[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]
Tampak banyak orang berbaju hitam mengerumuni sebuah gundukan tanah dengan batu nisan bertuliskan 'Flora Sazkia Ganendra binti Buana Ganendra'. Buana selaku ayahnya sangat terpukul atas kepergian putrinya.
Buana belum melihat putrinya bahagia menikah dengan orang yang sangat dia cintai. Tetapi takdir berkata lain. Flora telah pergi meninggalkan dirinya.
Flora ditemukan dibawah jurang di sebuah hutan dengan kondisi mengenaskan. Bahkan wajahnya tak dapat dikenali. Sebenarnya Ranting sudah bilang kepada dokter agar jasad Flora di autopsi. Namun Buana menolak dia yakin itu adalah putrinya. Ranting pun tak bisa apa-apa.
Buana mengelus batu nisan putrinya dengan lembut. "Tenang di sana ya nak. Nanti Papa akan menyusulmu di sana. Tetap tenang ya nak."
"Kamu yang tenang di sana ya dek. Kakak dan papa akan berusaha ikhlasin kamu. Biar jiwa kamu tenang," tambah Akar tak kuat menahan tangis.
Mawar mendekap Akar. Ikut merasakan penderitaannya. "Kamu harus ikhlas. Flora pasti aman kok di sana. Dia anak baik. Pasti dia akan dijaga oleh Tuhan."
Akar mengangguk. Membenarkan ucapan Mawar. Beralih menatap ayahnya. Akar menyentuh bahu Buana. "Papa pulang yuk. Papa butuh istirahat."
Buana mengangguk. Ikut pulang bersama anak dan menantunya. Saat melewati Roni, Buana terhenti menatapnya tajam. "Kerjasama kita batal."
Roni terkejut mendengarnya namun ia bisa mengerti. Pasti ia kesal karena Ranting pergi begitu saja pada saat acara pertunangannya bersama putrinya.
"Baik. Uang bisa dicari. Tapi putraku cuma satu. Dia adalah satu-satunya penerusku."
Buana semakin kesal dengan pernyataan Roni. "Akar, Mawar, ayo kita pulang."
Buana pergi diikuti oleh Akar dan Mawar. Ranting menatap Roni, terharu dengan apa yang ia katakan barusan. Ranting langsung memeluknya erat. "Makasih pah."
Roni tersenyum ikut memeluk putranya. "Papa sadar. Cinta kamu untuk Daun bukan untuk Flora. Maafin papa Ranting. Papa main jodoh-jodohin kamu padahal kamu sudah besar. Kamu bisa mencari wanita yang kamu sukai sendiri."
"Om Roni," panggil Daun mendekati Roni. "Maaf. Karena Daun kerjasama antara Om Roni dan Om Buana jadi batal. Maafin Daun Om. Daun nggak bermaksud gitu kok."
Roni tersenyum. "Tidak ini bukan salah kamu. Jadi kamu tidak boleh merasa bersalah. "Roni menyatukan tangan Ranting dan Daun. "Papa setuju kamu sama Daun."
Keduanya terkejut sekaligus bahagia karena sudah diberi restu. Akhirnya hari yang dinantikan telah tiba. Ranting dan Daun bisa bersatu.
Roni memegang lembut bahu Ranting. "Jaga Daun. Jangan sampai kamu menyakiti hatinya."
Ranting tersenyum senang. "Siap pah!"
"Ingat ya Ranting. Jangan buat calon menantu mama sedih," tambah Tangkai membuat Daun malu-malu kambing.
"Istriku ayo kita pulang," ajak Roni diangguki oleh Tangkai.
Kini hanya ada Ranting, Daun, Venus, Mars, Gempa, dan Fera. Apalagi Fera masih terpukul atas kematian sahabat satu-satunya. Fera masih menangis walaupun sudah berkali-kali ditenangkan oleh Gempa tapi tetap saja air matanya tak bisa berhenti.
"Udah dong. Nangis lo kayak kena KDRT aja," ujar Gempa bingung cara membuat Fera tenang.
"Hiks.. lo kira gue abis dipukul! sumpah Gem gue benci lo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Daun & Ranting [END]
Teen Fiction"Kenapa harus lo sih! Kan ada gitu guru privat lain kenapa om Sero harus milih lo!" "Bawel!" "Nyebelin tau gak! Dapet guru privat kek lo! Pinter gak! Tambah bodoh iya!" "Mau belajar atau bacot?" _________________________ Riai Daun Anantasya seorang...