sudah banyak yang membantu.

"Aku sama Jiel sama Lala gak ikut nonton Aladdin ya bun. Kita nonton yang lain, anak-anak banget. Lala juga udah nonton." pinta Kak Loly.

"Gak, kan rame-rame kakak... Tujuannya ngumpul bareng malah mau misah. Jangan gitu, semua ikut nonton." bunda menolak permintaan kita bertiga.

"Kalian kalau mau nonton lagi abis acara selesai, boleh. Tapi harus ikut nonton rame-rame. If it makes you happier, ajak Dave, Nia, sama Theo nonton." lanjutnya.

"Fine..." Kak Loly menyerah dan meninggalkan ruangan bersama Kak Jiel.

"Masih banyak bunda?" aku melihat bunda yang mulai capek.

"Setengah lagi dek, itu disitu ada lagi yang harus diselesaiin." bunda berdiri setelah duduk sebentar.

"Bunda, udah. Banyak yang bantuin, bunda gak usah ribet. Liatin aja." aku khawatir bunda akan kecapean dan akhirnya sakit.

"Takut ada yang kurang-kurang, dek.." kata bunda.

"Gak akan." aku berusaha meyakinkan.

"Yang, piye toh, masih dasteran.. Ganti baju, yang!" pipi bilang.

"Gini, tolong yang gak ada kerjaan sekarang bantuin masukkin bingkisan ya.. Nanti Pak Haris, Pak Irwan, sama Pak Yosi pake 3 mobil untuk bawa bingkisan ke restorannya." kata aku mengambil alih.

"Misi!!!!" teriakan seorang anak laki-laki terdengar ketika aku sedang mengurus bingkisan.

Anak itu adalah Putra diikuti Aulia. Mereka datang dengan ekspresi gembira. Prediksiku, mereka juga akan menonton bersama.

"Hi Putra, Aulia." aku tersenyum.

"Kak Lala, udah siap, kita jalan ke restoran sekalian siap-siap ya." ujar Pak Haris.

"Oke, thank you semuanya. Kabarin aku kalau udah beres disana." aku ucapkan terima kasih.

Selesai berberes aku masuk ke kamar bunda untuk bersiap. Ketika aku masuk, bunda sedang dandan di depan kaca dan pipi yang lagi ngoceh karena menurutnya bunda ribet. Pemandangan yang sangat lucu. Memang orang tuaku ini seperti Tom and Jerry.

THE HERMANSYAH A7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang