Donor mata

26 10 18
                                    

Setelah Steva mengetahui semua tentang keluarganya dan kebohongan ayahnya yang selama ini dirahasiakan. Dan ia sudah tahu bahwa ibunya masih hidup, Steva acuh tak acuh, ia memang merindukan ibunya. Namun karena kesalahan itu ia tak pernah berharap untuk bertemu dengan ibunya lagi.

Sulit memang menerima sebuah kenyataan. Apalagi kenyataan itu sangat pahit, kadangkala kita akan semakin terpuruk apabila mengetahui sebuah kenyataan dan kebenaran yang terjadi. Tapi, itulah hidup mau tidak mau kita harus siap menerimanya.

Bi Sumi masuk ke kamar Steva. Untuk memberitahukan bahwa Steva sudah mendapatkan donor mata yang cocok untuknya.

"Non ... non," panggil Bi Sumi.

Bi Sumi menghampiri Steva.

"Kenapa Bi?" tanya Steva.

" Ta--di dokter telpon, katanya ... " ucap Bi Sumi tergesa-gesa.

"Katanya apa Bi? coba pelan-pelan ngomongnya."

"Anu non, katanya non sudah mendapatkan donor mata yang cocok."

"Hah? Beneran Bi?"

"Iya non."

Steva tersenyum bahagia.

"Kapan Steva bisa jalanin operasi Bi?"

"Kata dokter, non nanti ke rumah sakit dulu."

"Sekarang Bi?"

"Iya non."

"Tapi kan Steva gak mungkin pergi ke sana sendiri."

"Yaudah non tenang aja, tadi bibi udah telpon den Malik buat anterin non."

"Syukurlah, yaudah Bi, Steva mau beres-beres dulu."

"Iya non, bibi bantu ya?"

"Iya Bi, makasih Bi."

Malik datang untuk menjemput Steva.

Setelah Steva berada di mobil Malik. Mereka pun segera pergi ke rumah sakit.

"Semoga gua bisa cepet bisa liat lagi kak," ucap Steva.

"Iya semoga aja Stev."

"Iya kak."

"Makasih ya kak, lo selalu ada buat gua."

"Iya Stev, saya akan berusaha untuk selalu ada buat kamu."

Malik memegang tangan Steva "Kamu semangat," ucapnya.

Steva dengan rasa gugupnya itu kembali memegang tangan Malik dengan merabanya.

"Iya kak pasti," jawabnya.

Malik tersenyum bahagia. Semoga ini bisa menjadi awal yang baik agar Steva membuka hati untuknya.

Setelah sampai di rumah sakit, mereka berdua pun masuk ke dalam ruangan dokter yang akan memeriksa Steva.

"Gimana dok? kapan Steva bisa jalanin operasi?" tanya Malik.

"Secepatnya, besok kita bisa melakukan operasi."

Steva menghela nafasnya "Makasih ya dok," ucapnya.

"Iya sama-sama, saya harap kamu bisa secepatnya sembuh."

"Iya dok semoga saja."

Setelah pembicaraan itu selesai. Steva dan Malik berniat untuk segera kembali ke rumah Steva. Namun, saat hendak melajukan mobilnya, Malik mengajak Steva untuk makan terlebih dahulu.

"Kamu mau makan dulu gak?" tanya Malik.

"Steva laper sih kak, boleh deh."

"Yaudah kita mampir di cafe deket rumah sakit aja."

Antara Kita [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang