41 - Pengakuan (END)

5.6K 319 89
                                    

"Hana!"

Mendengar namanya dipanggil, Hana jadi menoleh ke sumber suara. Ismi, temannya itu baru masuk ke lapangan in door sambil melambai-lambai padanya. Hana pun membalasnya dengan lambaian juga saat gadis berambut sebahu itu menaiki tangga menuju bangku penonton, di mana dirinya yang tengah duduk di deretan pertama bersama Fely di sebelahnya.

Seperti yang telah disepakati oleh ortom SCO (Siswa Cinta Olahraga) beberapa minggu ini, akhirnya pertandingan persahabatan antara tim volly dari SMA Unggulan Bumi Khatulistiwa dilaksanakan setelah sekolah usai. Sebenarnya bukan hanya olahraga volly saja, tetapi hampir semua cabang olahraga yang ada di SMA Unggulan Bumi Khatulistiwa, pun diikutsertakan dalam pertandingan persahabatannya dengan SMA Sparkle.

"Kirain lo mau balik, Ismi?" tanya Hana heran. Gadis itu agak menutup telinga karena suara riuh yang berasal dari bangku belakang. Lebih tepatnya pada rombongan SMA yang akan akan menjadi lawan mereka.

"Rencananya sih gitu, tapi gue mikir. Dari pada melarikan diri lagi, lebih baik gue lurusin dulu kesalahpahaman antara Rey sama Fide kemarin. Gue gak mau jadi biang kerok lagi," kata Ismi jujur.

Hana tersenyum tipis di sebelahnya. Dalam hati mulai kagum pada teman SMP-nya ini. Sekarang ia percaya bahwa masalah yang terjadi dalam hidup seseorang itu merupakan satu jalan menuju pendewasaan diri. Menurut Hana, itulah yang terjadi pada temannya ini.

"Ismi yang gue kenal udah banyak berubah, ya?" Hana menyindir halus.

"Maksu--bentar dulu," ucap Ismi yang langsung meralat karena merasa heran. Dia menatap Hana, lalu melebarkan mata.

"Han, are you memory ...?" tanya Ismi sambil menunjuk kecil wajah teman SMP-nya itu tidak percaya.

Hana tertawa kecil saja melihat reaksi Ismi. "Yang lo pikirin udah benar kok," ucap Hana. "Thanks, ya. Berkat lo, gue bisa ingat semuanya lagi."

Ismi mengerutkan alis. "Kok ... gue?"

Jelas Ismi terlihat kebingungan, mengingat kemarin dirinya tidak melakukan apa-apa pada Hana. Mereka hanya bicara empat mata di atap sekolah, lalu bagian mana yang membuat gadis ini ingat semuanya? Dia tidak mengerti.

"Tuh, kan? Bahkan Ismi juga bingung sama penyakit aneh lo," sosor Fely yang tiba-tiba angkat bicara setelah menyimak pembicaraan keduanya.

"Gue juga gak paham sih. Kemarin gue langsung diajak sama Bapak buat periksa ke dokter pas gue bilang kalau ingatan gue udah balik," balas Hana sembari melirik ke sisi lapangan yang belum ada tanda-tanda kehadiran tim volly. Mungkin mereka masih berganti pakaian.

"Trus dokter bilang apa, Han?" tanya Ismi, membuat Hana beralih padanya.

"Ya, itu. Katanya, memang ada keanehan waktu itu. Soalnya kecelakaan yang nimpa gue gak mencederai otak. Akhirnya dia diagnosis gue kena amnesia disosiatif. Ada alasan kenapa otak gue berusaha buat nahan ingatan itu biar gak balik lagi. Kayak bikin gue stress gitu," jelas Hana serius.

"Otak lo kebanyakan rumus sih, makanya stress."

Celetukan Fely pun membuat Hana menoyor dahinya pelan. "Orang yang lo bilang kebanyakan rumus ini adalah sumber jawaban lo pas ulangan, Fel."

Fely terkekeh pelan. "Kan prinsip berbagi itu indah, sayang."

Hana memutar bola matanya, malas menanggapi. Ismi pun tertawa melihatnya, walau berikutnya senyuman itu menghilang dan digantikan helaan napas yang begitu berat.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang