Part 22

402 24 4
                                    

Rizki masih berdiri ternganga melihat kearah seorang gadis cantik tengah duduk dan menyapanya, laki-laki itu masih menelaah lagi apa yang saat ini dilihatnya. apakah benar gadis itu adalah Olla, istrinya? atau jangan-jangan orang yang mirip istrinya?

"Ki.."

Suara itu memang suara Olla, Rizki masih ingat betul jika itu adalah suara khas istrinya, Rizki akhirnya memberanikan diri melangkah, lalu mencermati, jangan-jangan dia hanya mimpi, karena jika iya Rizki menolak bangun dari mimpinya.

"Olla?" Ucap Rizki, langkahnya belum genap tapi bibirnya sudah tak tahan memanggil nama itu, "Kamu Olla? Istri aku?" Ucapnya sekali lagi meyakinkan.

Olla hanya mengangguk, Rizki terlihat lebih kurus dari 7 bulan lalu. memangnya Rizki juga diet? pikir Olla, tapi gadis itu hanya bungkam dan memperhatikan Rizki yang berjalan mendekat kearahnya.

"Ma, coba cubit lengan Rizki" Perintah Rizki pada mamanya, matanya masih menatap Olla terus-terusan.

"Kamu nggak lagi mimpi kok, ini emang Olla"

Rizki kembali ternganga, ternyata benar gadis cantik didepannya adalah istrinya dan bodohnya Rizki bahkan tak mengenali wanita yang sudah hampir setahun dinikahinya.

"Kok.. kamu gini La?" Rizki keceplosan dan buru-buru menutup mulutnya sendiri.

Olla bangkit lalu memeluk tubuh Rizki terlebih dulu, walau sedikit malu karena disaksikan kedua mertuanya Olla tak peduli, baginya rasa rindunya pada Rizki jauh lebih besar saat ini.

"Aku kangen Ki. udah 7 bulan kita nggak ketemu" Lirih Olla dibelakang Rizki.

Bibir Rizki tersekat, entah kenapa kata-kata yang sama tak mau keluar dari sana, "Kamu udah makan, jam berapa sampai?"

Olla lantas melepas pelukannya lalu mengerutkan kening heran, biasanya Rizki tidak seperti ini, biasanya Rizki sangat ekspresif dalam mengungkapkan isi hatinya.

"A..aku baru saja sampai"

Rizki tanpa basa-basi kemudian mengangkat koper Olla menuju kamarnya dilantai 2 sedang Olla kembali duduk dimeja makan sambil berpikir keras jika barusan Rizki hanya sedang berakting didepan kedua orang tuanya karena Olla sangat malu saat ini.

Rizki kembali turun dan menemani Olla makan bersama mama dan papanya, udara sekitar yang dingin memaksa Olla harus menahan rasa dingin walaupun pemanas ruangan sudah dinyalakan.

Olla sendiri memang tak membawa banyak mantel ataupun baju hangat lainnya, dia tak menyangka jika udara akan sedingin ini dan juga Rizki sepertinya tidak memperhatikan bibirnya yang mulai mengigil setelah makan malam barusan.

"Ki.. bisa naikkan suhu alat pemanasnya?" Minta Olla pada Rizki, keduanya sedang berada diruang keluarga sekarang ditemani kedua orang tua Rizki.

"Kamu kedinginan, bentar aku ambilkan selimut" Rizki bangkit dari duduknya lalu berjalan cepat menuju kamar tamu dan kembali membawa selimut tebal untuk Olla, "Ini La, maaf pemanas rumah ini emang agak sedikit bermasalah akhir-akhir ini"

"Besok temani papa panggil tukan g servis" Timpal papa Rizki, laki-laki berkumis itu memang nampak tegas dari luar, "Kamu nggak mau istrimu membeku kan dirumah sebesar ini"

"Iya pa, besok pagi-pagi Rizki temenin"

"Kenapa nggak sekalian ajak Olla keliling?" Usul mama Rizki tiba-tiba, "Daripada bosen jalan sama papa, mending ajak Olla. dimobil kana da pemanas"

Olla menatap Rizki yang tengah memerhatikan ucapan mamanya, mata Olla berbinar berharap Rizki mau mengajaknya pergi barang sejenak.

"Nggak usah ma, Olla kan capek. iya kan La?"

Perfection of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang