"Kenapa harus lo sih! Kan ada gitu guru privat lain kenapa om Sero harus milih lo!"
"Bawel!"
"Nyebelin tau gak! Dapet guru privat kek lo! Pinter gak! Tambah bodoh iya!"
"Mau belajar atau bacot?"
_________________________
Riai Daun Anantasya seorang...
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]
Seorang gadis tengah melamun di atas balkon rumahnya. Riai Daun Anantasnya sedang dalam keadaan bimbang. Ucapan Ranting tadi malam selalu terngiang-ngiang di kepalanya.
Sebuah tepukan bahu membuat Daun terpelonjat kaget. "Kak Les. Ngagetin deh."
Lestari tertawa. "Ya Maaf. Kenapa lo? Kusut amat tuh muka? Lagi mikirin apa sih?"
Daun berdecak. "Kalo nanya satu-satu."
"Iyaa Daun... lo kenapa? Ada masalah?"
Daun menghela nafas. "Ranting."
"Dia kenapa lagi?"
"Nembak gue."
Lestari terkejut. "Hah Nembak lo? Terus lo gak papa? Wah kurang ajar!"
Daun mengangguk. "Gue bingung."
"Parah emang tuh anak. Jadi gimana kata dokter?"
Daun mengerutkan kening. "Dokter?"
"Iya dokter, katanya lo ditembak? Udah dikeluarin pelurunya?"
Daun menabok dahinya. "Maksud gue Ranting nyatain perasaan ke gue kak."
"Ooh gitu? Maaf otak gue agak konslet gara-gara ngerjain skripsi." menggaruk tekuknya yang tak gatal. "Jadi gimana? Lo udah jawab?"
Daun menggeleng. "Belum."
"Kok belum? Kenapa gak dijawab langsung aja?"
"Kalo gue terima dia gimana sama Flora?"
"Emang dia kenapa?"
"Pernah ada rumor beredar. Flora sama Ranting jadian."
Lestari dapat melihat raut muka Daun yang kelihatan sangat sedih. Sepertinya ia kembali mengingat kejadian yang membuatnya sedih.
"Terus apa kata Ranting?"
"Katanya... dia gak pernah punya perasaan apa-apa sama Flora."
"Nah Rantingnya aja udah bilang gitu. Berarti dia beneran suka sama lo. Beres kan?"
Daun berpikir sejenak lalu tersenyum kecil. "Gue pamit ke atas ya kak."
Lestari mengangguk. Meminum kopi yang baru saja ia buat. Daun berjalan ke arah kamarnya. Menutup pintu secara perlahan. Pandangannya tertuju pada sebuah kotak berwarna merah.
Daun segera mengambil benda itu, membukanya secara perlahan. Ia kembali mengingat kejadian tadi malam.
Ranting memberikan sebuah kalung couple, yang satu berbentuk gembok sementara yang satu berbentuk kunci. Ranting memberikan kalung yang berbentuk kunci untuk Daun.
Daun hanya menerimanya. Menatap Ranting dengan sorot mata bingung.
Ranting tersenyum. "Gak papa kalo lo belum mau jawab. Gue ngerti."
"Besok pagi waktu berangkat sekolah kalo lo pake kalung ini. Berarti lo terima gue. Tapi kalo lo ngembaliin kalung ini ke gue." terdiam sebentar. "Lo nolak gue."
Daun menatap kalung itu lama lalu tersenyum penuh arti. "Gue udah jatuh terlalu dalam. Apa bisa gue nolak lo?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.