8. Prospects (Oma Yasmin)

4.6K 414 3
                                    

"BANGUN OYY!!"

BRAK!

"Aww!"

Pria itu mendesis. Belakang kepalanya sungguh terasa sakit. Jatuh lagi. Pasti ia tertidur semalaman di bawah ranjang tanpa sadar. Ahh, dasar manusia, bagaimana mungkin ia nyaman dan tak terusik sama sekali selama semalaman.

TOK.. TOK..

"OYY BANGUN ATUH BUJANGAN!!"

Mengerjapkan matanya berkali-kali. Pria itu kemudian berdecak sebal masih dengan berposisi tengkurap, lalu tak lama siluet itu perlahan memundurkan tubuh untuk segera beranjak dari kolong tempat tidurnya. Yaa, selama ia hidup ranjang adalah satu-satunya tempat ternyaman di dunia, tapi setelah posisi dekapan sang bunda pastinya. "KENAPA SIH CES? GUE KEJEDOT LAGI NIH!!"

"DASAR ANAK KURANG AJAR! CEPETAN BANGUN ANTERIN MAMA BERANGKAT KERJA!"

Meringis kikuk, pria beriris cokelat dengan bulu mata lentik itu berdiri seraya menggaruk tengkuknya asal, lalu ia pun keluar dari ruangan menuju sang bunda yang tengah mempersiapkan sarapan.

"Ma, berangkat kerjanya sendiri ah, malu tau diledekin tukang sayur mulu." Kata pria itu setelah keluar kamar, dengan santai bak di Hawai, pria yang masih memakai piyama tidur bergambar tayo itu duduk lalu tanpa dosa mencomot roti bakar, ia melupakan satu hal bahwa tadi belum sempat menggosok giginya. "Ces, kok rotinya asin?"

Melemparkan pisang ke kepala anaknya, Yohana- wanita karir serta ibu gaul beranak satu itu beranjak menghampiri putra semata wayangnya yang tengah meringis sambil mengusap-usap belakang kepala. "Dasar anak terlalu sopan! Ces Ces gundulmu!"

Menatap sebal sang bunda di hadapannya, pria tampan dengan iris sayu itu mendengkus lalu kembali meringis sebab lagi-lagi ia digetok karena bersikap tak sopan secara terang-terangan. "Apa sih Ma, Mama 'kan Incess nya akoh." Bergidik ngeri karena sikap sang putra yang semakin hari semakin eror, tanpa ragu wanita karir itu menoyor dahinya gemas. Dan.. tawa renyah pun menggema di seluruh ruangan.

"Dosa apa ya Mama teh dulu sampe punya anak kaya kamu, Damai." Kembali terbahak-bahak, pria bernama Damai itu menatap sang bunda dengan sorot jenaka, "cepetan sarapannya, nanti Mama kesiangan."

"Ck, Damai malu ih, masa nganterin Mama malah Damai yang diboncengin terus, sih?" Damai kembali protes sambil mengunyah roti bakar persis gembel yang tengah kelaparan, pria itu merasa kelelakiannya tercoreng sebab Yohana tak pernah membiarkannya membawa sendiri kendaraan jika mereka sedang bersama, "kalo gini terus kapan Damai punya pacar, cewek-cewek ilfeel kali liat Damai setiap pagi diboncengin sama induknya."

Tertawa melihat raut derita yang dipancarkan sang putra, Yohana kemudian tanpa beban beranjak untuk mengambil susu yang tadi lupa ia bawa, "Emang itu tujuan Mama. Mama gak mau Damai punya pacar dulu, gak sudi kalo nanti kasih sayang anak satu-satunya Mama malah terbagi sama yang lain."

Uhuk-uhuk!

Keselek salivanya sendiri, Damai menoleh tak percaya kepada sang bunda yang kini tengah tertawa kesetanan.

Astagfirullah..

Keterlaluan. Ini bundanya mau membuat Damai jomblo sampai bangkotan?

"Mama! Damai gak mau jadi jomblo terus-terusan!" Damai kembali mengunyah, pria itu hanya mampu geleng-geleng kepala sambil menepok dada karena melihat tingkah sang bunda.

Am I ? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang