D&R(17)

226 34 1
                                    

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]

Flora Sazkia Ganendra berlari dengan cepatnya menuju gerbang sekolah yang segera ditutup oleh pak SoKlin-satpam sekolah. Akhirnya ia bisa masuk dengan keringat yang sudah memenuhi dahinya.

Ia berlari menuju lorong kelasnya dengan tergesa gesa. Hari ini ia  bangun terlambat. Mungkin karena acara kemarin ditambah ia susah tidur karena ucapan gadis misterius itu.

Flora sampai didalam kelasnya namun ia merasa aneh saat semuanya memandangnya aneh, ditambah dengan Venus yang mau duduk bersama Daun lagi. Syukurlah jika mereka sudah baikan.

Flora duduk disebelah Fera seperti biasanya. Namun bukannya senang Fera justru malah diam dan tak mau menatapnya sama sekali. Ada apa ini?

Venus ingin mendekati Flora namun dicegah oleh Daun. Biar ia saja yang mendekatinya. Daun berjalan mendekati Flora perlahan lalu menunjukkan sesuatu di-ponselnya.

"Ini apa?" tanya Flora tak mengerti.

"Harusnya gue yang tanya ini apa?!" ujar Daun tampak marah.

Flora mengambil ponsel Daun. Ia terkejut saat melihat suatu artikel dengan tulisan 'Terbongkar! Dibalik wajah polosnya, Flora Sazkia Ganendra pembunuh!'. Apa? Pembunuh?

"Ini-ini bukan aku!" elak Flora.

"Seluruh sekolah udah tau. Lo pembunuh ayahnya Venus," jelas Daun membuat Flora semakin terkejut.

"Ayahnya Venus? Tapi aku-,"

"Gak usah ngelak! Lo yang buat rem bokap gue blong dan akhirnya nabrak mobil Daun sampe bokap gue koma! Dan sekarang! Dia meninggal dan itu salah lo!" teriak Venus marah pada Flora. Ia langsung pergi meninggalkan kelas diikuti oleh Daun.

Sama halnya seperti Flora, Daun juga terkejut. Ia kira Flora adalah gadis yang baik. Tetapi ternyata ia menusuk dari belakang. Ia tak mengira Flora sejahat itu bahkan ia mengadu domba antara dirinya dan Venus hingga mereka bermusuhan.

Daun memeluk erat Venus memberikan dia ketenangan. "Gue gak ngira Flora bisa lakuin hal sejahat itu." tak habis pikir.

Venus terisak. "Maaf."

"Kenapa lo minta maaf?"

"Gue udah nyalahin lo. Gue udah jauhin lo padahal lo gak salah apa apa. Gue minta maaf. Gue salah. Lo mau kan maafin gue?"

Daun kembali memeluk Venus. "Apapun kesalahan lo pasti bakal gue maafin." menghapus air mata Venus. "Kita sahabat. Dan dalam persahabatan gak ada kata maaf atau terimakasih."

***
Flora mencuci tangannya di wastafel kamar mandi sekolah. Masih memikirkan kejadian tadi siang. Siapa yang mengirimkan kabar hoax itu? Ia tak pernah melakukan hal semacamnya.

Ia mengelap tangannya lalu beranjak pergi namun ponselnya bergetar. Gadis itu menelponnya membuat Flora langsung mengangkatnya. Pasti itu adalah pekerjaannya.

"Mau kamu apa sih?! Kenapa kamu ganggu aku terus?!"

"Kau tau betul apa yang aku inginkan. Lakukan atau kamu akan lebih menderita!"

"Kenapa kamu benci banget sama Daun? Dia salah apa?!"

"Ini dendam lama. Kau tak akan mengerti!"

"Jika aku melakukan apa yang kamu inginkan. Apa kamu akan menghapus semua rumor itu?"

"Tentu saja!"

Flora menutup teleponnya menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam toilet. Ia langsung pergi kembali memikirkannya. Mau tak mau ia harus menuruti permintaan gadis misterius itu.

Daun & Ranting [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang