This Me, I Will: Ending.

6.1K 253 44
                                    

Tidak adil sekali. Setelah semua yang ia perbuat dulu, mengapa Neraca masih bisa tersenyum lebar?

Mengapa gadis itu masih terus dikelilingi orang-orang?

Mengapa ia tak menyerah saja, saat Fanny merebut segalanya?

Mengapa sekarang justru Fanny yang terlihat menyedihkan?

Mengapa ...

"Sudah lama, ya, kita gak ketemu, Ner?" Mereka duduk berdua di bangku taman, Fanny merunduk seraya meremas jemarinya. "Apa kabar?"

Angin berhembus, rambut Neraca berterbangan. Gadis itu menoleh- lalu menghela napas. "Enggak usah basa-basi, aku tahu kamu gak tertarik dengan kabarku 'kan, Fanny?"

Gadis itu terkekeh, menaruh tangannya di kedua sisi. "Lo pasti benci sama gue, ya?"

"Memang."

Fanny kembali merunduk, lalu kembali memaksa tersenyum. "Maaf."

Neraca berdecih, irisnya terlihat tajam serta kosong. Gadis itu lalu tertawa, merasa geli di sekitar perutnya. "Maaf?" Ia mengulangi kalimat teman lamanya. "Memangnya setelah aku maafin kamu, bakal ada yang berubah?"

Fanny menoleh, tertegun melihat aura Neraca yang berbeda. "Sudah jelas, kan? Gak ada, Fanny." Saat Neraca hendak beranjak, Fanny menahannya. Gadis itu menangis lalu bersimpuh. Selama ini ia tertekan, Fanny menyesal atas segala kesalahannya.

"Lo gak perlu maafin gue, gue sadar diri gak akan pernah pantas. Tapi, gue punya permintaan, gue mohon pertimbangkan untuk yang terakhir."

Neraca terdiam.

"Kembali lagi sama Glenn, Ner." Katanya tersedu. "Gue gak bisa lagi bersikap seolah gak tahu, selema ini gue tersiksa lihat Glenn menderita. Dia ... cuma cinta sama lo, Neraca."

Fanny memegang erat tangan Neraca, ia hampir saja bersujud jika Neraca tak mendorongnya. Gadis itu mendongak, air matanya terus berjatuhan. "Gue pikir dengan merebut Glenn dan menjauhkan kalian, gue bisa buat dia bahagia. Ternyata gue salah, walau raganya terus di sisi gue, hatinya terus berkelana. Gue capek, gak tahan lihat Glenn sedih lagi, rasanya ... gue bisa mati!"

Gadis itu mendongak, menatap Neraca penuh harap. "Jadi, plis. Tolong kembali."

Neraca berkedip, tak lama gadis itu malah tertawa, membuat Fanny di sana terlihat heran. "Kamu ... benar-benar buatku jijik, Fanny." Katanya sambil memegangi perut lantaran geli. "Setelah semua yang kemu perbuat dulu, sekarang kamu berani bersikap seolah yang paling tersakiti? Apa itu gak kebalik? Aku gak ngerti, ini terlalu hina, rasanya ... perutku mual." Detik setelahnya, Neraca mengeluarkan isi perutnya, gadis itu terbatuk-batuk- linu.

Fanny berusaha berdiri, masih tidak mengerti dengan Neraca yang tiba-tiba muntah di hadapannya. "Neraca..."

"Dengar, Fanny." Neraca meludah ke sembarang arah, gadis itu lalu mencoba kembali berdiri tegap. "Kamu terlalu mudah menyerah sekarang, bukannya dari dulu kamu sadar kalo cintamu tak berbalas?"

Apa maksudnya?

"Kamu tahu dulu Glenn gak pernah cinta sama kamu, tapi tetap memaksa. Kamu cari cara, rebut dia dengan memanfaatkan rasa putus asanya. Kamu deketin aku juga karena ada maunya. Dulu kamu begitu picik. Sekarang ... kamu nangis? Memohon buat aku kembali. Kamu gak punya harga diri? Perasaanmu ke Glenn bukan lagi rasa obsesi?"

Fanny merapatkan bibirnya, tangannya perlahan mengepal- kuat. "Nikmati aja apa yang kamu pilih." Neraca tersenyum guyon, melirik sekilas Fanny yang masih bungkam. "Kamu dari dulu hanya ingin menjadi yang kedua. Bukannya seharusnya ini gak masalah buat kamu, ya?"

Am I ? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang