18 - Tiba-Tiba Tampan

3.5K 330 15
                                    

Begitu mendekati area sekolah, Adelio memelankan laju motornya sambil menaikkan kaca helm.

Seperti instruksinya di group semalam, beberapa pengurus sekbid keamanan dan tata tertib sekolah sudah bersiap-siap di depan pagar. Dua orang menenteng kertas absen, sementara sisanya sudah sibuk menyapu daun-daun yang berserakan di halaman depan sekolah.

Cowok itu melirik ke arah spion, menatap Hana yang kebetulan melihat ke arah yang sama. Adelio mengukir senyuman tipis dan membuat Hana tanpa sadar tersenyum canggung membalasnya.

"Udah jam berapa?" tanyanya, lantas kembali mengalihkan pandangan ke jalanan. "Kita gak telat kan?"

"Oh, itu." Hana agak gelagapan. Meruntuk dalam hati, sadar otaknya tiba-tiba blank. Dengan cepat ia memeriksa jam tangan yang melingkar di pergelangan kanannya dan menjawab, "Nggak, masih lima menit lagi."

"Oke," ucap Adelio yang segera membelokkan motornya, melewati gerbang sekolah yang masih terbuka lebar. Lalu membunyikan klakson di persimpangan menuju koridor begitu Diki muncul sambil menyeret tong sampah besar.

"Pak ketos, GASSSSSS!!" teriak Vino dari koridor, membuat Fidelya yang ada di sebelah Delima langsung menggeplak kepalanya. "REM BEGO!" balasnya sewot.

Vino jadi merintih kesakitan sambil menggosok-gosok kepalanya. Kembali menoleh pada Adelio yang sudah tertawa kecil di sana dengan Hana yang terlihat menghela napas lelah sembari bertanya-tanya dalam hati kapan dirinya bisa turun dari boncengan cowok rese ini.

"Nyesel gue pilih lo ah," sesal Diki yang diakhiri decakan. Cowok itu tadinya hampir terjungkal bersama tong sampahnya karena terkejut dengan suara klakson tadi. Jantungnya hampir saja copot, sementara si ketua OSIS malah tertawa menyebalkan melewati dirinya. Mana anggota sekbidnya sempat menoleh dan menyemburkan tawa, membuat Diki langsung menutup wajahnya malu.

"Sorry, Ki!" lontar Adelio yang kemudian menambah laju kendaraannya, melewati beberapa anak OSIS lain yang sudah sibuk dengan rerumputan yang siap disingkirkan ke tempat sampah. Mereka semua sempat saling berbisik-bisik saat mendapati keberadaan anak guru matematika ter-killer di sekolah, kini duduk di boncengan si ketos.

Bagaimana tidak terheran-heran. Selama Adelio sekolah di SMA Unggulan Bumi Khatulistiwa., cowok berkacamata itu tidak pernah terlihat membonceng seseorang. Namun pagi ini, tiba-tiba saja ada yang duduk di sana. Mereka jadi meringis kecil. Menyadari cowok itu punya selera yang tinggi.

Semua siswa di sekolah itu juga tahu, Hana Adisty Permata itu cewek yang seperti apa. Sudah cantik, kompetitif, sederhana lagi. Meski sering memasang raut judes, tapi nyatanya punya senyuman yang begitu manis. Belum termasuk prestasinya yang tidak kalah dari si ketua OSIS. Hitung-hitungannya pun cukup membuat sebagian murid di sekolah jadi berdecak kagum.

Walau terkadang otak kirinya juga bisa mendadak sengklek, alhasil jawabannya jadi ngawur tingkat tinggi akibat gagal fokus. Contoh fatalnya saat ia mengisi jawaban di lembar kerja Olimpiade Sains tingkat provinsi waktu itu. Entah kenapa Hana tidak bisa fokus dan membuat pak Surya menepuki jidatnya sesampainya mereka di rumah, saking merasa gemasnya.

"Anjir, boncengan sama bu sekretaris. Mungut di mana tuh?" gumam Vino yang mengikuti arah motor Adelio pergi. Cowok itu sudah berdiri di depan koridor utama, melonggokkan kepala bersama Delima dan Fidelya di sebelahnya.

"Gak heran sih. Semalam Hana nyinggung di group. Katanya abis pindah rumah." Delima menyimpulkan karena sempat membaca chat Hana di group semalam. "Mungkin ke perumahan bougenville. Adelio kan tinggal di sana," jelasnya dan membuat Fidelya mengangguk setuju.

"Kok gue gak ada baca, ya?" kata Vino sok polos. Hampir membuat kedua cewek itu melemparnya ke dalam tong sampah, jika saja suara pak Rudi tidak terdengar dari lorong menuju koridor.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang