"Duhh.. masih jauh ya, Ki?" Keluhku saat kurasakan mobil yang kami tumpangi terasa sangat lambat. aku masih ingat betul jalan yang harus dilalui untuk sampai dirumah Rizki, tapi perasaan nggak sejauh ini, sudah satu jam dan kami masih belum sampai, jujur aku sudah nggak sabar ingin berbaring dikasur dikamar kami.
"Sabar, La, bentar lagi nyampek kok"
"Kamu sih daritadi bilang bentar-bentar mulu"
Rizki mengelus puncak kepalaku yang sedari tadi bersandar dipundaknya, entah kenapa sejak turun pesawat aku menjadi lebih sedikit manja.
Tubuhku terguncang pelan dan aku merasa ada tangan lembut yang menyentuh pipiku, aku terbangun dari tidur dan mendapati wajauh suamiku yang tersenyum teduh kepadaku.
Ahh...kehidupan pernikahan kami yang lain baru saja akan dimulai, aku bahkan nggak menyangka akan menginjakkan kakiku dinegara ini lagi, mendampingi Rizki kuliah, memasak untuknya dan...ahh....bayangan itu lagi, kenapa akhir-akhir ini aku jadi omes?
"La, bangun, kita udah nyampek nih"
"Kita udah nyampek ya, Ki?"
Rizki menarik tanganku dari dalam taksi yang kami tumpangi, kulihat koper kami sudah berada diluar dan juga raut wajah kesal sisopir yang menungguku keluar dari mobilnya.
"Aku tidurnya lama ya, Ki?" Tanyaku, mataku masih terasa sangat lengket, aku masih mau tidur setelah ini.
"Kubilang kan pas dipesawat buat tidur, La, bukan malah streaming nonton konser" Rizki menggerutu, sambil mengangkat koper itu satu persatu menuju lift dilantai bawah.
Aku baru sadar kalau bangunan ini berbeda dengan rumah mertuaku, bangunan bertingkat ini lebih mirip flat daripada rumah, masa' iya mertuaku pindah kemari.
"Mama sama papa pindah ya, Ki?" Tanyaku dengan polosnya, dengan langkah cepet menyusul Rizki yang sudah berada didalam lift, "Sejak kapan?"
Rizki menekan angka 4 disana, lalu memandangku dengan tatapan anehnya, "Sayang, ini bukan rumah mama papa, ini rumah kita"
"Maksudnya?"
Rizki kembali menghembuskan napasnya, lalu kembali memandang kearahku, mencubit hidungku pelan dan tepat setelahnya pintu lift terbuka dan kami pun keluar dari sana.
"La, tolong bawain kopernya dong"
Aku menurut dan mengeret koper itu kesalah satu pintu, Rizki lantas mengambil kunci dan membuka pintu itu, aku masih nggak ngerti kenapa kami pindah, kan rumah mama dan papa jauh lebih gede ketimbang apartemen ini.
"Kamu mau lanjut tidur, tidur gih, kamarnya disana"
Aku masih mengamati ruangan ini, ruangan dengan dapur, meja makan dan ruang tamu jadi satu, emang apartemen ini nggak begitu besar tapi kenapa kesan rapi membuatku nyaman berada disini.
"Kenapa, La? nggak segede rumah di Jakarta, ya?"
Aku menggeleng, lalu memeluk tubuh Rizki erat, aku suka tempat ini, "Nggak kok, Ki, aku malah suka tinggal disini"
Dan disinilah kamu sekarang, memulai hidup kami yang baru.
***
Sudah seminggu aku berada disini, dengan rutinitas baruku menjadi istri yang sesungguhnya. Setiap pagi aku membangunkan Rizki untuk kuliah, jarak kampus dari apartemen kami dekat, hanya butuh 10 menit jalan kaki, ini mungkin salah satu alasan Rizki menyewa apartemen, karena jarak kampus dari rumah jauh dan aku tentu nggak mau pisah dari dia.
Biasanya setelah membangunkan Rizki aku langsung menuju dapur kecil kami, memasak adalah salah satu kegiatan baruku, aku yang biasanya hanya tahu makan sekarang dituntut untuk bisa masak sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection of love
RomanceOlla adalah gadis super aktif yang sudah terikat dengan seorang laki-laki sejak usianya 10 tahun, mereka dijodohkan dan berpisah jarak setelahnya. Saat Rizki, tunangannya kembali Olla mulai bingung dan dihadapkan dengan berbagai kegelisahan tentang...