[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]
Mata Daun perlahan mulai terbuka. Ia memegangi kepalanya yang sedikit sakit dan mengedarkan pandangan kepenjuru arah. Remang remang ia melihat Mars sudah berada disampingnya.
"Daun lo udah sadar?" tanya Mars membantu Daun untuk duduk.
"Gue dimana?" tanya Daun masih memegangi kepalanya.
"UKS, tadi Ran-,"
"Mars. Lo dipanggil pak Jajang. Katanya disuruh beresin bola," ujar salah satu siswi disana dan langsung pergi.
"Gue pergi dulu. Gws," pamit Mars lalu berlari meninggalkan Daun.
Daun mulai mengingat kejadian tadi. Apakah Mars yang membawanya kesini seusainya pingsan? Ia berbaring kembali tak mau memikirkan hal itu.
***
Tampak seorang gadis tengah berkutat dengan banyak buku buku. Riai Daun Anantasya kini sedang belajar sambil mengumpat kesal. Seperti biasa ia yang belajar dan Ranting sibuk bermain game. Not have akhlak!Ia berusaha memecahkan beberapa soal matematika yang Ranting buat dengan kepala mengepul mengeluarkan asap. Otaknya sudah mendidih karena soal matematika yang Ranting buat.
Tiba tiba Ranting menghentikan aktivitas ngegamenya dan memegangi perutnya membuat Daun mengerutkan kening. Hmm ada yang tidak beres.
"Lo kenapa?" tanya Daun yang melihat wajah Ranting semakin pucat.
"Maag."
"Maag? Hah? Maag lo kambuh?" Ranting mengangguk memegangi perutnya yang terasa perih.
"Obat lo taruh mana?" tanya Daun mengobrak abrik isi tas Ranting.
Tak lama kemudian Daun akhirnya menemukan obat maag milik Ranting. Langsung saja ia menyuapi Ranting satu sendok obat itu. Ia mengelap keringat di dahi Ranting yang bercucuran.
Ranting menatap Daun lekat. Astaga apa ini? Jantungnya kenapa berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Fix! Ia harus segera memeriksa kan ya kedokter. Aish! Sudah sakit maag, jantung pula.
"Lo belum makan?" tanya Daun membuat Ranting menggeleng.
Daun lalu berjalan kearah dapur. Berusaha mencari pembantu rumah tangganya tetapi sepertinya ia sedang pergi. Astaga bagaimana ini? Daun tak bisa memasak apapun. Ya hanya bisa masak nasi goreng sih. Yasudahlah tak apa daripada Ranting kesakitan.
Ia mulai meracik bumbu bumbu untuk membuat nasi goreng yang biasa ia buat saat tak ada seorangpun dirumah.
Setelah beberapa menit memasak akhirnya nasi goreng ala Daun telah jadi. Ia mengendus bau sedap yang berasal dari nasi goreng nya itu. Fix! Riai Daun Anantasya selain seorang model ia juga seorang chef.
Ia berjalan ke ruang tamu dengan membawa nasi goreng yang baru saja ia buat bersama dengan segelas air putih untuk Ranting. Sudah seperti istrinya saja!
"Nih nasi goreng ala chef Daun sudah siap!" ujar Daun dengan begitu sombongnya.
Ranting berdecak lalu menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya. Sial! Kenapa enak? Ranting berusaha sekuat tenaga untuk tak memuji nya bisa besar kepala dia.
"Gimana enak?" tanya Daun dengan mata berbinar.
"Gak enak. Rasanya parah!" jawab Ranting namun masih menyuapkan nasi ke mulutnya membuat Daun mendengus kesal.
"Gak enak kok masih dimakan. Sini biar gue coba. Kalo lo bohong awas! Gue santet lo! Mumpung ini malem jumat."
"Gue santet lo balik."

KAMU SEDANG MEMBACA
Daun & Ranting [END]
Teen Fiction"Kenapa harus lo sih! Kan ada gitu guru privat lain kenapa om Sero harus milih lo!" "Bawel!" "Nyebelin tau gak! Dapet guru privat kek lo! Pinter gak! Tambah bodoh iya!" "Mau belajar atau bacot?" _________________________ Riai Daun Anantasya seorang...