Fakta

31 9 39
                                    

Steva diturunkan dari mobil milik Sarah. Steva di bawa ke sebuah hutan yang berada diujung kota.

"Cepet!" bentak Sarah kepada kedua preman.

"Iya bos."

Kedua preman itu mengeluarkan Steva dari mobil dan kemudian menggotongnya.

Mereka membawa Steva ke sebuah jurang yang curam. Kemungkinan dibawah jurang itu terdapat banyak binatang buas.

"Kita jatuhin sekarang bos?"

"Nanti dulu, saya mau liat anak ini sadar dan tau kalo dia bakalan saya buang ke sana," ucap Sarah sembari menunjuk jurang yang ia maksud.

"Baik bos."

Kedua preman itu menaruh Steva di sebuah pohon.

5 menit, Steva sadar dari pingsannya.

"Anak mamah udah bangun?" ucap Sarah.

"Lepas!" berontak Steva.

"Lepas? haha! kamu mau lepas sayang? nanti ya, tunggu Tuhan aja yang lepas. Sekalian ngelepas nyawa kamu. Hahaha!" ucap Sarah tertawa puas.

"Das--ar gak tau!" ucapan Steva terhenti.

"Gak tau apa hah?"

"Gak tau diri!"

"Hahaha! gak tau diri kamu bilang? setelah apa yang ibu dan ayah kamu lakukan terhadap saya. Kamu bilang saya gak tau diri?"

"Apa maksud kamu?"

"Ayah kamu udah membunuh suami dan anak saya! Tiga belas tahun yang lalu. Dimana keluarga saya utuh, tidak ada permasalahan yang terjadi tapi karena kecurangan ayah kamu dalam berbisnis membuat keluarga saya mengalami kebangkrutan. Dan kamu tau? tanpa kesadaran lalu suami saya membunuh anaknya sendiri."

Sarah mencoba mengatur nafasnya.

"Setelah kejadian itu, suami saya menjadi gila. Dan akhirnya dia meninggal di rumah sakit," jelas Sarah.

Sarah menarik kuat rambut Steva.

"Dan kamu? kamu akan menggantikan kesalahan ayah kamu, kamu akan bernasib sama seperti dia!"

"Awww," lirih Steva.

"Sakit ini belum seberapa! apa yang saya rasakan adalah sakit yang tidak pernah ada obatnya! kecuali kematian keluarga pelacur itu!"

"Apa maksud kamu? siapa keluarga pelacur?"

"Kamu gak tau? apa memang ayahmu tidak memberi tau kalo ibu kamu seorang pelacur? pemuas nafsu lelaki, wanita malam! jalang!"

Plak!
Steva menampar wajah Sarah.

"Jaga omongan kamu! mamah saya bukan pelacur!"

"Beraninya kamu menampar saya?"

"Saya tidak pernah takut dengan siapapun, termasuk anda!"

Sarah mendekatkan dirinya kepada Steva. Ia kembali menarik kuat rambut Steva.

"Kamu denger ya, anak seorang pelacur cuma pembawa sial!"

"Kur--ang ajar!"

Steva kembali ingin menampar wajah Sarah. Namun Sarah mencegahnya.

"Kamu buta, tapi soal sasaran gak pernah salah. Tapi sayangnya kamu bodoh!"

Sarah membisikkan sesuatu di telinga Steva.

"Kamu anak haram!"

Steva terdiam tak bicara lagi. Apa benar yang diucapkan oleh Sarah? bahwa dia memang anak haram?

Antara Kita [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang