39 - Berdamai dengan Masa Lalu

2.4K 235 11
                                    

Pintu besi itu berdesing pelan saat seseorang mencoba untuk membukanya dari dalam. Begitu pintu berbahan logam tersebut berhasil dibuka, gadis berambut sebahu itu pun segera menaiki dua anak tangga untuk menyusul si gadis berpita merah yang sudah memasuki area atap sekolah.

"Mau ngomong apa? Jujur, gue kaget banget pas liat lo datengin gue ke sini, Ismi. Padahal sebelumnya lo bilang mau nyamperin gue di rumah," kata Hana. Gadis itu baru saja duduk di kursi panjang yang memang sengaja di taruh oleh pihak sekolah di sana.

Ismi yang sudah duduk di sebelahnya pun memegang punggung tangan Hana, lalu tertunduk sejenak dengan raut yang kini berubah sendu. Hana mengernyit, bingung dengan sikap gadis di dekatnya ini.

"Ismi? Ada apa?" tanya Hana penasaran, sementara Ismi masih tertunduk. Dari gelagatnya, sepertinya gadis berambut sebahu itu sedang mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu.

Ismi pun mengangkat kepala setelah beberapa detik berlalu, menatap Hana dengan genangan liquid di sudut matanya.

"Han, sebenarnya gue punya banyak hal yang harus diomongin empat mata sama lo. Gue gak tau harus mulai dari mana. Tapi untuk saat ini, yang paling penting adalah gue mau minta maaf atas semua perkataan gue hari itu," tuturnya dengan suara sedikit bergetar.

Hana terdiam saja mendengarnya. Tidak lama setelah itu, pandangannya menipis. Entahlah, rasanya ada yang meringan di dalam dadanya. Walau ia tidak tau alasan Ismi meminta maaf padanya. Yang jelas, Hana sedikit merasa lega ketika mendengarnya.

"Maafin gue, Han. Satu tahun ini pasti berat banget buat lo. Sejak hati itu, ingatan lo hilang."

Pupil Hana bergetar. Sedikit terkejut dengan penuturan Ismi, walau berikutnya ia menggeleng-geleng lemah sebagai jawaban. Lalu tersenyum hangat, kini sudab mengerti arah pembicaraan temannya ini.

"Enggak berat sama sekali kok, Ismi. Bahkan lo bisa liat gue sekarang, gue ngejalanin hidup kayak biasanya," ujar Hana, lalu mengusap-usap lembut punggung Ismi. "Jadi lo gak perlu merasa bersalah, oke?"

Ismi menggigit bibir bawahnya. Dia tertunduk kembali dengan mata yang memanas. Cairan di pelupuk matanya tambah menggenang, namun ia tidak bisa membiarkannya jatuh begitu saja. Rasanya, ia tidak pantas menumpahkan semua kesedihannya di depan teman yang pernah ia sakiti ini.

"Lagian cuma kenangan SMP yang hilang, Ismi. Sisanya masih aman kok."

Mendengar kalimat Hana, seketika itu Ismi tidak bisa lagi membendung air matanya. Semuanya tumpah seperti air sungai yang mengalir deras.

"Gue bener-bener minta maaf, Han ... hiks ... hiks ... semua yang terjadi ke lo, itu semua terjadi gara-gara gue," ucap Ismi, lantas tertunduk sambil menutup seluruh wajahnya dengan telapak tangan. Dia menangis terisak di sana dengan air mata yang semakin deras.

Penyesalan akan masa lalu, membuat Ismi merasa sesak setiap hari. Terlebih ketika mengingat bagaimana marahnya Ragel si saat mereka tanpa sengaja berpapasan seminggu setelah kecelakaan yang menimpa Hana. Waktu itu, Ismi benar-benar merasa seperti orang jahat begitu mengetahui kabar Hana.

Dia ingin meminta maaf, tapi Ragel tidak pernah membiarkan mereka bertemu barang semenit pun. Ismi bukannya tidak berusaha, tapi ia memang sudah menemui jalan buntu karena nomor hp sampai alamat rumah Hana, semuanya telah berubah. Satu tahun ini pun, Ismi hanya bisa dihantui rasa bersalah atas perbuatannya.

Ismi juga tidak ingin menyalahkan siapa pun karena ia cukup mengerti dengan sikap Ragel dan ayahnya Hana. Apalagi Hana adalah satu-satunya anak gadis di keluarga mereka. Itulah juga salah satu alasan mengapa Ismi tidak jadi menemui Hana di rumah. Dia takut akan membuat kedua orang itu marah saat melihat dirinya muncul untuk menemui Hana.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang