42. Efforts (Ex)

2.3K 159 8
                                    

"Nilon, gak masuk lagi?"

Pagi-pagi sekali Damai sudah di sekolah, pria itu mengajak serta kedua sahabatnya untuk melancarkan aksinya, ia sedang mengetik sesuatu lalu saat di layar ponselnya menunjukkan centang dua biru, pria itu tersenyum lalu mengangguk. "Nilon lagi difase patah hati, biasanya kalo cowok ganteng sedih dia pasti menutup diri."

"Wah!" Cakra berseru heboh, "nah begitu, kalo cowok ganteng, sedihnya harus keren, gak ngerepotin orang lain. Ini elo, gak pernah sadar diri, patah hati malah ngajak ke sekolah pagi-pagi-" Melihat Damai mengeluarkan sesuatu di  ranselnya, Cakra tertegun. "Dam, lo ... mau ngapain, sih?"

Samudra geleng-geleng kepala, saat di sana, pria bermata sayu itu bersembunyi di balik papan informasi. Damai memberi isyarat kepada mereka untuk melakukan hal yang sama, mau tidak mau Samudra-Cakra mengikutinya. "Lo ngapain pake topeng kucing?" Samudra bertanya keheranan, kali ini apa lagi coba yang ingin dilakukannya sahabatnya.

Di balik topeng, Damai nyengir. "Gue ... mau ngagetin Aca."

"HAH-"

"Hai ... cewek." Saat Samudra-Cakra masih ternganga, tiba-tiba saja Neraca lewat. Gadis itu mengerutkan dahi, lalu matanya membola saat Damai keluar dari persembunyiannya sambil melompat dan berteriak seperti orang gila. "CILUK BAAAA!!"

Neraca tertegun, gadis itu menutup netranya lalu berusaha mengatur napas. Damai tertawa. "Kaget, ya?" Kata pria itu tanpa dosa, di sana kedua sahabatnya terkekeh garing melihat tingkah kekanakannya. Damai sungguh bodoh sekali, Ya Tuhan.

"Aku buat rencana ini semalaman, tahu." Melihat Neraca yang mulai mengepalkan kedua tangannya- kesal, Damai menurunkan topengnya. "Kamu suka?"

"Gak lucu!" Balasnya dingin, Damai berkedip saat gadis itu dengan cepat berlalu pergi. Damai pun tersulut emosi, pria itu mengepalkan tangannya- kuat.

"Aca ayo balikan!" Kedua sahabatnya terbatuk, setelah tadi berbuat onar telah mengagetkannya, dengan tidak tahu malu ia kini mengajak balikan. Sebenarnya ... isi otak Damai itu apa, ya?

"Tadi kamu bilang apa?" Neraca menghentikan langkah namun masih setia memunggunginya. Damai berdehem seraya menggaruk tengkuk, pipi pria itu bersemu.

"I-iya balikan, aku sama kamu cmiw-an lagi. Aku tuh gak bisa kalo begini. Ayo, kita kencan lagi?"

"Gak."

"Makasih." Damai tersenyum cerah, pria itu menyisir rambut dengan jari-jarinya. Akhirnya ia-

"Hah?" Tersadar dengan balasan gadisnya, Damai melotot saat Neraca kembali beranjak seraya mengibaskan tangannya ke udara. Wah, si mantan mau coba-coba jual mahal nih ceritanya?

"Dasar mantan sok keren." Sudah beberapa puluh kali pria itu mengoceh di kelas, setelah waktu lalu rencananya tak sesuai ekspektasi, Damai terus saja berceloteh di sepanjang jam pelajaran. "Dia pikir yang terhebat, dasar sok cantik. Tapi ... emang cantik, sih. Aaaaaaa-"

Dengan tiba-tiba pria itu berdiri sambil mengacak rambutnya- kasar, Damai menelan saliva saat seluruh teman beserta guru menatapnya- heran. "Damai, kamu kenapa?"

"Anu-" Pria itu cengengesan, lalu mengaduh saat Samudra di belakang sana memukul kepalanya- gemas. "Apa, sih?"

"Damai ngelindur, Pak. Tadi mimpi ditolak, pas mau ngajak balikan pacar." Cakra menggoda habis-habisan. Teman-temanya semua tertawa.

"Damai ditolak si Aca, seriusan?"

"Iya."

"Sembarangan!" Merasa terhina, Damai membalas memukul kepala Samudra dan Cakra dengan buku. "Gak ada sejarahnya, gue ditolak, ya. Catat, wahai teman-teman."

Am I ? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang