Kesadaran

33 14 17
                                    

Let's ...

Reading ...

Loading ... Start!

"Kemungkinan saya memang mencintai, tapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kemungkinan saya memang mencintai, tapi ... " ucapan Malik terhenti.

"Tapi apa kak?" tanya Dhea.

"Tuhan kami berbeda."

Dhea terdiam. Sesulit itu kah mencintai seseorang yang berbeda keyakinan?

"Saya sudah mencoba untuk tidak menyukainya, tapi rasa ini tidak bisa dibohongi. Saya menyukainya dari pertama kami bertemu."

"Kak Malik enggak mau coba buat nyatain perasaan Kak Malik sama Steva?"

"Entahlah, biarkan saja rasa ini hilang dengan sendirinya."

"Kak Malik, jangan gantungin perasaan Steva dong."

"Saya harus gimana? saya tidak mungkin bersama dia. Agama saya melarang keras untuk berhubungan dengan seseorang yang berbeda agama. Begitu pun dengan orang tua saya, mereka pasti tidak akan pernah mengizinkan."

"Iya sih kak, tapi kakak tau kan kalo Steva suka sama kakak?"

"Iya saya tau."

"Nah itu, asal kakak tau dia itu ngarep banget bisa berhubungan sama kak Malik"

"Saya mengerti, tapi itu tidak akan mungkin. Tasbih milik saya dan salib milik dia tidak akan bisa bersatu"

Lagi-lagi Dhea diam kembali. Semua yang di ucapkan oleh Malik tidak salah. Sebuah perbedaan dengan tingkatan berbeda agama adalah cinta yang sulit untuk dipersatukan.

"Kak Malik yakin gak bakal bilang soal perasaan ini sama Steva?"

"Hm ... entahlah, biarkan waktu saja yang menjawab."

Dhea mengangguk. Ia pun bingung akan membalas ucapan Malik seperti apa.

"Ya udah Dhea, ini sudah sore. Mungkin Steva gak dateng, jadi saya pulang duluan," ucap Malik kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"Eh ... Kak Malik gak mau nunggu sebentar lagi?"

"Hm ... maaf! lain kali saya kabarin kalo mau beli buku lagi, permisi."

Setelah itu, Malik pun pergi meninggalkan Dhea. Tak lama dari situ, tiba-tiba Steva menelpon Dhea.

"Halo Stev."

"Halo Dey, lo di mana?"

"Cafe deket toko buku."

"Ya udah tunggu, gua bentar lagi ke sana."

"Iya, cepetan."

Tak butuh waktu lama, Steva pun datang menghampiri Dhea.

"Halo Dey."

Antara Kita [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang