29 - Terjebak Friendzone?

2.7K 265 14
                                    

Bastian, papa Adelio mendadak masuk ke kamar putranya itu dengan rahang mengeras. Dia melemparkan beberapa tumpukan kertas ke samping Adelio yang terbaring di tempat tidur. Membuat cowok itu terkejut dan segera beringsut terduduk.

"Apa ini?!" Suara berat pria itu menggema dengan raut murka, sementara Adelio langsung menghela napas begitu ia memandangi gambar sketsa yang ia buat secara diam-diam itu. Padahal ia mengira bahwa semua gambar itu sudah disembunyikan dengan baik.

"Sudah berapa kali Papa bilang sama kamu, Adelio. Tinggalkan hobbymu yang tidak menghasilkan apa-apa itu!"

Mendengar kalimat itu, raut Adelio berubah datar. Rahangnya pun tampak mengeras.

"Fokus saja sama jabatanmu di sekolah. Dengan begitu kamu akan terbiasa dengan tanggung jawab dan kepemimpinan," tegasnya.

Adelio mendengkus, menatap papanya tanpa ekspresi. "Papa mau Adelio jadi gila?" tanya dengan nada datar. Membuat papanya melangkah maju dengan tatapan nyalang.

"Jaga ucapanmu!" teriaknya sambil mengacungkan jari telunjuk, namun Adelio memilih acuh dan bangkit dari tempat tidur.

"Adelio, Papa belum selesai bicara!" panggilnya saat Adelio beranjak dari kamar, meninggalkan sang papa yang masih dikuasai amarah.

Adelio terlihat melajukan motornya keluar perumahan bougenville, lantas menghentikannya tepat di depan gerobak penjual es kelapa yang berdampingan dengan warung sop ubi langganan adiknya. Setelah memarkir motor, ia pun merogoh saku celana pendeknya sambil berdiri di sebelah seorang gadis yang sedang memesan es kelapa.

"Berapa, Kak?"

Bibir Adelio yang tadinya mengerucut sebal, jadi terbuka kecil saat mendengar suara yang sudah ia hapal di luar kepala itu. Dia menoleh, matanya terbuka lebar kini. Rasa kesalnya mendadak hilang saat mendapati Hana berdiri di sebelahnya.

"Makasih, Kak." Selesai membayar dan mengambil pesanannya, Hana memilih duduk di kursi yang tersedia di depan gerobak. Kemudian segera menikmati es kelapanya dengan kepala tertunduk.

"Es kepala--ck." Adelio mendecak. Tiba-tiba tidak fokus karena sibuk memerhatikan Hana yang masih tidak menyadari keberadaannya. Dia menoleh pada penjual es kelapa yang tampak menahan senyum karena kalimat Adelio tadi.

"Es ke-la-pa-nya satu," kata Adelio, mencoba lebih teliti, membuat si penjual jadi tersenyum geli dan segera menyiapkan pesanannya.

Tidak butuh waktu lama, es kelapa pesanan Adelio sudah berpindah tangan. Dia segera membayarnya dan belagak santai duduk di sebelah Hana. Kemudian berdeham sesaat, membuat gadis itu tersentak dan menoleh kaget.

"E-elo ngikutin gue?" tuduh Hana sedikit menarik diri. Berharap semoga cowok di sebelahnya ini tidak mendengar detakan jantungnya yang mendadak bergemuruh.

"Enggak."

"O-oh ...." Hana menunduk, mencoba menguasai diri dan kembali menikmati es kelapanya. Walau berikutnya ia jadi tersenyum tipis.

"Hana Adisty Permata." Adelio tiba-tiba memanggil. Membuat Hana yang hendak membuka mulut untuk memasukkan es kelapa, jadi terbatuk-batuk. Entah mengapa perutnya terasa seperti dipenuhi ribuan kupu-kupu saat mendengar Adelio menyebut namanya.

Tadinya Adelio hanya iseng saja, namun saat melihat reaksi gadis di sebelahnya ini, Adelio jadi terpancing dan ingin memanggilnya lagi.

"Hana Adisty Permata," panggil Adelio lagi. Kini Hana menggigit bibir bawahnya. Merasakan pipinya kian memerah padam dengan letupan-letupan aneh di dalam tubuhnya.

"Hana--"

"Jangan panggil pake nama panjang bisa gak sih?!" teriak Hana tanpa sadar, membuat Adelio yang lagi-lagi hendak menyebut nama lengkap Hana sambil mengunyah es kelapa, jadi terkekeh pelan. Lalu menoleh tanpa dosa.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang