Prolog

300 56 39
                                    

Kecewa?

Luka?

Broken home?

Broken heart?

Takdir?

Gua manusia yang gak pernah merasakan kebahagiaan. Di usia remaja, saat itu usia gua 16 tahun banyak luka yang gua rasain yang datangnya bertubi-tubi. Gua lelah! Gua menyerah! Gua hanyalah manusia biasa!

"Apa salah kalo gua suka sama dia?"

"Apa emang bener lelaki baik hanya untuk wanita yang baik pula?"

"Lantas bagaimana sama gua yang berharap memiliki lelaki yang jauh lebih baik dari gua? apa hal itu hanya angan semata?"

Untuk saat ini sadar diri itu penting. Tapi percayalah tidak ada yang tau bagaimana takdir Tuhan kedepannya. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi akan terjadi jika ia telah berkehendak.

Setiap hari memikirkan tentangnya, berhalu untuk memilikinya dan berdoa tidak pernah ia lupa.

"Apa lo yakin bakalan pindah agama?"

"Gua gak tau, gua sayang banget sama dia, tapi gua sadar gua sama dia itu beda."

"Gua harap lo bisa mikirin hal itu lebih mateng lagi, lo boleh suka dan sayang sama dia tapi jangan pernah lo relain agama."

"Iya gua tau, ntahlah mungkin rasa ini salah."

"Lo sabar ya."

"Iya pasti."

Koridor sekolah menjadi tempat dimana ia bertemu dengan lelaki pujaannya itu. Cinta pada pandangan pertama dan rasa yang tumbuh hanya karena perlakuan yang sedikit memang membuat hati seakan dibuat bergetar menandakan rasa itu hadir dengan sendirinya.

"Makasih ya."

"Iya sama-sama, btw namanya siapa?"

"Nama saya Malik," ucapnya tanpa menyodorkan tangan miliknya.

"Murid baru ya?"

"Iya saya murid baru pindahan dari SMA Nusantara."

"Kelas berapa?"

"XII IPA 1."

"Wah kakak kelas hehe."

Lelaki itu hanya mengangguk dan tersenyum.

"Yasudah saya pergi duluan."

"Semoga lancar."

"Aamiin terima kasih saya duluan."

Memandang punggung lelaki itu membuatnya seakan terkesima dengan tubuh gagah milik lelaki itu. Berkarisma, berwibawa dan jangan lupa ia juga sangat tampan.

"Sungguh sempurna manusia yang kau ciptakan itu Tuhan," Lirihnya.

Bagaimana bisa memilih seseorang yang tak sepantasnya menjadi sebuah pilihan.

"Izinkan saya bawa Steva mas."

"Steva ikut saya!"

"Gak bisa mas, dia anak saya, saya gak bisa pisah darinya."

"Kalo kamu mau pergi, pergi saja silahkan! tapi jangan membawa putri saya."

"Mas ... "

"Pergi!"

"Mas, jangan menghalangi saya untuk membawa putri saya mas, saya tau kamu selingkuh. Saya tidak ingin putri saya disakiti ibunya kelak."

Lelaki itu terdiam tak menjawab. Darimana isterinya tau bahwa ia berselingkuh?

"Pergi saya bilang!"

"Tapi mas ..."

Perdebatan antara keduanya begitu sangat sengit berdebat untuk merebutkan hak asuh atas putri mereka. Sedangkan gadis malang itu hanya menangis di balik pintu rumah. Gadis berusia 3 tahun itu dengan air matanya menyaksikan perdebatan antara ayah dan ibunya, tidak mengerti apa-apa tapi dapat ia rasakan bagaimana hebatnya perdebatan kala itu.

"Saya akan secepatnya mengurus perceraian kita."

"Mas, tolong serahkan putri saya."

"Ayah, mamah."

Tiba-tiba seorang anak laki-laki menghampiri mereka berdua setelah sepulang sekolah.

"Bawa saja dia, tapi tidak dengan putri saya."

"Mas ... "

"Pergi, sebelum saya berubah pikiran."

"Pergi!"

"Kamu pergi dari sini atau saya lapor polisi."

"Saya akan secepatnya mengurus perceraian kita."

"Mas, tolong serahkan putriku."

"Ayah, mamah."

Tiba-tiba seorang anak laki-laki menghampiri mereka berdua setelah sepulang sekolah.

"Bawa saja dia, tapi tidak dengan putri saya."

"Mas ... "

"Pergi, sebelum saya berubah pikiran."

Berusaha untuk bangkit, berjalan menuju gerbang rumah. Sulit memang meninggalkan seseorang yang sangat ia cintai. Tapi, begitulah kehidupan kita pasti akan menemukan titik dimana kita sangatlah rapuh, iya rapuh dengan keadaan yang terus menekan kita untuk berpisah dengan seseorang yang sangat berharga.

Note : Hargai selagi ada, dan genggam ketika ingin pergi.

Next
Jangan lupa follow akun gue ya guys:*

Antara Kita [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang