11

59 1 0
                                    

time skip 1,5 minggu

Ara p.o.v

Pagi ini adalah hari terakhir aku exam dan aku stres karena materi yang akan keluar banyak.

"Dek, udah dek belajarnya." pipi menutup laptopku.

"Pi, gak bisa pi.. Ini banyak banget." aku kesal.

"Jangan dipikirin dek, kamu pinter, pasti bisa." Kak Aurel bilang sambil memijit pundakku.

Aku melihat jam dan sudah waktunya untuk berangkat. Anehnya, khusus untuk ujian ini, akan diselenggarakan di sekolah yang berbeda, dan diperlakukan seperti ujian nasional. Entah alasannya apa.

"Aku pergi, doaiin ya semuanya." aku berberes bersiap untuk masuk mobil.

"Pasti bisa, anak pipi yang paling pinter kan kamu." pipi ketawa dan mencium keningku.

"Wah pipi parah!!! Goodluck adek!" kata Kak Aurel dan Kak Jiel serempak.

sesampainya di sekolah

"Pak Ito, kok banyak wartawan gini sih?" aku bingung melihat banyak wartawan.

"Pak Ito juga gak tau, dek. Coba ya Pak Ito masuk aja ke lapangan situ." Pak Ito terus menyetir masuk berpikir supaya aku bisa turun jauh dari wartawan.

Pemikiran kita berdua salah. Pata wartawan itu justru ikut masuk ke area sekolah.

"Loh, malah pada ikut." Pak Ito juga terdengar kesal.

"Pak Ito coba keluar ya dek usir mereka." lanjutnya.

"Tolong ya Pak Ito, aku gak mau keluar dulu. Lagi mau ujian, gak dandan, gak apa." aku bilang.

Usiran Pak Ito tidak mempan untuk para wartawan, malah mereka semakin penasaran. Aku juga gak ngerti kenapa mereka mengejar-mengejar aku, padahal gak ada apa-apa sepengetahuanku.

"Yaudah pak, aku keluar aja." aku bilang dibantu Pak Ito untuk membuka jalan.

"Adhara! Adhara!" semuanya memanggil.

Aku langsung masuk ke dalam dan masih saja diikutin. Aku jadi gak tenang untuk belajar, merasa tak enak dengan teman-teman yang juga jadi gak bisa belajar, guru-guru, dan yang terparah adalah banyak kakak kelas dan 'teman-teman' yang melihatku sinis.

"Gila, pada ngapain ngikutin lu disini." Dinda bilang.

"Tutupin gua dong.. Kesel deh, berapa lama lagi sih?" aku bilang dan ketiga temanku langsung menutupiku dari wartawan.

Aku dengar banyak bapak-ibu guru dan penjaga sekolah yang turun tangan untuk meminta mereka mundur tapi tidak ada yang mempan.

"Adhara nya dimana, kita mau lihat Adhara dulu." aku dengar satu wartawan berkata.

"Teman-teman media, tolong dong.. Udahan.. Ini kan aku di sekolah, gak enak, banyak orang juga." aku bilang memunculkan kepala sebentar.

Jujur, aku sudah mulai kesal. Bukan apa tapi ini suasana aku lagi sekolah, lagi mau ujian dan bukan hanya mengganggu aku, tapi mengganggu banyak orang.

"Eh, udah mau mulai tuh, masuk yuk." Reyna mendorongku masuk ke dalam kelas supaya gak terlihat wartawan.

Masih saja aju berpikir, ketika aku masuk kelas, mereka akan menyerah dan pergi, dan aku salah lagi. Malah mereka mengambil foto dan video aku sedanh ujian dari jendela luar. Aku beneran udah kesel dan marah. Tapi gak mungkin aku memarahi mereka, jadi aku diam saja. Tidak cukup mengambil foto dan video, mereka menggedor-gedor jendela, teriak-teriak untuk mendapat perhatian dariku.

THE HERMANSYAH A7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang