26 - Pita Merah

2.9K 301 17
                                    

Bel istrahat pertama berbunyi, membuat guru mata pelajaran kimia itu segera mengakhiri pembelajaran dan mengemasi bukunya. Begitu ia berlalu, seisi kelas 11 MIPA 2 pun langsung berhamburan keluar menuju kantin untuk mengisi perut. Beberapa di antara mereka ada yang menghampiri loker di barisan belakang kelas, mengambil pakaian olahraga karena pelajaran berikutnya adalah penjaskes.

"Fel, gue ke wc duluan ya. Udah diujung," ujar Hana yang baru saja mengunci loker miliknya, lalu melangkah cepat sambil menyampirkan pakaian olahraga di bahu, meninggalkan Fely yang masih sibuk mengambil pakaian olahraganya.

"ADELIO, PASANGAN LO NYARIIN NEH."

Mendengar teriakan Deno dari depan kelas, Hana menghentikan langkahnya di ambang pintu satunya--di barisan paling belakang. Menoleh dengan garis wajah yang perlahan memudar, menatap datar pada Adelio yang sudah melangkah mendekati gadis berambut dikepang satu itu. Menerawang pemuda itu dari sana dengan tatapan tidak terbaca.

Sekilas, Hana bisa melihat senyuman malu Adelio pada wakil ketua OSISnya itu. Harusnya Hana merasa biasa-biasa saja, tapi entah mengapa dadanya seolah tertusuk ribuan benda tajam saat ia mendapati Delima yang mendadak merangkul Adelio sambil tertawa jenaka di sana. Kemudian menyeret cowok itu pergi hingga Adelio tidak bisa berkutik dan terseok begitu saja.

Membuat Hana yang melihatnya jadi mengeraskan rahang dan melengos tidak peduli. Walau sebenarnya ia sedang berusaha keras agar matanya yang memanas tidak sampai menjatuhkan air mata.

"Sakitnya tuh di sini, di dalam hatikuh."

Hana melirik saat mendengar sindiran itu. Fely, gadis berambut bob itu sudah berdiri di sebelahnya sambil menyanyikan penggalan lagu Cita-Citata yang berjudul sakitnya tuh di sini dengan dramatis.

Kemudian Fely menempelkan kedua ujung jadi telunjuk dan ibu jari, membentuk love. Lalu memisahkan kedua ujungnya seolah patah menjadi dua sambil menyunggingkan senyuman, tapi ke bawah. Jelas sekali kalau sahabatnya ini sedang mengolok-olok dirinya.

"Potek banget ya, Han?" kata Fely dengan suara sedih yang dibuat-buat. "Padahal udah bikin baper--"

"SIAPA YANG BAPER SIAPA!" pekik Hana tidak santai dan membuat teman-teman lain yang berada di teras kelas jadi menoleh, memandangi Hana yang keluar kelas dengan wajah menekuk diikuti oleh Fely yang terkekeh di belakangnya.

Tapi mereka tidak terlalu menanggapi. Mengingat bagaimana kepribadian anak guru satu itu yang selalu meledak-ledak, tidak bisa mengontrol intonasi suaranya. Pokoknya sudah biasa menurut mereka kalau gadis itu teriak.

Di lain tempat, cowok berkacamata dan berambut dikepang itu baru saja menyebrang ke gedung utama lantai dua. Berjalan di koridornya dengan Adelio yang berkali-kali menahan senyum karena sedari tadi Delima menggodanya terus.

"Uhuy yang didatengin doi ke rumahnya. Ckckck, gak ada adegan lebih uhuk gitu?" celetuk gadis itu sambil menggerak-gerakkan alisnya naik turun.

Adelio yang tadinya mengusap tengkuk akibat salah tingkah, jadi membelalak tidak percaya. Paham betul dengan maksud gadis di sebelahnya ini.

"Ngomong gitu lagi, gue pecat lo jadi mamah gue," ancamnya sambil membuka pintu sekret OSIS. Jujur saja, Adelio cukup terkejut karena wakilnya ini ternyata punya pikiran se.be.ja.d itu. Membuat Delima jadi terkekeh.

"Gak ada pengaruhnya. Toh, anak gue masih banyak kok," kata Delima yang mengikuti Adelio dari belakang. "Umpanya tuh kayak pohon pisang, mati satu tumbuh dua juta."

Adelio mengernyit. Merasa ada yang salah dengan kalimat si waketos cantik itu, namun ia memilih tidak melanjutkan. Tangannya meraih proposal yang dibuat oleh sekbid kewirausahaan di atas mejanya. Hendak membaca isinya karena kemarin tidak sempat mengikuti rapat--masih suasana galau akibat putus cinta--sehingga Delima yang harus menggantikannya.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang