EPILOG

5K 272 30
                                    

"ADELIO!!"

"OPER, OPER!!"

"LIO, SMASH!!"

"MASUK YEY!!"

Sorakan riuh dari bangku penonton, terkhusus di area suporter SMA Unggulan Bumi Khatulistiwa menjadi penutup dari pertandingan persahabatan dengan SMA Sparkle kala itu. Suara peluit dan papan skor yang berubah menjadi angka 25 membuat Adelio tersenyum semringah, lantas mengalihkan atensi pada gadis yang sejak tadi meneriakkan namanya di bangku penonton.

Hana pun tersenyum tipis membalasnya. Kemudian saat kedua tim volly usai saling berjabat tangan di lapangan, gadis itu segera turun untuk menghampiri Adelio yang juga sama-sama menuju ke arahnya.

Keduanya berhenti di pinggir lapangan volly. Suara sumbang milik Vino terdengar menyoraki dari atas sana, namun tidak digubris oleh dua remaja ini. Seakan tenggelam dalam dunia sendiri, Adelio terus saja memandangi wajah gadis yang disukainya ini. Begitu pula Hana, tanpa sadar senyumannya semakin merekah.

"Mm ... jadi ini gimana?" tanya Adelio akhirnya.

"Apanya?" tanya Hana dengan raut polos. Bukannya tidak paham, ia hanya ingin menjahili pemuda di depannya ini.

Respon Hana pun membuat Adelio mengerjap-ngerjap. Menggaruk tengkuknya, salah tingkah sendiri karena berpikir bahwa akan berpacaran dengan gadis ini setelah tadi mendapat pengakuan darinya.

"Hm? Enggak ada kok." Adelio segera berkilah sambil menoleh ke sisi lain, membuat Hana tersenyum geli melihatnya.

"Papa lo datangnya jam berapa?" tanya Hana lagi.

"Volly selesai lebih awal, jadi mungkin Papa masih dalam perjalanan. Kena-" Kalimat Adelio berhenti, lantas kedua alisnya terangkat saat menyadari sesuatu. Tanpa basa-basi, ia langsung meraih tangan Hana dan menariknya keluar lapangan in door.

"Mau ke mana?" tanya Hana di sela-sela langkah kakinya yang dipaksa berlari oleh Adelio. Kali ini ia benar-benar tidak mengerti dengan sikap Adelio. Seolah dikejar hantu, cowok berkacamata itu semakin menambah kecepatannya, membuat Hana hampir tersandung kakinya sendiri.

"Sekret OSIS," jawab Adelio.

"Hah? Ngapain?"

"Ucapin salam perpisahan buat kursi kebesaran gue!" tukas Adelio terdengar kesal kini.

Begitu tiba di secret OSIS, Adelio melepas genggamannya dari Hana. Kemudian masuk ke dalam ruangan dengan langkah perlahan, meninggalkan Hana yang masih berdiri di depan pintu. Gadis itu menatap punggung Adelio dengan sendu.

"Bunga," panggil Adelio, masih memunggungi Hana.

"Lo ingat gak? Di ruangan ini, awal mula kita banyak berinteraksi. Ruangan ini juga yang jadi saksi pas lo pertama kali datangin gue karena gue jadiin lo sekretaris OSIS. Waktu itu lo kayak orang kesurupan, engsel pintu sekret hampir lepas." Adelio tertawa, membuat hati Hana berdenyut sakit. Itu bukanlah tawa bahagia, namun rintihan pedih dari pemuda itu.

"Gue ingat kok," kata Hana sambil melangkah, menghampiri Adelio. "Gak akan lupa lagi, gue janji."

Adelio menepiskan pandangannya sejenak, mencoba menjauhkan ratapannya dalam hati. Lalu berbalik untuk menatap Hana. Seulas senyum dari gadis itu, membuat Adelio merasa lebih baik.

"Makasih karena udah balas perasaan gue, Bunga."

Cairan di sudut mata Hana mulai mengumpul, namun ia menahnnya dan tetap memasang senyuman lebar di depan Adelio. Dia tidak ingin menambah beban pemuda itu untuk pergi. Hana tidak ingin egois dan membuat Adelio melanggar janjinya pada sang ayah. Tidak akan pernah.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang