[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]
Pagi ini Lestari datang ke kantor polisi untuk menjenguk ayahnya–Serowan Edward. Serowan pun senang dengan kehadiran putrinya ini. Lestari memandang wajah ayahnya itu, senang rasanya bisa melihat ayahnya lagi, berkumpul berdua lagi. Lestari benar-benar merindukan ayahnya.
"Pa," panggilnya membuat Serowan menatapnya penuh tanya. "I miss you."
Serowan memandang kedua manik mata putrinya, lalu memeluknya erat. "I miss you too, sayang." mengelus puncak kepala Lestari dengan penuh kasih sayang.
Serowan tiba-tiba melepaskan pelukannya membuat Lestari terkejut, ia mengalihkan pandangan ke sekitar.
"Adik kamu dimana nak? Apakah dia tidak ikut menjenguk Papa?" tanya Serowan seketika membuat Lestari bingung.
Tentu saja Lestari tau siapa yang dimaksud oleh Papanya ini, siapa lagi jika bukan Daun? Bagaimana ia bicara pada Serowan? Tidak mungkin kan Lestari cerita bahwa ia telah mengusir Daun dalam keadaan marah, bahkan ia tak tau dimana Daun tinggal saat ini.
"Kalau kamu mau kesini diajak lah," pesan Papanya membuat Lestari mengangguk.
Serowan duduk di sebelah Lestari. "Papa tau ini hal berat untukmu, tapi bukankah lebih berat keadaan Daun saat ini?"
Lestari menoleh, menatap papanya penuh tanda tanya. "Maksudnya Pa? Lestari gak ngerti."
"Bayangin aja, ternyata Om yang selama ini jaga dia, rawat dia, adalah pembunuh kedua orang tuanya, bahkan dia juga berpisah dari kakak kandungnya selama Enam belas tahun, bayangkan nak."
Lestari terdiam, merenungi ucapan Papanya itu, dia benar, kondisi Daun jauh lebih sulit darinya, bahkan kondisinya menjadi lebih sulit setelah ia mengusirnya dari rumah, Lestari benar-benar menyesal dengan keputusannya tempo hari itu.
"Waktu kunjungan sudah habis," ujar sang polisi, siap membawa Serowan kembali ke sel penjara.
Serowan mengelus puncak kepala Lestari lalu tersenyum. "Papa titip Daun."
***
Setelah pertemuannya dengan ayahnya, Lestari bergegas untuk pergi ke rumah sakit, ia yakin pasti Daun masih berada disana, Lestari harus cepat-cepat meminta maaf padanya, ia dan Papanya sudah punya banyak salah padanya.
Lestari langsung turun dari mobilnya dan mencari ruang inap milik Daun, kemarin Venus dan Mars bilang Daun sedang dirawat di rumah sakit, entah Daun sudah pulang atau belum yang pasti Lestari harus segera bertemu dengannya.
"Mba, maaf mau tanya, ruang inap atas nama Riai Daun Anantasya dimana ya?" tanya Lestari pada resepsionis.
"Kak Les," panggil Gempa yang datang bersama Mars dan Venus.
Lestari sama terkejutnya dengan Gempa, untunglah dia bertemu mereka.
"Kamar inap Daun dimana?" tanya Lestari tanpa basa-basi.
"Ngapain tanya kamar inap Daun?" ujar Venus tanya balik dengan nada sinis. "Bukannya lo udah ngusir Daun dari rumah ya kak? Kenapa nyariin?"
"Venus, please, ini bukan waktunya untuk berdebat."
"Bukan berdebat, tapi emang faktanya kan? Ngapain cari Daun lagi? Oh gue tau, pasti mau nyakitin dia lagi kan?"
"Venus," tegur Mars tapi Venus tetap tak mau diam.
"Cukup sakitin Daun kak, dia udah cukup menderita, jangan ditambahin lagi."
"Venus, udahlah jangan berantem," lerai Mars.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daun & Ranting [END]
Jugendliteratur"Kenapa harus lo sih! Kan ada gitu guru privat lain kenapa om Sero harus milih lo!" "Bawel!" "Nyebelin tau gak! Dapet guru privat kek lo! Pinter gak! Tambah bodoh iya!" "Mau belajar atau bacot?" _________________________ Riai Daun Anantasya seorang...