Part 18

511 22 3
                                    

Akhir-akhir ini entah kenapa Rizki banyak melamun, padahal biasanya laki-laki itu adalah orang paling ceria dirumah. setelah tak sengaja mendengar ucapan mertuanya memang Rizki agak kepikiran, selama ini kedua orang tuanya memang terlihat tidak bekerja, ayahnya bahkan hampir tiap minggu memancing didanau bersama teman-temannya, sedangkan ibunya setiap hari hanyalah ibu rumah tangga biasa.

Dulu ayah Rizki adalah seorang dosen yang memutuskan resign beberapa tahun belakangan, anehnya memang kehidupan mereka selalu stabil bahkan saat SMA Rizki pindah kerumah yang lebih besar , setelah lulus Rizki juga mendapat hadiah mobil yang lumayan mahal padahal kedua orang tuanya menganggur.

Berbeda dengan mertuanya yang pergi pulang malam, dan kalau memang benar yang didengarnya kemarin , Rizki akan merasa sangat bersalah pada kedua orang tua Olla.

"Ki.. yakin hari ini mau kerja?" Tanya Olla yang baru selesai mandi, "Mau diantar sampai depan bengkel?"

"He'em La, tolong ya. dan maaf beberapa hari kedepan aku bakal sering ngerepotin kamu"

Olla mengecup kening Rizki singkat, "Nggak apa-apa kok, aku seneng malah"

"Cie.. cie, udah berani cium-cium" Ledek Rizki seperti biasa.

"Pa'an sih" Olla mencubit lengan Rizki, "Kalau nggak mau ya nggak apa-apa"

"Mau kok, mau banget malah"

Rizki berusaha bersikap sebiasa mungkin, bahkan saat sarapan bersama, samar-samar Rizki memang merasa ayah mertuanya lebih pendiam dari biasanya, laki-laki itu hanya melirik sekilas saat dia dan Olla turun dan berpamitan sebelum semua menyelesaikan makan paginya.

Rizki mencium punggung tangan mama Olla sebelum berangkat, lagi Rizki tak melihat senyuman senang yang biasanya didapatnya dari wanita itu melainkan hanya senyum singkat terkesan tak bersemangat seperti biasanya.

"Papa capek kerja ya La, akhir-akhir ini?" Tanya Rizki tiba-tiba.

"Perusahaan lagi krisis kayaknya Ki" Jawab Olla singkat.

"Tapi kamu kok santai aja sih?"

Olla tetap fokus mengemudi, ekpspresi wajahnya terkesan biasa saja, "Ya mau gimana, jaman sekarang kan makin banyak saingan"

"La, boleh jujur nggak?"

"Boleh, jujur apa?"

Rizki berpikir sejenak, sekaligus menimbang apa dampak yang akan ditimbulkan jika dia jujur pada Olla sekarang juga, "Nggak jadi deh"

"Apa sih? ada hubungannya sama papa?"

"Bukan. bukan apa-apa kok"

Olla hanya diam, berpikir mungkin Rizki hanya lupa atau memang hal itu tidaklah penting.

Sesampainya ditujuan Rizki langsung pamit tak lupa mengecup kening Olla singkat. Rizki melangkahkan kakinya pelan, pergelangan kakinya masih terasa sedikit nyeri, walaupun begitu Rizki tetap masuk kerja karena kemarin menurut Laudya bosnya menegurnya yang absen tanpa alasan.

Seisi bengkel tengah sibuk pagi ini, banyak sekali mobil-mobil yang terparkir disana, Rizki merasa bersalah kalau saja dia tidak keras kepala mungkin kakinya tak akan terluka.

"Diantar siapa tuh?" Tanya salah satu rekan kerja Rizki, "Habis jatuh ya?"

Rizki mengangguk, lalu meletakkan tasnya diloker khusus pegawai dan menganti bajunya dengan kaus berwarna hitam, "Lagi banyak garapan ya? sorry gue nggak masuk kemarin" Sesal Rizki.

"Bos kayaknya marah sama lo, lo absen 3 hari nggak ada kabar, untung aja pacar lo kenalannya bos"

"Pacar?" Rizki mengerutkan keningnya bingung, "Pacar yang mana?"

Perfection of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang