Part 27

256 17 2
                                        

Olla memeluk tubuh Laudya yang masih terasa bergetar pasca pengakuannya beberapa saat lalu, gadis itu benar-benar dengan rapi menyembunyikan perasaannya sendiri.

Saat mereka masih sama-sama duduk dibangku SMA Laudya dikenal begitu populer, banyak laki-laki yang mengantri ingin menjadi kekasihnya tapi entah mengapa Laudya selalu bergeming dan Olla baru tahu alasannya bahwa itu semua lantaran Laudya menyukai sosok Dwi yang tak kalah populernya pada masa itu.

Persahabatan ketiganya memang tergolong unik, banyak yang menyangka jika Dwi dan Laudya menjalin kasih sedang Olla adalah sahabat karib keduanya, walau nyatanya bukan begitu siapapun yang melihat pasti punya pikiran yang sama.

"Maafin aku Ya, aku bener-bener nggak peka selama ini" Ucap Olla lirih.

"Kamu nggak salah apa-apa La, ini keputusanku, bukan karena kamu"

Olla menepuk pundak Laudya lagi, dan gadis itu makin dalam, dalam tangisannya, "Nggak apa-apa, ada aku disini" Ucap Olla lagi menenangkan.

Laudya tertidur lelap setelah lelah menangis, gadis itu memejamkan matanya rapat, Olla membaringkannya diranjang kamar yang sudah berbulan-bulan tak ditempati, disisi lain Olla merasa bersalah sudah menghakimi sahabatnya tanpa mau tahu kebenaran yang terjadi.

***

"Jadi gimana mbak?" Hari ini salah satu pegawai Olla datang kekantor, pagi-pagi sekali Olla diberi tahu bahwa ada pemberhentian sepihak yang tidak memperbolehkan beberapa pekerja kembali, alasannya karena bisnis sedang sulit dan orang yang melakukan itu tentu saja adalah Dwi, "Pas saya kemari pintu ruko digembok dari luar, saya coba hubungi mbak Olla tapi nggak bisa, tiba-tiba dapat wa kalau besok nggak usah kerja lagi, saya datang lagi besoknya dan pintu ruko nggak pernah dibuka"

Olla terdiam sejenak, jika selama ini operasional kantor ditutup lantas bagaimana dengan pesanan yang masuk tiap harinya?

"Yakin kamu pak Dwi yang ngirim pesan?" Tanya Olla kembali, sekedar meyakinkan.

Sipegawai mengangguk lantaran memang nomor itu tempo hari dipakai Dwi untuk menghubunginya.

Olla berusaha berfikir positif, mungkin Dwi melakukannya karena terpaksa atau alasan lainnya?

Selepas berbincang Olla kembali keruangannya sendiri, membenahi beberapa berkas yang tercecer juga mengatur sedikit mejanya yang sedikit berubah.

Selama sebulan Olla memang lalai, terlalu percaya pada sahabatnya, tapi memang itu salah? Batin Olla, Dwi adalah sahabatnya, bukan orang lain.

Lagipula jika dipikir kembali Dwi adalah satu-satunya orang yang bisa dipercaya Olla saat itu, memang apa juga motif Dwi untuk menghianatinya, 100% tidak ada menurut Olla.

"Nglamun bu boss?" Lamunan Olla terhenti kala suara berat itu menyapanya, Olla mendongakkan kepalanya dan mendapati Dwi sudah disana, bersadar pada pintu dengan kerennya.

"Kukira kamu cuti hari ini" Ucap Olla basa-basi, entah kenapa dirinya sedikit sakit hati pada Dwi.

"Memang disaat seperti ini aku diperbolehkan untuk cuti?"

Olla menatap Dwi sekilas sebelum kembali pada pekerjaannya, "Entah, kamu pikir saja sendiri"

Dwi mengerutkan keningnya sesaat setelah mendapati sikap Olla yang acuh padanya, laki-laki itu bersendekap masih dengan tatapan lurusnya pada Olla, "Dia pasti habis ngadu kekamu kan?" Tebaknya, lalu terdengar hembusan napas jengkel yang terdengar jelas ditelinga Olla, "Apapun yang dia bilang, sorry La, aku cukup waras untuk nggak mengencani sahabatku sendiri"

Olla masih bergeming, walau nyatanya Laudya tak mengatakan apapun entah mengapa Olla seperti tahu apa yang terjadi kemarin.

"Jujur aku kaget, dan aku berusaha menolak sebisaku, tapi kita kan bukan anak belasan tahun lagi, dan jangan bilang dia nangis semalam?"

Perfection of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang