Flashback

21 11 26
                                    

Tidak ada seseorang yang mampu menahan luka.

Tidak ada seseorang yang mampu menerima sebuah perselingkuhan.

Penghianatan?

Sahabat sendiri?

Sungguh luka itu adalah luka yang sangat amat menyakitkan.

Dengan gontai Steva berjalan menuju kamarnya. Sangat sulit sekali ia menerima semua kenyataan ini. Kekasih dan sahabatnya membuat luka yang sama dengan waktu yang sama juga. Sungguh, sulit untuk dipercaya.

"Gua gak nyangka semuanya bakal begini," lirih Steva.

Steva menatap langit-langit kamarnya. Ia berharap ini hanya sekedar mimpi. Tapi harapannya juga hanya sebuah mimpi. Mimpi di dalam mimpi. Ini sebuah kenyataan, ini bukan mimpi apalagi hanya sekedar halusinasi. Inilah pahitnya menjalin sebuah hubungan hanya karena sekedar suka tanpa ada rasa saling cinta.  Mulutmu bisa berbohong, tapi hatimu tidak.

"Arghhh, lo jahat Dey," lirih Steva dan kemudian membanting ponselnya.

Bragh!

Ponsel Steva hancur berkeping-keping. Hancurnya ponsel itu menjadi gambaran hati Steva yang ikut hancur hati itu juga.

"Gua bisa aja lupain kak Malik. Gua bisa aja cari pengganti dia, tapi buat Lo Dey. Gua gak tau apa bisa gua dapet sahabat yang bisa gantiin lo. Gua gak mau ini terjadi Dey, tapi pengkhianatan lo udah bikin gua kecewa."

Tak tau lagi apa yang harus Steva lakukan. Padahal satu Minggu lagi Malik akan berulang tahun.

Steva berjalan menuju kelasnya. Ia melihat Raffa sedang kesusahan membawa banyak buku. Steva pun menghampiri Raffa.

"Mau gua bantu?"

"Oh gak usah, makasih."

Raffa berdiri, ia menatap tajam ke arah Steva.

"Vani?"

Steva pun langsung ikut menatap Raffa tajam. Darimana dia tau panggilan Steva saat ia masih SMP? btw panggilan Vani itu adalah panggilan waktu Steva masih duduk di kursi Sekolah menengah pertama atau SMP.

"Lo Vani kan?"

"Ko--ko lo tau nama panggilan gua waktu SMP?"

"Gua Raffa."

"Raffa?" Steva kembali mengingat siapa sebenarnya Raffa ini.

"Iya gua Raffa, mantan lo waktu SMP."

"Hah? kok beda?"

"Ya lo gak tau, gua abis operasi karena kecelakaan. Jadi banyak yang di rubah dari muka gua."

"Ta--pi ini gak mungkin kan?"

"Gak mungkin gimana?"

"Kok gua bisa satu sekolah sama lo lagi?"

"Mungkin kita jodoh."

"Ogah banget gua jodoh sama lo."

Steva membalikkan badannya dan kemudian meninggalkan Raffa.

"Gemesin," lirih Raffa.

Dalam kelas, Steva masih memikirkan Raffa yang  mengaku sebagai mantan kekasihnya waktu SMP.

"Dor!"

Zahra mengangetkan Steva.

"Astaga Ra! lo ngagetin gua aja," ucap Steva kesal.

"Hehe ya maaf, lagian lo kok ngelamun sih? kesambet entar."

Antara Kita [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang