D&R(5)

463 41 49
                                        

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]

Daun diboncengi motor Ranting dengan wajah cemberut. Ranting sudah seperti bodyguard-nya saja. Dimana dia berada pasti ada Ranting. Sebenarnya om Sero ingin Ranting jadi guru privatnya atau bodyguard-nya sih?

Ranting yang melirik wajah Daun dari kaca spion tersenyum miring. Lucu pikirnya. Seharusnya Lestari lah yang menjemput Daun. Namun karena Lestari ingin mengerjakan tugas kampus bersama teman temannya jadilah ia yang menjemput.

Motor mereka tiba tiba terhenti di jalanan sepi. Ranting pun tak tau apa yang terjadi pada motornya ini. Bensin? Penuh. Mogok? Masa mogok kemarin saja baru diservis. Atau ban kempes? Ranting memeriksanya dan ternyata benar. Menyusahkan!

"Kenapa?" tanya Daun.

"Ban kempes," jawab Ranting mengedarkan pandangan  kepenjuru arah mungkin saja ada bengkel terdekat.

"Lo gimana sih? Niat jemput gue gak? Atau jangan jangan lo mau culik gue? Iya hah?!"

Ranting tak menghiraukan ucapan Daun. Ia menuntun motornya mencari keberadaan bengkel. Daun berdecak mengikuti Ranting seperti anak ayam mengikuti induknya.

"Gini nih kalo ngomong sama patung. Mulut mingkem mulu lo lagi sariawan?"

Lagi lagi Ranting tak menghiraukan celotehan gadis disampingnya ini. Daun memasang muka cemberutnya. Sepertinya ia sudah dianggap makhluk tak kasat mata oleh Ranting. Ranting meresahkan!

Sebuah mobil tiba tiba terhenti disamping mereka. Keduanya saling adu pandang seolah saling bertanya kenapa mobil itu berhenti?

Kaca mobil terbuka. Terpampanglah seorang cowok dengan jas warna hitam rapi tersenyum kearah Daun. Akar Ganendra. Membuat Daun bingung serta Ranting was was.

"Hai Daun, kenapa motornya?" tanya Akar tak memperhatikan Ranting yang berada disamping Daun.

"Eh, Akar. Iya nih motor Ranting ban nya kempes kek otak dia," ujar Daun lalu melirik Ranting.

"Mau ikut? Sudah mau malam loh ini," tawarnya.

"Eh, ng-nggak usah. Kita mau cari bengkel terdekat kok."

"Udah gak papa ikut saya saja."

"Lo budek? Dia bilang gak ya gak!" ujar Ranting memandang Akar dengan sorot mata tajam.

"Lo emang siapa nya dia?" membalas dengan sorot mata dingin.

Rasa canggung pun dimulai. Aish! Daun tak suka dengan suasana ini. Kenapa setiap mereka bertemu pasti ada saja yang di ribut kan? Seperti tom and jerry saja.

"Yaudah kita nebeng bapak aja. Maksudnya Akar," ujar Daun membuat Ranting melotot.

"Apa?!"

"Sama Ranting?" tanya Akar membuat Daun mengangguk.

Satu mobil dengan Ranting? Tidak tidak Akar tak bisa membiarkannya. Ia harus segera bertindak. Kalau Daun saja yang nebeng sih tak apa lah ini bersama Ranting.

"Kenapa gak kamu saja?" tanya Akar memandang Daun.

"Kenapa? Nyusahin ya kalau berdua? Kalau begitu kita-,"

"Iya iya tak apa, kalian bisa masuk."

Keduanya masuk kedalam mobil mewah milik Akar. Dengan posisi duduk Akar dan Ranting didepan dan Daun dibelakang. Jika seperti ini pasti akan adil pikir Daun.

Suasana semakin canggung. Daun menikmati angin sepoi sepoi lewat jendela mobil. Ranting tengah bermain game di ponselnya. Sedangkan Akar fokus menyetir.

Daun & Ranting [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang