Extra Part + QnA

599 38 34
                                        

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]

8 tahun kemudian...

"Mama... Dara mau pipis!!" ujar seorang anak kecil berkisar empat sampai lima tahunan berlari kearah seorang cewek yang tengah memasak.

Gadis kecil itu menarik narik baju ibunya. "Mama.. Dara mau pipis! Kebelet maa.." rengeknya.

"Iya sayang nanti ya," jawab cewek itu masih fokus memasak.

"Papa pulang!" teriak seorang cowok menggunakan pakaian formal dengan koper yang ia letakkan sembarangan arah sambil melonggarkan dasinya.

"Papa!!" gadis itu berlari kearah cowok itu membuatnya secara reflek menggendong anaknya.

"Anak papa. Apa kabarnya sayang?" tanya cowok itu penuh kasih sayang.

"Papa. Dara mau pipis!" rengeknya.

"Oh mau pipis? Ayok papa temenin."

Cewek itu geleng geleng melihat tingkah anaknya. Lebih tepatnya gemas sendiri. Ia menata makanan karena sebentar lagi makan malam akan tiba. Ia-Riai Daun Anantasya bersama Ranting Abimanyu telah menikah bekisaran 4 tahun lalu.

"Dara, cepetan, nanti makanannya dingin loh!" teriak Daun.

Dengan langkah kecilnya Dara menghampiri Daun lalu duduk dibantu oleh Ranting. Sementara itu Daun menyiapkan makanan untuk keduanya.

Setelah menikah keduanya memutuskan untuk tinggal di apartemen yang pernah dihuni oleh Daun. Sangat nyaman untuk dihuni.

"Oh iya, aku besok libur, jadi mau gak jalan-jalan?" tawar Ranting pada istri dan anaknya.

"Mauu," ujar Dara tanpa pikir panjang membuat keduanya gemas sendiri.

"Gimana?" tanya Ranting pada Daun.

"Ya, aku sih oke-oke aja, asal kamu ada waktu dan Dara seneng."

"Yeay! Jalan-jalan," teriak Dara, sangat bersemangat.

***

Seperti janji Ranting, hari ini ketiganya pergi ke tempat bermain anak, Dara kelihatan sangat senang sekali. Keduanya dapat melihat putri mereka satu-satunya ini berinteraksi dengan waktu yang singkat bersama anak lain.

Seperti hari ini, tampak Dara sedang berbicara pada anak lain dengan sangat mudah, bahkan tanpa malu-malu.

"Dia kayak kamu," ujar Ranting, melihat interaksi Dara bersama anak lain yang kelihatan akrab sekali padahal baru pertama kali bertemu.

Daun tersenyum. "Iyalah, anak aku."

Di sisi lain Dara menepuk punggung seorang anak lelaki yang mungkin berumur sekitar sembilan tahun, membuatnya menoleh kaget.

"Astagfirullah, kamu ini ngagetin aja," ujar anak lelaki itu sambil mengelus dadanya.

Dara menggaruk tengkuknya dengan wajah lucu yang ia tampilkan. "Hehe, maaf. Aku cuma mau ajak kamu main, main yuk!" ujarnya bersemangat.

Anak lelaki itu menggeleng gemas. "Saya tidak main, cuma menemani adik saya bermain saja."

Dara tampak berpikir. "Kalau gitu yaudah, aku mau main sama adik kamu aja, adik kamu yang mana?"

Anak lelaki itu menunjuk pada anak lelaki seumuran Dara sedang bermain trampolin, hal itu seketika membuat wajah Dara menjadi riang dan langsung berlari mendekati trampolin itu.

"Eh tunggu..." teriak anak itu, namun tak menghentikan langkah kecil Dara membuatnya menggeleng. "Sama-sama."

Anak lelaki itu bisa melihat adiknya cepat akrab dengan Dara–gadis kecil yang baru saja ia temui. Padahal adiknya itu bukan tipe anak yang cepat akrab dengan teman sebayanya.

Melihat interaksi anaknya membuat Daun dan Ranting berjalan mendekati anak lelaki yang disapa oleh Dara.

Ranting bertekuk lutut, mensejajarkan tingginya dengan anak lelaki itu. "Hai."

Anak lelaki itu menoleh. "Waalaikumsalam."

Jawaban anak lelaki itu membuat Ranting dan Daun saling menoleh.

Kemudian Ranting tersenyum penuh kagum. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab anak itu lalu melirik Daun dan Ranting secara bergantian. "Maaf, kalian siapa ya?"

"Kenalin, mamanya gadis yang kamu ajak ngobrol tadi," ujar Daun memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan.

Anak lelaki itu hanya melirik uluran tangan Daun, bukannya menerimanya anak itu malah menyatukan kedua tangannya. "Salam kenal tante, saya Elang."

"Kamu kenapa gak main?" tanya Daun, menarik kembali uluran tangannya.

"Saya disini cuma nemenin adik saja aja tante," ujarnya sopan.

"Yang lagi main sama anak tante ya?"

"Iya, Tante."

Ranting memperhatikan anak lelaki yang diketahuinya bernama Elang itu, sepertinya ia dari keluarga baik-baik dan attitude yang dia miliki juga bagus.

"Orang tua kamu dimana?" tanya Ranting.

"Di sana." Elang menunjuk pada sepasang suami istri yang sedang mengantri untuk membeli makanan pada kedua anaknya.

Daun menyipitkan matanya, sepertinya ia pernah melihat wanita yang bersama lelaki itu, tapi dimana. Melihat istrinya yang sedang memperhatikan seseorang, Ranting menyenggol lengannya.

"Kenapa?"

Daun tak menjawab pertanyaan Ranting, masih fokus dengan apa yang ia lihat. Saat wanita dengan jilbab panjang berwarna ungu itu menoleh sambil tersenyum membuat Daun melotot, tak salah lagi itu pasti dia.

Wanita itu bersama lelaki di sampingnya membawa empat makanan untuk mereka santap. Tanpa aba-aba Daun langsung berlari menghampiri wanita itu dan langsung memeluknya, sontak membuat wanita itu terkejut.

Tak hanya wanita itu, suaminya pun ikut terkejut. Sementara Ranting tak henti hentinya menatap wajah gadis itu, sungguh benar-benar tak bisa dipercaya.

"Maaf, kamu siapa?" tanya wanita itu, sopan.

Dengan mata berkaca-kaca, Daun menjawab, "Flora."

-Selesai-









MASIH MAU S2 NYA GAK NIHH?

OKE SEKARANG BAGIAN QNA YA!

RANTING?

DAUN?

FLORA?

VENUS?

MARS?

GEMPA?

FERA?

AUTHOR?

PERTANYAAN UNTUK SETIAP TOKOH AKU UPDATE DI PART SELANJUTNYA YA! SEE YOU!

Daun & Ranting [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang