"Wa'alaikumsalam."
Sambutan berupa sindiran dari sang ayah pun sukses membuat Hana yang baru saja masuk ke dalam rumah jadi terkekeh pelan.
"Assalamu'alaikum, Bapak."
Pak Surya tampak tersenyum tipis mendengarnya, sementara Hana mencium punggung tangannya di sana.
"Bapak, abang di mana ya?" tanya Hana yang sudah duduk di sofa, sebelah pak Surya.
"Abang lagi keluar kota," jawab pak Surya terdengar kalem.
"Pulangnya kapan?"
"Sabtu."
"Hm, lama. Kalau gitu Hana mau ganti baju dulu."
Saat Hana hendak bangkit dari sofa, pak Surya memanggilnya.
"Hana."
Hana jadi menoleh. "Iya, Pak?"
"Kalau kamu ada masalah, bapak ada di sini," ucap pak Surya menawarkan diri. Mengingat kalau ada masalah apa-apa, pasti putrinya ini selalu lari ke Ragel dan bukan ke dirinya.
"Enggak ada kok," kata Hana dengan seulas senyuman. "Hana ke kamar dulu."
Setelah mendapat anggukan dari ayahnya, Hana pun melenggang masuk ke kamarnya. Masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.
Piyama berlengan panjang pun sudah melekat di tubuh Hana, lantas ia melangkah ke tempat tidur dan meraih hpnya. Kemudian menghubungi satu nomor di sana.
Begitu panggilannya diterima, Hana pun menyapa dengan ramah. "Halo, abang."
"Halo, sayangku. Ini abang masih di perjalanan, tapi lo udah kangen aja? Ya, ampun jadi terharu."
Mendengar celetukan Ragel, Hana jadi memutar bola matanya malas. "Gak usah sok-sok dapat telpon dari pacar deh. Dasar jomlo!"
"Hm? Jangan bercanda, gue mana bisa pulang sekarang pacar cantikku."
Tuh kan. Kakaknya ini memang suka berhalusinasi. Apalagi kalau di dekatnya ada rekan-rekan kerjanya. Sudah dapat Hana pastikan, dia akan menjadi bagian skenario seorang Ragel. Bahkan kalau Hana ingat-ingat, dulu kakaknya ini pernah menyeretnya ke sebuah acara makan malam dan malah memperkenalkannya sebagai pasangan. Memang tidak punya malu.
"Udah puas ngehalunya?" tanya Hana setengah mencibir. Kemudian langsung mendengkus saat mendengar gelak tawa Ragel dari balik sana.
"Bang, elo ada simpan buku gue gak? Yang cover hitam tulisannya death note itu," kata Hana. Terus terang menyampaikan maksud awalnya menelpon dan mencoba bersabar dengan sikap kakaknya ini.
Ragel tiba-tiba terdiam. Hampir dua menit, membuat Hana jadi mengernyit bingung. Walau berikutnya, laki-laki itu tampak tersenyum tipis dari balik sana.
"Geledah kamar gue."
Perintah itu membuat Hana mendecak. "Bisa langsung kasih tahu tempatnya aja gak?"
"Orang kalau mau mendapatkan sesuatu, ya harus ada action dong. Hahahahaha."
Hana mengumpat saja mendengar tawa menyebalkan dari kakaknya itu. Kemudian segera memutuskan panggilan dan mulai berjalan ke kamar Ragel yang ada di sebelah kamarnya.
✏✏✏
Setelah mencari-cari di mana buku itu berada, akhirnya Hana mendudukkan diri di sisi tempat tidur Ragel. Tentu saja bersama buku bercover hitam itu. Seperti yang kakaknya perintahkan, Hana bahkan butuh lebih banyak waktu untuk menggeledah seisi kamar Ragel sampai ia menemukannya di dalam laci yang ada di lemari kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]
Novela Juvenil♡♡♡ Rival, tapi kok jadi begini .... Sudah jadi rahasia umum di SMA Unggulan Bumi Khatulistiwa bahwa Hana Adisty Permata selalu memusuhi Adelio Bintang Antares. Alasannya cukup sederhana, karena Adelio lebih unggul akademik dibandingkan dirinya, jug...