[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA JUGA VOTE & KOMEN YAA KARENA ITU SANGAT BERGUNA BANGET BUAT AUTHOR]
Srek.
"DAUN!" Teriak Ranting, menangkap tubuh Daun yang tiba-tiba saja tumbang setelah memeluk Glora.
Ranting terbelalak saat melihat ada pisau tertancap di pinggang sisi kiri Daun, sementara Glora tertawa dengan nada yang mengerikan, benar-benar seperti psikopat.
Ranting menepuk pipi Daun karena kesadarannya mulai hilang. "Daun, bangun."
Sang polisi langsung menarik Glora untuk kembali ke sel penjara.
"Bukankah seperti psikopat?" ujar Glora menatap Ranting tajam, lalu dibawa oleh sang polisi pergi.
Polisi yang lain membantu Daun untuk segera membawanya ke rumah sakit, darahnya keluar sangat banyak.
"Bangsat!" umpatnya.
***
Lampu UGD menyala, menandakan Daun sedang di cek keadaannya oleh sang dokter dan beberapa perawat lainnya, sedangkan Ranting bersama Mars, Venus, dan Gempa menunggu di depan pintu UGD, menemani Ranting.
"Jelasin ke gue sebenernya apa yang terjadi?" tanya Venus pada Ranting. "Kenapa Daun bisa sampe kayak gitu?"
Ranting terdiam sejenak.
"Ting, jawab dong!" desak Venus.
Ranting menghela nafas. "Glora."
Ucapan Ranting membuat mereka bingung, kenapa Ranting malah menyebutkan nama wanita itu?
"Wait, maksud lo yang bikin Daun kayak gini itu dia?" tanya Mars tepat sasaran.
"Wah kalau emang bener parah! Bisa-bisanya dia celakain adiknya sendiri, adik kandungnya loh," ujar Venus tak mengerti jalan pikiran Glora.
"Tapi tunggu, gue kayak pernah denger nama Glora sebelumnya deh, kayak gak asing gitu," ucap Gempa, berusaha mengingat sesuatu.
"Ah, bohong lo, orang gue aja baru pertama kali denger nama Glora Anantasya," kata Mars, tak percaya.
Gempa diam, masih berusaha mengingat sesuatu. Aneh, nama Glora benar-benar tak asing dalam pikirannya, dan sepertinya ia teringat seseorang.
Gempa datang membawa tiga minuman membuat salah satunya tumpah ke baju nya.
Ranting berdecak sambil mengelap bajunya yang terkena tumpahan minuman. Gempa sialan!
"Maaf ting, gue kaga sengaja. Lagian lo kaga ngomong si kalo mau keluar," ujar Gempa dengan cengiran tak berdosanya.
Ranting tak menggubris ucapan Gempa, masih fokus mengelap bajunya yang basah. Sementara Gempa mengamati foto yang ada di tangan Ranting. Kayaknya gue kenal, tapi siapa? Pikir Gempa.
"Siapa tuh cewek?" tanya Gempa menunjuk pada foto yang digenggam Ranting.
"Bukan siapa siapa."
"GUE INGET!" Teriak Gempa, mengagetkan mereka semua.
"GEMPA! Lo jangan teriak-teriak dong! Nanti kalau diusir gimana?!" omel Venus.
"Ya, maaf kebablasan," pinta Gempa, lalu melirik Ranting. "Ting, lo inget kan waktu lo nunjukin foto keluarga lo sama keluarga orang ke gue sama Mars, inget gak?"
Ranting berusaha mengingat lalu mengangguk. "Kenapa?"
"Gue baru inget, kalau gue kenal dua cewek yang foto sama keluarga lo itu siapa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Daun & Ranting [END]
Teen Fiction"Kenapa harus lo sih! Kan ada gitu guru privat lain kenapa om Sero harus milih lo!" "Bawel!" "Nyebelin tau gak! Dapet guru privat kek lo! Pinter gak! Tambah bodoh iya!" "Mau belajar atau bacot?" _________________________ Riai Daun Anantasya seorang...