D&R(1)

1.5K 125 126
                                        

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]

Tampak seorang gadis tengah berlarian menuju ruang kelasnya, kemarin mungkin dia bisa selamat dari guru killer namun sepertinya ini berbeda. Gadis itu terus berlari hingga tiba tiba dia menabrak sebuah dada bidang kekar sedang melotot padanya.

"Kenapa kamu terlambat lagi!" ujar pak Tatang mengintrogasi gadis di depannya ini.

Pak Tatang memutari tubuh gadis itu. "JAWAB!"

"Kesiangan pak," jawab gadis itu takut takut.

"Kesiangan kok tiap hari. Memang tidak ada alasan lagi!"

"Yaudah pak saya ulangi. Gak ada kendaraan pak," ulang gadis itu membuat pak Tatang frustasi.

"RIAI DAUN ANANTASYA! PUTER LAPANGAN 10 KALI!"

***
Seperti perintah pak Tatang Daun berlari mengelilingi lapangan dengan keringat terus bercucuran membasahi dahinya. Dia tak bisa melawan pak Tatang, melawan pun tidak berguna karena pada akhirnya dia akan dihukum juga sungguh sial nasibnya.

Daun terus berlari hingga pada putaran terakhir dia berhenti menarik nafas dan membuangnya pelan agar nafasnya bisa normal kembali lalu duduk di tepi lapangan.

Tak.

Tak.

Tak.

Suara langkah kaki terdengar menghampirinya. Tiba tiba seseorang menyodorkan sebuah botol minum untuknya, merasa penasaran akhirnya Daun mendongak dan ternyata memang benar dialah orangnya yang membuat Daun lagi lagi jadi dihukum.

"Gue gak mau!" tolak Daun sok jual mahal.

"Yakin?" ujar cowok itu.

"Ya-yakin! 100% yakin!" ujar Daun tetap kukuh.

"Oke kalau gitu gue minum," ucap cowok itu sambil membuka tutup botol minuman yang dia beli.

Daun meneguk ludahnya kasar. Sial! Bukannya membujuknya agar mau minum malah mau diminum sendiri.

Saat cowok itu ingin minum tiba tiba Daun bangkit dari duduknya lalu merampas minuman itu lalu meneguknya hingga tandas tak tersisa setetes pun.

Cowok itu tersenyum miring lalu berbalik mengatakan, "Bilang aja gengsi." Lalu pergi meninggalkan Daun.

Sialan! Kenapa rasa dahaga Daun tak mampu tertahan. Sungguh memalukan! Daun mengejar langkah kaki cowok itu.

"Asal lo tau! Gue gak gengsi!" ujar Daun menyamakan langkah kedua kaki cowok itu.

"Terus tadi namanya apa?" masih berjalan.

"Ya cuma lo harus tanggung jawab karena udah bikin gue kesiangan bangun!"

Langkah cowok itu berhenti lalu menatap datar Daun seolah meminta penjelasan.

"Apa lo natap gue? Naksir baru tau rasa," ucap Daun tetapi cowok itu tetap menatap datar Daun.

"Ngapain sih lo natap gue? Mata lo mau gue colok?" lanjut Daun lalu berusaha pergi namun tangannya dicekal olehnya.

"Maksud lo bangun kesiangan gara gara gue?" tanya cowok itu masih menatapnya datar.

"Karena lo udah suruh gue hafalin rumus Kuartil satu sampe tiga, desil, persentil, belum juga rumus rumus yang lain gue hafalin tapi gak ke simpen di otak gue! Sampe sampe gue begadang dan hasilnya apa? Gue gak inget semuanya terus gue harus apa Paryono??" ujar Daun menceritakan kisah semalamnya.

Cowok itu menarik nafasnya panjang. "Nanti pulang sama gue," perintahnya.

Daun mendengus kesal. "Gak! Gue pulang sama Venus," tolak Daun.

Daun & Ranting [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang