Cukup lama Olla terdiam dan mengamati surat itu, surat yang lebih mirip ultimatum karena Olla sama sekali tak diberikan pilihan lain.
Dalam gelapnya suasana kamar, Olla kembali mengenang masa-masa setahun terakhir. Hidupnya berubah dari yang biasa-biasa saja menjadi penuh warna.
Jika dulu Olla tak peduli dengan perasaan orang lain kecuali keluarga dan orang dekatnya, dengan Rizki Olla belajar untuk lebih berempati pada orang lain, karena Rizki adalah sosok yang periang dan mudah membaur serta orang yang sangat baik sifatnya dibanding laki-laki lain.
Olla mendesah perlahan, mungkin sudah saatnya dia memilih. Jujur tidak mudah merelakan salah satunya, karena impian dan cinta adalah 2 hal penting yang tak bisa Olla lepas begitu saja.
Paginya Olla masih berkutat dengan pekerjaan yang sebenarnya hampir tidak ada, semua order yang biasanya mengalir deras entah mengapa menjadi hilang mungkin 60% dari biasanya, Olla hanya bisa pasrah kali ini kalaupun usahanya akan hancur Olla berniat menerima dengan lapang dada.
Pintu kamar Olla dibuka dan itu ternyata Laudya, gadis itu masih betah tinggal dirumah sahabat yang juga sudah dianggapnya seperti keluarganya sendiri. Laudya agaknya masih patah hati, tapi gadis itu berusaha memungikirinya, toh.. selama 25 tahun Laudya hidup tanpa ada Dwi disampingnya.
"Lagi ngapain La?" Sapa Laudya, gadis itu memerhatikan Olla yang masih sibuk bekerja dengan laptopnya, "Masih nggak kelar-kelar urusannya?"
"Aku masih berusaha Ya, anggap saja aku mulai lagi dari nol" Ucap Olla, bagaimanapun juga Olla harus kuat agar terus bisa bertahan.
"Terus Rizki gimana La? kamu nggak mau ketemu sama dia?"
"Aku belum tahu, masih kupikirkan"
"La, kerjaan bisa dicari, bahkan kamu bisa mulai dimanapun kamu berada, tapi orang kayak Rizki? cuma ada satu Rizki didunia ini La, kamu emang bisa lepas dia gitu aja?"
Olla terdiam, saat ini Olla belum bisa mengambil keputusan apapun, baik Rizki ataupun pekerjaan Olla tidak mau kehilangan keduanya.
"Aku akan bantu kamu masalah kerjaan, sebagai gantinya kamu harus pikirin lagi buat balikan sama Rizki, paling nggak kamu harus nyusul dia lagi"
"Caranya? Usahaku udah hampir hancur Ya, aku nggak bisa lagi berbuat apapun"
Laudya memeluk Olla erat, tentu dia tahu bagaimana cara mengembalikan semua seperti semula. Laudya tahu siapa dalang dibalik semua ini dan Laudya sudah memilih, memilih sahabat daripada cinta bertepuk sebelah tangannya.
"Akupun sudah memilih, aku sudah memutuskan apa yang harus kulakukan kedepannya" Ucap Laudya, setelah melepas pelukannya Laudya kembali mengusap air mata yang sudah menetes dipipi sahabatnya, "Tenang aja, aku tahu pasti apa yang harus aku lakukan, kamu urus aja Rizki yang lain biar aku yang urus"
***
Selepas makan malam Laudya pamit kembali menuju apartemennya, dua hari sudah Laudya berdiam diri dikamar lamanya berusaha melupakan apa yang baru saja dialaminya.
Diakui Laudya Dwi memang bukan orang yang baik, laki-laki itu hidup dengan dendam pada keluarga Olla dan juga Rizki, padahal Olla tidak tahu menahu tentang apapun yang dialaminya, yang dilakukan papa Olla pun tidak sepenuhnya salah, mereka hanya membeli konveksi itu tanpa tahu konflik pemilik sebelumnya.
Setelah kepergian Laudya papa dan mama Olla memanggil putrinya kekamar mereka, seperti biasa jika ada hal penting yang akan dibahas Olla pasti dipanggil kekamar seperti 7 tahun yang lalu saat dirinya dan Laudya dikumpulkan dikamar kedua orang tua mereka.
"Olla masuk ma" Ucap Olla setelah mengetuk pintu dan membuka pintu kamar, tampak didalam kedua orang tuanya tengah duduk dipinggiran ranjang.
"Sini" Ajak mama Olla, wanita setengah baya itu meminta Olla duduk disampingnya, "Olla duduk sini, papa sama mama mau ngomong sesuatu"

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection of love
RomanceOlla adalah gadis super aktif yang sudah terikat dengan seorang laki-laki sejak usianya 10 tahun, mereka dijodohkan dan berpisah jarak setelahnya. Saat Rizki, tunangannya kembali Olla mulai bingung dan dihadapkan dengan berbagai kegelisahan tentang...