36. Paper Umbrella

1.7K 185 8
                                    

Playlist;

YESUNG_예성__봄날의_소나기_(Paper_Umbrella)

***

Suasana kembali kacau, kendala di acara tahunan ini tak ada habisnya menuai kontra. Setelah adanya anggota yang melaporkan kasus kehilangan, Bintang mondar-mandir, lalu menggerakkan tim keamanan untuk segera patroli.

Semuanya diarahkan untuk tetap tenang, dari pihak guru pun saling membantu para staff. Seharusnya saat ini mereka semua sudah melakukan perjalanan pulang, namun karena Neraca dilaporkannya hilang, kegiatan penutupan pun ditunda.

Kabar yang menimpa Neraca itu pun sampai di telinga Glenn Daxalle, pria yang awalnya sedang menghitung anggota, memeriksa keamanan bus itu kini terlihat murka. Wajah ramah yang beberapa hari ini ia perlihatkan mendadak sirna, Glenn berlari dengan jiwa kesetanan untuk segera mendapatkan penjelasan dari korban yang mengaku telah kehilangan satu teman kelompoknya.

"Kenapa Ner bisa hilang?!" Semua orang histeris, Glenn datang langsung menarik kerah Tyas- ketua yang seharusnya bertanggung jawab atas kelengkapan kelompoknya. "Kenapa lo gak bisa jagain dia?!" Tyas menangis, tubuhnya gemetar saat manik Glenn tak hentinya menusuk tajam.

Bintang tertegun melihat tindakan Glenn tersebut, berusaha menarik dan melerai namun dengan cepat Glenn justru menepisnya. Bintang terhuyung, pria itu benar-benar bingung.

"Si Ner di mana, jalang?!"

"Ki-ta gak tahu." Ucap Tyas terbata, tangannya berusaha menarik Glenn yang hampir mencekiknya. "Le-pasin, ini sakit."

"Glenn, lepasin anggota gue, lo ini kenapa, sih?" Bintang bertanya tak habis pikir. "Lo gila, ya. Inget lo itu Ketua!"

Pria itu terkekeh geli, Glenn kini mulai emosi. "Gue kenapa kata lo?" Katanya tak percaya, Bintang berkedip saat Glenn menatap hina seolah ingin membunuhnya. "Dari awal juga gue gak setuju kalo haiking jadi acara penutupan!" Glenn menghempaskan cekalannya terhadap Tyas, pria itu beralih menatap Bintang- ketua dari SMA Semesta. "Terlalu bahaya, resikonya tinggi. Kalo aja, haiking ditiadakan, kita  semua sudah pulang ke rumah masing-masing. Kenapa lo sebagai ketua gak bisa mentolerir, anggota lo gak semuanya berani. Muak gue sama lo yang terlalu obsesi gini!"

Bintang merasa tertampar, memang benar haiking ini adalah idenya. Namun, ia hanya ingin memberi yang terbaik, Bintang juga tidak tahu kejadian seperti ini akan terjadi.

"Dia lagi sakit..." Glenn melirih, Ketua itu menangis saat dewan guru mencoba menenangkannya. Tindakan Glenn sebagai ketua OSIS terlalu berlebihan, bagi pihak sekolah tentu ini memalukan. Aishh, acara tahunan kali ini ... benar-benar tragis.
"Kalo terjadi sesuatu sama dia, gue janji gak akan lepasin lo, Bi."

***

Gemercik air terdengar syahdu, udara segar menusuk kalbu. Ladang luas ini dipenuhi beragam bunga, Gadis itu tersenyum saat embun mengenai wajahnya, ia merasa bebas, ia merasa tak pernah sebahagia ini sebelumnya.

Gerimis kembali datang. Gadis dengan setelan gaun berwarna putih itu menutupi kepalanya dengan secarik kertas. Ia meneduh di bawah pohon besar dengan ranting bunga mawar yang terlihat cantik, terasa aneh sebenarnya, bagaimana bisa bunga mawar tumbuh dalam pohon tinggi nan besar ini?

Ia kembali tersenyum lebar, saat melihat bunga-bunga bergoyang tertimpa titik-titik air hujan. Di sana mereka seolah bergemira, bunga beragam di tengah ladang itu seolah menari kian ke sana ke mari. Tak tahan melihatnya, akhirnya gadis itu kembali turun ke ladang, ia ikutan menari dengan payung kertas yang menutupi kepalanya.

Ia tertawa. Gadis itu seolah terlahir kembali dengan perasaan sucinya. Saat ia ingin menyentuh bunga tulip, gadis cantik itu menyerengit, di dekat pohon besar ternyata ada air terjun yang begitu jernih. Saking jernihnya, gadis itu sampai bisa menatap jelas pantulan dirinya di bawah sana. Ia menghela napas sambil menyusuri sekitar, sebenarnya ... Ini tempat apa?

Saat matanya tertuju pada cahaya yang memantul dari atas langit, gadis itu lagi-lagi mengulum senyum. Tungkainya melangkah pelan mengikuti cahaya, mungkin ini saatnya untuk pulang dan berhenti bermain dengan bunga-bunga.

"Ada seseorang di sana?" Gadis itu tak jadi menaiki tangga yang disilaui cahaya besar, di samping air terjun ia menemukan sebuah sangkar dan di dalamnya terdapat seseorang dengan pakaian serba putih persis dirinya. Seseorang itu menekuk kakinya, menyembunyikan seluruh wajahnya dilipatan kaki. Pria itu ... apakah sedang sedih?

"Hei." Punggung seseorang itu menegak, gadis itu tersenyum saat seseorang itu ternyata pria, dengan sigap ia mengangkat wajahnya. "Kamu terjebak dalam sangkar?"

"Aca..." Gadis yang dipanggil Aca tertegun saat sang pria menatapnya sendu, seluruh wajahnya gelap, berbanding terbalik dengan pakaiannya yang putih menyilaukan. "Aca..."

Tangannya terulur dari dalam sangkar, gadis itu sama sekali tak mengenali sang pria yang wajahnya seolah dipenuhi dengan tinta. Hitam. Pekat. Ia terus memanggilnya lirih sambil terisak.

"Tolong...." Katanya sambil mengelus pipi gadis itu pelan, "aku sudah lama menunggu kamu. Tolong keluarin aku dari sangkar ini, aku ... benar-benar kesepian."

Entah mengapa hati Neraca begitu sesak mendengarnya, selama ini ternyata ada seseorang yang menunggunya dalam kesendirian. Air matanya menetes deras, tangannya bergetar menyentuh wajah hitam pria di depannya, gadis itu tersenyum saat tangannya menyentuh wajah sang pria, hitam di wajahnya kini perlahan memudar. Sang pria tersenyum lebar.

"Maaf, sudah membuatmu menunggu lama." Neraca menangis histeris, ia terus membelai wajah indah di depannya penuh kasih. "Selama ini ... kamu pasti menderita sendiri dengan kesepian ini. Aku datang, ayo kita pulang."

Neraca tiba-tiba membuka matanya, degup jantungnya berdetak tak beraturan. Dahinya dipenuhi keringat, tubuhnya kini tremor parah.

Mimpi?

Gadis itu tertegun saat sesuatu menetes mengenai wajahnya, pandangannya menyusuri sekitar. Ini di mana? Tunggu, mengapa posisinya kini ia seperti tengah di gendong seseorang?

Segera menunduk, gadis itu tak hentinya terkejut. Bukankah terakhir kali ia terjatuh dalam jurang, tapi mengapa kini Damai tengah menggendongnya?

Tunggu ... Tadi, siapa?

"Da-damai?"

Ia berhenti berjalan. Punggung pria itu menegak, Damai menghela napas lalu kembali menyusuri jalan. "Hm."

Jantung Neraca berdegup kencang, tangannya sengaja ia kepalkan lantaran sedari tadi tak hentinya bergetar. Damai yang menyadari perubahan itu, mencoba kembali berhenti berjalan. Pria itu lalu menggenggam tangan Neraca mencoba menenangkan. Dengan semua yang dialaminya, gadis itu ... pasti merasa ketakutan.

"Kamu gak usah khawatir, sekarang ada aku di sini. Aku datang, secepatnya aku pasti bawa kamu pulang."

***

Maapin, baru sempet ngetik yeorubun. Gimana, part ini biking bingung kalian, gak? Hahahaha.

Happy reading, yaaa 😘😘

Am I ? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang