D&R (27)

301 34 2
                                        

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]

Malam ini Daun dan Ranting berkunjung ke kantor polisi untuk menemui Serowan dan Glora. Daun saat ini sedang mondar-mandir menunggu polisi datang membawa Serowan.

"Daun," panggil Serowan yang sudah datang bersama pak polisi.

Tanpa aba-aba Daun langsung memeluk Serowan. Bagaimana pun ia sudah menjaga Daun sampai seperti ini, Daun sudah menganggap Serowan sebagai ayahnya sendiri.

Serowan membalas pelukan Daun. "Kamu gak marah sama Om nak?"

Daun menggeleng. "Nggak sama sekali om, Daun... Daun... gak mau Om Sero dipenjara." terisak.

"Daun." melepaskan pelukan Daun. "Dengerin Om, Om gak papa disini jadi Daun gak usah khawatir ya, lagian ini salah Om, harusnya Om dipenjara dari dulu."

"Enggak Om, nggak salah. Om baik banget sama Daun, Om ngerawat Daun sampai sebesar ini."

"Oke, Om gak salah sama kamu, tapi sama kakak kamu Glora. Jadi biarin Om nebus semua kesalahan Om sama kakak kamu Glora dan kedua orang tua kamu ya."

"Tapi om..."

"Sst! Daun jangan nangis lagi ya, Daun kan kuat. Masa nangis di depan pacar kamu sendiri, malu dong," menghapus air mata Daun.

Serowan melirik sekitar, tak menemukan orang yang ia cari. "Lestari gak ikut?"

"Dia–"

"Dia sibuk Om, makanya gak ikut," ujar Daun memotong ucapan Ranting, berusaha menyembunyikan kebenaran bahwa Lestari telah mengusirnya pergi dari rumah.

"Waktu berkunjung sudah habis," ujar pak polisi.

Serowan mengusap kepala Daun lalu menciumnya. "Jangan nangis lagi ya, Kamu anak yang kuat, Om yakin itu."

Setelah mengatakannya Serowan langsung pergi dibawa sang polisi. Selanjutnya keduanya akan menemui Glora–kakak kandung Daun, semoga saja Glora mau bertemu dengan mereka.

Setelah lima menit berlalu Glora akhirnya datang bersama pak polisi, duduk di depan Daun dan Ranting.

"Ada apa kalian berdua manggil aku?"

Keduanya saling menatap.

"Kita cuma mau tau kondisi kakak aja kok, kakak baik-baik aja kan?" ujar Daun dengan sangat hati-hati.

Glora tersenyum miris. "Dipaksa baik-baik saja oleh keadaan."

"Kak Glora hebat, bisa menyimpan luka sedalam itu sendirian, aku bangga punya kakak kayak kak Glora," puji Daun.

"Faktanya aku bisa menyimpan luka, dan membuat luka untuk orang lain juga."

Seperti yang kemarin telah diceritakannya, sewaktu kecil kurang lebih masih berumur tujuh tahun, Glora sempat ditangkap polisi karena membunuh teman mainnya.

Daun sendiri tak tau bagaimana kronologi nya yang pasti sejak kecil Glora sudah menjadi mantan nara pidana.

"Gue bunuh temen gue yang baik banget sama gue, cuma karena gak mau pinjemin mainan sama gue," mengingat masa-masa dimana dirinya di panti asuhan bersama orang itu.

Tampak kedua anak itu sedang bermain bersama, Glora anantasya bersama satu orang teman gadisnya–Livia. Keduanya tampak bersenang-senang bersama.

"Livia, bolehkah aku meminjam barbie mu itu?" tanya Glora dengan nada gemasnya.

"Maaf Glora, aku tidak bisa. Ini boneka barbie yang sangat aku sayangi, kamu boleh bermain boneka barbie ku yang lainnya," ujar Livia sambil memeluk boneka barbie kesayangannya.

Daun & Ranting [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang