16 - Drama Anak Pak Surya

3.4K 366 15
                                    

Saat jam wekernya berbunyi, Hana beringsut terduduk. Masih menguap, ia mengarahkan atensi ke arah meja rias. Tepat di depan tempat tidurnya, cermin bundar itu menampakkan refleksi dirinya yang cukup berantakan--ya iyalah, baru bangun tidur--dengan rambut tebal dan sedikit berdiri. Hana membulatkan matanya yang mendadak berubah sipit.

"Anjis, mata gue bengek."

Hari ini ada kegiatan bersih-bersih sekolah atau yang mereka namakan gladi kotor. Itu merupakan salah satu program kerja SCL dan tentunya selalu ada setiap tahunnya, bahkan sebelum sekbid dan ortom di OSIS mulai aktif dengan pekerjaan masing-masing. Mengingat semua itu, termasuk obrolan OSIS dan MPK tadi malam, Hana pun tidak ingin membuang-buang waktu.

Dengan gerakan cepat, ia melompat dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Siap-siap dalam waktu singkat karena ia memang tidak terlalu suka berdandan. Hanya lipbalm, sunscreen, mengatur poni ratanya, dan pita merah sebagai ikat rambut. Bahkan jika sudah malas, gadis itu hanya akan memakai bandana putihnya saja.

Setelah merasa siap, gadis itu pun tersenyum di depan cermin. Menampilkan gigi kelincinya yang terlihat manis di depan sana. Kemudian memasukkan handphone-nya ke dalam ransel dan menentengnya keluar kamar sambil merapikan pakaian olahraganya yang berwarna cream.

"Bang, anterin ke sekolah dong."

Gadis itu sedikit memekik bersamaan dengan tangannya yang sibuk mencuci piring di wastafel. Sekarang ia berada di dapur. Baru saja sarapan nasi goreng yang memang sudah disediakan Ragel pagi-pagi buta.

Tidak ada jawaban. Hana pun melonggokkan kepala ke arah ruang tengah, di mana kakaknya tengah rebahan santuy di atas sofa panjang sembari menikmati berita di pagi hari. Hana mencibir. Laki-laki itu tidak memedulikan teriakannya sama sekali.

"Abang, anterin ke sekolah dong!" teriaknya sekali lagi, namun tetap tidak digubris.

Segera Hana menyimpan piringnya yang sudah bersih dan melangkah ke ruang tengah dengan wajah datar. Di meja makan, tangannya meraih sarung bermotif garis-garis yang kebetulan menyampir di sandaran kursi.

"Abang!" tukasnya sambil menyepak kaki Ragel dengan sarung.

"Ish, apa sih?" balas Ragel acuh tak acuh. Tangan Ragel malah mengacung ke depan TV untuk mengganti saluran, membuat Hana mulai mengabsen seluruh hewan yang ada di kebun binatang. "Ini kan lagi weekend, tanggal merah noh. Waktunya libur. Sana tidur lagi. Besok upacara."

Hana membuang napas kasar. Berusaha semaksimal mungkin untuk memasang senyuman termanis.

"Aku ada kegiatan OSIS, abang. Kalau gak ada, aku juga pasti masih molor di kamar," tuturnya semanis mungkin. Padahal aslinya sudah terbakar-bakar ingin mengumpati kakaknya ini.

"Oh, hahahaha." Ragel tertawa garing, lantas menandaskan tehnya.

Hana melunturkan senyum. "Gak lucu, bang ... gak lucu," ucapnya seraya memandangi kakaknya yang sudah mengubah posisi ke duduk.

"Sini duduk dulu," pinta Ragel. "Ada yang mau abang tanyain."

Tanpa banyak tanya, Hana langsung menjatuhkan diri di sebelahnya. Bibir gadis itu sudah manyun, membuat Ragel jadi terkekeh sambil mengacak rambutnya.

"Lo abis putus ya? Bengkak gitu mata lo, hahaha." tanyanya dengan nada mengejek.

"Dih. Sejak kapan seorang Hana yang manis ini putus? Pacar aja gak punya," jawab Hana, lalu memeletkan lidah.

"Ah, iya juga." Ragel menghentikan tawanya. Rautnya berubah serius dan hal itu membuat Hana sedikit tersentak.

"Kalau bukan putus, trus bengkak begitu gara-gara apa?" tanya Ragel.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang