25. Tell Me

1.8K 175 21
                                    

Playlist;

Kim_Na_Young_(김나영)_-_Tell_me_(말해줘요)

***

"Kamu ... marah?" Gadis cantik itu menahan napas, rasanya ada berjuta tusukan yang tengah ia rasakan, walau sedari tadi ia berusaha menutupinya mati-matian, tetap saja pria yang sekarang sedang menggenggam lembut tangannya itu akan mudah membaca setiap gerak-geriknya. "Dari tadi diam terus, sepi tahu." Ia tersenyum sambil mengeratkan genggamannya.

"Aku ... baik-baik aja."

"Bohong." Pria itu menoleh, lalu maju selangkah demi bisa berhadapan dengan gadis yang berstatus sebagai kekasihnya. "Pasti masalah Luna, iya?"

Lentera sontak mendongak, tatapan mereka saling beradu sejenak.

"Ra, Luna sama sek-"

"Aku capek!" Lentera menghempaskan tangannya- kasar. Nilon mendesah~ pasrah. "What are we? Aku gak ngerti dengan hubungan kita selama ini."

"Aku ... sakit." Beo gadis cantik itu sambil tersenyum getir, "apa selama ini kamu bisa rasain?"

Nilon bergeming. Netra pria itu menunjukkan kebimbangan. Lentera terkekeh pedih di sana, masih tetap sama. Pria di hadapannya ini pasti belum bisa mengambil keputusan.

Gadis cantik itu tertawa saat tubuhnya tiba-tiba di tarik lalu di dekap Nilon penuh kehangatan. "Kalo sekarang kamu bilang mau nyerah. Aku gak mau, Ra. Tolong, aku gak mau sendirian." Lentera merapatkan matanya, rasanya hatinya terlalu ngilu mendengar permohonan Nilon yang memintanya untuk terus berjuang. "Aku sayang sama kamu. Dari semalam pikiran aku kalut, aku takut ... kamu ninggalin aku."

"Please-"

"Tapi, Papa kamu dari dulu memang gak pernah suka sama aku!" Sela Lentera, Nilon semakin mengeratkan pelukannya. "Aku ... lelah dengan sikap kamu yang gak bisa tegas. Aku capek backstreet, Nilon. Aku butuh kepastian. Aku juga gak tahan dengan sikap kamu yang berubah-ubah. Aku cemburu saat caramu menatap Luna sama persis seperti kamu menatapku!"

Dalam sekali hentakan, Lentera menarik diri. Nilon mengerjap dan berusaha menjangkau Lentera kembali. Ia tidak menyangka jika kejadian kemarin sore itu sungguh membuat gadisnya ...

"Aku kesakitan.." Lentera melirih, wajah Nilon mendadak pias. "Kamu terasa asing. Nilon ... Apa sebaiknya kita berhenti, kita akhiri semua ini?"

***

Cih.

Drama pagi.

Neraca menatap datar Nilon dan Lentera yang tengah bersitegang. Kedua sejoli itu masih setia berdebat, lalu saat Nilon mulai meninggalkan Lentera sendiri, gadis itu tiba-tiba menjerit.

Neraca mengepalkan kedua tangan.

Mengapa manusia jika sedang diselimuti amarah, lebih memilih mengutamakan egonya?

Lentera juga, sudah tahu dia menjalani hubungan yang kurang sehat. Masih saja keras kepala tetap melanjutkan.

"Merepotkan." Gumam Neraca pelan, saat tungkainya hendak kembali melangkah, ia di cegah- tangannya ditarik seseorang.

"Cie, mulai peduli sama orang di sekitar, ya?" Selalu saja kehadirannya membawa warna, tawanya selalu saja mencairkan suasana. Berapa hari ia tak berjumpa, coba?

Seharian saja belum ada, tapi ... mengapa Neraca sangat merindukan sosoknya?

"Demi kebaikan bersama, jangan dulu ikut campuran urusan mereka, ya?" Neraca berkedip, Damai di posisinya kian nyengir. Lalu, tak lama pria itu mengganti rautnya, sedikit membuat Neraca terkejut sebab dalam waktu yang bersamaan pula pria itu menariknya agar lebih dekat . "Ikut aku dulu. Ada yang perlu aku jelasin, soal ... hilangnya aku kemarin."

***

Terjebak dalam keheningan.

Diselimuti segala macam perasaan.

Neraca sejenak menutup rapat netra, lalu perlahan berbalik, menatap Damai yang langsung saja mengangkat wajahnya- pria itu merasa sedikit kurang nyaman.

"Kamu ... ga marah kan?" Neraca mengepalkan tangannya diam-diam, "aku kemarin jenguk Venus ke rumahnya."

Jadi ... mereka semua membohonginya?

Untuk sesaat kepala Neraca terasa ingin pecah, lalu nyanyian kaset rusak memenuhi seluruh pendengarannya.

"Ca.."

Neraca tersentak, peluh tiba-tiba membanjirinya. Mengapa gadis itu merasa waktunya tadi berhenti, Neraca trauma tersakiti.

"Maaf untuk aku yang gak ngasih kabar sama sekali." Pria itu berucap dengan bersungguh-sungguh, lalu Damai kembali mendekat sambil menggenggam tangan Neraca yang terasa semakin dingin saja. "Maafin, ya. Janji gak akan ngulang." Damai tersenyum lebar, Neraca berkedip melihatnya.

Apa ini?

Hanya karena diberi senyuman saja bahkan sudah mampu membuat perasaan Neraca lebih baik. Lihat, hatinya memang murahan sekali.

"Aku gak marah." Akhirnya gadis itu mampu berucap, Damai mulai kembali ke tabiatnya, pria itu terlihat cungar-cengir tidak jelas. "Aku cuma khawatir aja."

"Masa?"

Neraca menarik tangannya paksa, Damai cemberut merasa diabaikan oleh tunangannya. Padahal, pagi-pagi begini bagus untuk acara mesra-mesraan, mengapa sih kekasihnya ini tidak peka?

"Tapi itu kenapa kamu ngadu sama si Incess, hayoo?" Damai menodongnya, merasa senang sebab Neraca kemarin ternyata begitu mengkhawatirkannya.

"Aku gak bilang apa-apa." Ucap gadis itu lempeng, "aku cuma ngasih kertas ulangan kamu doang."

"Kamu jahat!"

Lihat tingkahnya, jika tidak sadar bahwa yang di hadapannya ini tunangannya, Neraca yakin, ia tak akan berpikiran dua kali untuk melemparnya dari rooftop sekolah. Merajuknya seorang Damai itu terlihat menjijikkan.

"Peluk?" Secara otomatis gadis itu menggeleng, Damai semakin terlihat uring-uringan. "Balesan karena kamu udah bikin aku dimarahin nyonya besar." Sambil menahan tawa, Neraca keukeuh menggelengkan kepalanya.

"Yayang, bener-bener jahat!" Neraca mundur saat Damai berucap kesal sambil kembali melangkah mendekat. "Padahal aku kangen."

"Bodoh amat."

"Dih!" Damai tertegun, untuk pertama kalinya mendengar Neraca berucap nyeplos. "Bilang apa tadi?"

Gadis itu tertawa lalu berlari saat Damai memberi aba-aba ingin memeluknya.

"Yayang.."

Ingin rasanya ia menampol wajah sok unyunya. Astaga, Damai sungguh membuat harinya berwarna.

***

Annyeong 😍
Maapin karena lama gak nongol wqwq. Kangen Incess, gak?? Oya, slmt puasa bagi kalian para bucai yang menjalankan, ya.

Gomawo, sarangheo.

Am I ? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang