11 - Hana Juga Bisa Takut

4.1K 413 6
                                    

"Pengumuman ...."

"Cuma mau ngasih tau ke sekretaris OSIS ...."

"Sekret OSIS lagi kotor nih ...."

Pengumuman yang berasal dari pengeras suara itu pun sontak membuat seisi kelas tergelak. Adelio, cowok itu benar-benar sudah tidak waras semenjak menjadi ketua OSIS. Atau mungkin karena permusuhannya dengan putri dari guru matematika mereka, ia jadi nekat membuang urat malunya sendiri.

Mereka semua pun langsung memusatkan atensi pada Hana. Untuk siapa lagi isi pengumuman tersebut kalau bukan ditujukan pada sekretaris kelas mereka. Hana Adisty Permata. Cewek yang sudah resmi menyandang posisi sekretaris OSIS itu pun hanya bisa menutup wajahnya malu.

"Astaga, ini belum satu minggu!" Hana menjerit sambil membenamkan wajahnya ke atas meja.

Seandainya yang mendengar pengumuman konyol itu hanyalah teman kelasnya saja, mungkin ia tidak akan semalu ini. Namun beribu sayang, pengeras suara itu hampir terpasang di setiap ruangan yang ada di sekolah. Terkecuali ruang guru dan perpustakaan.

Haruskah ia menyembunyikan wajahnya di dalam pot mulai hari ini?

"Udah. Lo sabar aja, Han. Semuanya pasti ada hikmahnya," ujar Fely bijak. Tangannya menepuk-nepuk punggung Hana sambil tertawa jahil.

"Tambah pemes lo, Han. Dari julukan pembuka gerbang sekolah berubah jadi cleaning servis sekret OSIS." Deno menimpali dan disambut gelak tawa teman-teman lainnya.

"Jangan mengadi-ngadi lo semua. Yang ada, gue malah sakit perut nih!" balas Hana yang sudah memegang perutnya. Meringis seraya menjepit kedua pahanya. Rasanya seperti ingin buang air besar, tetapi Hana yakin sepenuhnya bahwa tidak akan ada yang keluar. Bukan sembelit. Ini memang biasa terjadi kalau dirinya dilanda stress berat.

"Lo mau boker?" tanya Fely, mendadak ia menghentikan tawanya. Melihat Hana yang kesakitan, ia jadi merasa khawatir. "Ayo, gue anterin ke wc."

Saat Fely meraih tangan Hana, cewek itu langsung menepisnya.

"Gue gak mau," tolaknya dengan wajah masam.

Fely mengernyit. "Lo sembelit, ya?"

"Anj--ugh." Hana tidak bisa mengumpat. Dia benar-benar tidak sanggup lagi.

"Fel, bantuin gue."

Seolah mengerti, Fely langsung menengadah. Hana membalasnya dengan senyuman aneh. "Apaan?"

"Katanya mau dibantu. Gue minta duit buat beli obat sembelit."

Gelak tawa kembali terndengar membuat Hana tambah kesal saja. Begitu pula perutnya yang semakin menjadi.

"Gue gak sembelit, bego. Bantuin gue ke sekret OSIS sekarang," pintanya.

"Eh, ngapain? Masa mau bersih-bersih. Kan lo lagi sakit," tutur Fely bingung. Hana memutar bola matanya. Entah dari mana ia menemukan teman yang lemot seperti ini.

"Udah, bantuin aja!"

Dengan langkah seribu, Fely segera memapah Hana menuju lantai dua. Lunglai, Hana mengabaikan suara tawa yang memang mengejeknya dari dalam kelas, namun telinganya terasa panas sekali.

"Sialan lo semua!" runtuk Hana sebelum akhirnya melangkah keluar kelas. Hening sesaat. Deno mengintip dari ambang pintu. Lalu ia menoleh pada teman-temannya.

"Kocak anak pak Suryahahahahha!"

Ikram dan yang lainnya seketika pecah. Seisi kelas semakin terpingkal-pingkal di sana. Memang beginilah Hana. Selalu terbully karena ayahnya yang seorang guru, namun seperti kata Fely.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang