26. Since I Met You

1.9K 176 8
                                    

Playlist;
Huh_Gak(허각)_-_Since_I_Met_You_(그댈_만난_이후로)

***
Since i met you, my world is changing.

***

Gadis itu menerawang, tangannya terangkat menutupi cahaya yang menyilaukan netra. Pelan-pelan ia membuat gerakan seolah menggenggam sang surya di atas sana, gadis itu tersenyum kecil, akhirnya ... ia mampu memiliki cahayanya sendiri.

Hiruk-pikuk memenuhi seluruh pendengarannya. Namun, Neraca seolah sudah terbiasa, semenjak bertemu dengannya, dunianya berubah, gadis itu merasa sama dengan mereka semua. Inikah hidup yang sesungguhnya?

Rasanya sungguh melegakan sekali, Yaa Tuhan.

"Tetap seperti ini saja ..."

Bersamaan saat ia bergumam, ketua dari masing-masing kelas memberikan aba-aba siap. Kicauan itu pun memudar, digantikan oleh petugas yang siap melaksanakan upacara rutin yang dilakukan seluruh siswa dihari senin nan ceria.

Waktu berjalan begitu singkat, semester genap pun hampir usai. Lalu untuk pertamanya, akhirnya pihak sekolah kembali mengumumkan acara tahunan, dan seluruh siswa pun sepakat, akan diadakannya camping besar-besaran di daerah pegunungan.

"Menanggulangi apa yang sudah dibicarakan, Bapak menerima laporan dari pembina dan ketua OSIS, bahwa untuk setiap angkatan harus berpartisipasi meramaikan acara. Apa kalian setuju?"

"TIDAK!!!"

Kicauan itu kembali menggelegar, barisan anak IPA yang terkenal rapi nan elegan terkekeh, saat rekannya dari jurusan lain ngotot menyerukan ketidaksetujuannya untuk berpartisipasi dalam acara. Lihat Damai mengapa heboh sekali, Neraca geleng-geleng kepala saat tunangannya itu ditegur staf OSIS yang berjaga. Apa semua anak IPS begitu semua, ya?

Ck, memalukan.

"Apa sih, bocah. Gue lagi menyerukan makna yang tersirat, nih." Damai membeo kepada adik kelasnya yang berstatus sebagai jajaran OSIS itu, "gue gak setuju ya, setiap angkatan mesti ikut kegiatan."

"Hilih, bacot lo, Kak."

Damai melotot garang saat adik kelas OSIS itu berucap santai dengan mata malasnya, tunggu ... tatapannya itu mengingatkan kepada salah satu teman tunangannya.

Dia ...

Damai yang hendak kembali berucap, ditahan Cakra yang berbaris di belakangnya. "Iya bener, doi si Xavieru Langit, adeknya bebeb gue Rubby Mentari."

Woah. Sungguh perpaduan yang sempurna, bagaikan satu kesatuan, matahari dan langit memang tak terpisahkan. Pantas saja keduanya terlihat sama, sama-sama menyeramkan.

Damai bergidik tak jadi membalas ucapan sang adik kelas, Langit dengan tatapan datarnya mengabaikan tingkah sok unyu Damai, pria itu pun berbalik santai dan berpindah tempat jaga. Aura Langit terpancar walau dilihat dari balik punggungnya, ia penuh ambisi dan berwibawa tinggi.

"Bener-bener kakak-beradik lempengnya kayak patung pancoran, Cak." Damai berbisik sambil sesekali cekikikan, "Mereka itu tipe-tipe manusia yang ngelihat manusia cuma sebatas kuman. Hati-hati lo disikat sama soklin softener 500an. Haha."

Cakra terpingkal hingga membuat barisan mereka kacau, Damai memang selalu saja receh seperti biasanya. "Diem bego, nanti si Biru Langit ke sini lagi."

"Damage lo gak ngotak! Sumpah, Dam, tadi tuh kocak."

Samudra yang memang selalu kepo, diam-diam mencuri celah dari obrolan kedua sahabatnya. "Ngomongin apaan?" Katanya polos sambil menaruh manja dagunya di bahu Cakra. Cakra yang menoleh pun terkaget, sebab posisi tadi wajah Samudra hanya berjarak beberapa centi saja dari wajahnya.

Am I ? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang