Author's p.o.v
Bunda Ashanty, Pipi Anang, Kakak Aurel, Kakak Azriel, Arsy, dan Arsya sedang makan bersama di salah satu restoran di Turki selagi Adhara menemani oma dan yang lain berbelanja.
"Ara ditanyaiin mau apa, jawabnya kalo gak tau, gak mau. Bingung aku jadinya mau kasih kado apa." gerutu Kak Loly.
"Iya bunda juga tanya sama jawabnya. Tapi bunda sama pipi udah tau mau kasih apa." ujar bunda.
"Jiel juga bingung ngasih Ara apaan.. Gak kayak waktu kakak dulu, ditanya mau apaan, list nya langsung like belanja bulanan." tawa Kak Jiel.
"Bunda sama pipi beliin apa? Bagi ide dong.." kata Kak Loly.
"Surprise dong... Arsy sama adek beliin kado gak buat Kak Lala?" tanya pipi.
"Arsy gak punya uang untuk beliin kado buat kakak ayah, jadi Arsy sama adek bikinin painting buat Kak Lala. Terus Arsy juga bikinin gelang kembaran sama Arsy." Arsy memperlihatkan gelang yang dikenakannya.
"I'm sure kakak will love it..." kata Kakak Jiel.
"Mimi pasti dateng kan? Ara ngarep banget, sampe sampe tanggal pestanya ngikutin jadwal mimi." lanjut Kak Jiel.
"Bunda pastiin lagi nanti bilang ke mimi." jawab bunda.
"Nia sama Dave dateng kan?" tanya pipi.
"Iya dong.. Omg its gonna be so funn!!" Kak Loly bilang.
"Cari kadonya apa di Jakarta aja?" usul Kak Jiel.
"Disini juga bisa, kita abis ini susulin oma ke mall, kakak sama Jiel bisa cari kado disini. Tapi kalo mau cari di Jakarta juga boleh." ujar bunda.
"Wes yuk jalan." kata pipi membayar di kasir dan mereka pun pergi untuk menyusul Adhara dan keluarga yang lain.
Ara p.o.v
"Bang Indi! Ini bagus kan untuk pipi?" aku menunjukkan salah satu jam yang dipajang di sebuaj toko.
"Keren Ra! Ada warna greennya juga, pipi banget." Bang Indi setuju.
"Aku ke dalem ah, tanya berapa." aku bilang.
"Hi excuse me, can I take a look at the watch over there?" aku tanya pada orang yang bertugas.
Orang itu kemudian mengeluarkan jam yang aku tunjuk dari tempatnya.
"How much is this?" aku tanya lagi sambil memegang jam yang ingin kubeli.
"134,227 Lira, because this is limited edition. There is only 5 in the world with this green color and type." penjualnya menjelaskan.
"Ah, ok then.. I'll take it." aku bilang kepada penjualnya.
"Oh wow, ok.. I'll get it ready for you." ujar penjualnya terlihat agak terkejut.
Penjualnya kemudian menyiapkan jam selagi aku membayar, setelah selesai di toko itu aku dan Bang Indi ke toko lain untuk membungkus jam nya supaya tidak ketahuan pipi.
"Oma lagi di department store sana, kita susulin ya, La." kata Bang Indi.
"Okok, tapi aku mau beli snack dulu disituu." aku berlari ke salah satu stand makanan dan dikejar Bang Indi.
"Laper lagi? Ampun dek, baru makan kita loh.." tawanya.
"Hehehe." aku hanya tertawa kecil.
Kelar membeli snack, sambil makan sambil jalan, kita menyusul ke department store. Belom sampai, ternyata oma dan yang lain sudah keluar juga bersama bunda, pipi, kakak-kakak, dan adik-adik.
"Oma udah selesai? Baru mau disusulin kesana." ujarku.
"Iya udah selesai Ra.." senyum oma.
"Udah sore, kita coba ke tempat kayak underground gitu yuk, ada banyak dance bisa sekalian hangout makan malem." Bang Billy bilang.
"Ayo.." jawab semua serentak.
Restoran/tempat dansa yang terletak di underground ini sangat keren. Sehingga kita memutuskan untuk menghabiskan sisa hari disitu. Banyak tarian-tarian tradisional yang dibawakan. Bagian terbaik adalah penonton juga bisa ikut berpartisipasi. Ada satu show, pipi ditarik oleh performer nya, ditantang melakukan push up.
"Go pipi!!!" teriakku sambil nge-video.
"Gokil, bapak gue masih kuat!!" Kak Loly teriak.
Next, ada belly dancing. Gantian aku, Bang Indi, Bang Billy, Kak Loly, dan Kak Jiel yang ditarik ke depan untuk dansa bersama penari.
"Jiel!!!! Indi!!! Billy!! Kecee, ngedance sama cewek-cewek Turki!!" kudengar bunda lagi heboh.
"Hayolo kak, nanti Kak Nia marah loh.." candaku sambil menari.
"Bacot tau gak.." jawab kak Jiel.
"Acio sini acio!" aku memanggil Arsy.
Dalam sekejap, Arsy menjadi perhatian semua orang dengan gayanya yang lucu itu. Sedikit demi sedikit semuanya ikut berdansa dan bersenang-senang bersama.
Kafe ini buka 24 jam sehingga sampai selesai makan malam pun masih ramai. Perjalanan kita di Turki sudah lewat setengah jalan, dan aku sangat senang semua bisa berkumpul bersama keluarga ayah, khususnya.
Tiba-tiba aku dengar musik ulang tahun tradisi Turki berbunyi kencang, semua mulai bernyanyi, dan muncul pipi membawa kue ulang tahun diikuti bunda, kakak-kakak, adik-adik, dan aku dikelilingi oleh saudara-saudara yang lainnya.
"Happy birthday Adhara!!" ucap pipi seusai aku meniup lilin.
"Selamat ulang tahun Adhara, jadi anak yang baik, berbakti dan membanggakan orang tua, ya nak." sambut oma.
Aku sudah berumur 17. Sudah beranjak dewasa, di saat ini juga aku membuat komitmen untuk terus belajar menjadi orang yang lebih baik, menjadi wanita yang kuat, pekerja keras, membanggakan semua orang yang aku sayangi, dan yang terpenting, semakin dekat dengan Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HERMANSYAH A7
ФанфикCERITA INI MERUPAKAN KHAYALAN PENULIS TERINSIPRASI DARI KELUARGA THE HERMANSYAH A6. Adhara Andira Nur Hermansyah, akrab dipanggil Ara atau Dhara dengan keluarga dan teman-temannya, remaja yang berusia 17 tahun ini merupakan anak bungsu Anang Herman...