09 - Mimpi?

4.2K 407 8
                                    

Tik tok tik tok

Jam terus berdetak hingga menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Hana baru saja merevisi semua program kerja organisasi otonom atau ortom yang jumlahnya ada enam. PMR, Pramuka, Mading, Paskib, SCO (Siswa Cinta Olahraga), dan SCMP (Siswa Cinta Mata Pelajaran). Itu semua sementara diprint oleh Hana.

"Ngantuk banget, hoam ...." Hana menguap, merasakan kantuk yang luar biasa.

Namun, ia tidak bisa tidur sebelum pekerjaannya selesai. Masih ada tujuh seksi bidang atau sekbid yang menunggunya untuk segera direvisi. Ada bidang keagamaan, sosial, jasmani, kewirausahaan, lingkungan atau SCL (Siswa Cinta Lingkungan), kesenian, dan keamanan dan tata tertib sekolah. Melihatnya saja, kedua bola mata cewek itu sudah perih dibuatnya.

Tiba-tiba pintu kamar Hana terbuka. Cewek itu menoleh dan mendapati Ragel yang masuk tanpa meminta izin darinya terlebih dahulu. Beberapa jam yang lalu, kakaknya itu sudah pulang bersama pak Surya. Katanya mereka tengah mengurus sesuatu. Entah mengurus apa, Hana tidak menanyakan detailnya.

"Biasain ngetuk pintu dong. Ini kamar gue bukan indoapril ya. Main nyelonong aja," protes Hana, menatap Ragel yang berjalan mendekati tempat tidurnya dan duduk di sana.

"Lo udah tau ini udah jam berapa? Hampir tengah malam, Dek. Mending lo tidur sekarang." Ragel memberi saran. Hana yang masih duduk di meja belajarnya pun tanpa sadar menguap lagi. Sudut matanya sedikit mengeluarkan air mata.

"Gak bisa, Kak. Ini kerjaan gue belom kelar. Gue gak mau kena denda sama ketos bermata sembilan itu."

Ragel terkekeh. "Banyak amat matanya."

Hana memutar bola matanya malas, lantas kembali menatap laptopnya. "Kalo lo datang ke sini cuma mau ganggu gue, lebih baik lo pulang ke habitat asli lo, Kak. Gue lagi gak mood ladenin guyonan basi lo," cibirnya tanpa mengalihkan atensi dari laptop.

Ragel tersenyum. Adik perempuannya ini memang terkadang kasar padanya. Walaupun begitu, ia tetap menyayanginya. Bahkan ia juga senang menjahilinya.

"Yang mulia Ragel!" pekik Hana saat kakaknya itu tiba-tiba mengambil laptopnya.

"Biar kakak aja yang selesaiin. Lo boleh tidur sekarang," ujar Ragel yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Tapi, Kak ...."

Bukannya Hana tidak senang dibantu oleh kakaknya, namun ia merasa tidak enak saja kalau merepotkannya. Juga takut kalau Ragel sampai bangun terlambat dan diomeli oleh atasannya di tempat kerja karena hal ini.

"Gak apa-apa kok. Kebetulan besok gue izin libur juga."

Kedua sudut bibir Hana langsung mengembang, merasa senang. "Yang bener?!"

"Iya, Bunga."

Senyuman Hana kontan menghilang. Mendengar Ragel yang memanggilnya dengan nama Bunga, membuat Hana mengernyit tidak suka.

"Makasih loh, Yang Mulia Ragel."

"Bunga, bisa berenti manggil gue 'Yang Mulia Ragel' gak?" pinta Ragel.

"Berenti manggil gue Bunga juga!"

"Itu kan arti nama lo. Gimana sih."

"Ta--" Hana menghentikan kalimatnya. Kepalanya tiba-tiba terasa seperti dihantam benda keras. Dia meringis. Sakit.

Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Ragel, entahlah. Dia seperti pernah mendengarnya. Familiar rasanya, namun ia tidak bisa ingat.

"Dek?" panggil Ragel sambil memerhatikan adiknya yang sudah memegang kepalanya di sana. Pusing. Dia juga bisa melihat keringat yang muncul di dahi Hana.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang