38 - Tamu Tak Diundang

2.2K 226 6
                                    

"Tas gue, Lio."

Hana menengadah begitu Adelio menyampirkan helmnya dan milik Hana di motor. Sekarang mereka sudah ada di parkiran sekolah. Untungnya, ini bukan hari senin sehingga parkiran masih terisi sedikit oleh kendaraan beroda dua. Itu pun mayoritas anak OSIS.

"Gak papa. Biar gue aja yang bawa," ujarnya yang melepas tas Hana dari bahunya dan kini berganti menyampirkannya di bahu kiri.

"Tapi itu berat loh. Gue aja, sini."

Tangan Hana yang hendak meraih tas miliknya pun dipukul pelan oleh Adelio.

"Justru karena berat jadi gue yang bawa, Hana Adisty Permata."

Hana melengos, menyembunyikan pipinya yang merona. Kalau boleh jujur, Hana sadar bahwa ia tidak bisa bersikap biasa saja saat cowok berkacamata ini memanggilnya dengan nama lengkap. Bahkan kini perutnya malah terasa seperti dipenuhi kupu-kupu.

"Lo sakit perut, Han?" tanya Adelio yang sudah berdiri di sebelah Hana, menatap kedua tangan Hana yang memegang perut.

"Hm. Gue mau ke UKS," ucap Hana yang tersenyum kikuk sambil mendongak, menatap Adelio yang menyentuh dahinya.

"Gue antar," kata Adelio seraya menggenggam telapak tangan Hana. Tapi Hana langsung melepasnya dan membuat Adelio menatapnya bingung.

"Gak usah. Gue bisa sendiri kok," tolak Hana dengan suara rendah. "Nanti di kelas, panggilin Fely aja."

Adelio menghela napas pasrah. Dia pun menipiskan pandangan, menatap punggung kecil Hana yang perlahan menjauhinya.

"Eh, apa tuh tadi? Masih jaman ya TTM-an?"

Suara berat yang menyindir itu, membuat Adelio menoleh ke belakang.

"Bukan urusan lo, Rey."

Si kapten volly pun tergelak, lalu merangkul Adelio.

"Santai dong, adik manis."

Adelio mendengkus, lalu melepas rangkulan kakak kelasnya itu. "Jijay tau gak?"

"Halah, nanti juga lo kangen sama gue pas pindah sekolah."

Adelio menoleh, menatap Reyhan dengan kaget. "Kok lo tau gue mau pindah sekolah? Lo nguntit gue, Rey?"

Hampir saja Reyhan mengumpat kasar, tapi ia langsung tersadar dan menyelipkan tangannya ke dalam saku celana.

"Gue cuma nebak. Eh, taunya tebakan gue tepat sasaran," jawab Reyhan jujur. Kemudian ia menoleh pada Adelio. "Lagian, lo tiba-tiba resign dari OSIS. Gak mungkin cuma karena masalah sepele. Kemungkinan terdekat, ya ... elo mau pindah sekolah."

"Gue gak terkesan," kata Adelio tidak peduli. Kemudian mempercepat langkah, meninggalkan si kapten volly tersebut.

"Etdah, si bocah."

Reyhan yang hendak menyusul Adelio jadi mengurungkan niat karena gawainya tiba-tiba berdering. Pemuda tinggi itu pun menoleh kanan kiri saat mengambil ponselnya dari saku, takutnya ada yang terkejut dengan nada deringnya.

Kebetulan parkiran masih sepi sehingga Reyhan pun langsung beralih pada ponselnya. Tertera kontak dengan nama Zela di sana, membuat Reyhan mengangkat kedua alisnya dan menyeret si tombol hijau ke atas.

"Tumben nelpon, La?" tanya Reyhan pada si penelpon. Dia menempelkan gawainya di telinga, lantas melanjutkan langkahnya menuju koridor utama.

" .... "

"Kenapa mau ke sini? Oh, mau ketemu gue?"

" .... "

"Buset, La. Jangan kasar-kasar sama gue. Nanti gak tinggi-tinggi loh."

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang