35. Pushed Down

1.8K 181 12
                                    

Langit yang pekat, perlahan menunjukkan cahaya. Semilir angin menyapa kulit yang terasa dingin. Kicauan burung bagaikan alarm, memekikan telinga seolah tengah membangunkan siswa-siswi untuk segera kembali beraktifitas.

Neraca terjaga selama semalaman, gadis itu menghabiskan waktu hanya termenung menyaksikan perubahan alam. Rubby dan Lentera pun sudah pulang, dan kini gadis itu benar-benar sendirian.

Perlahan tungkainya terangkat- mantap, pagi ini Neraca tak hentinya mengatur napas di antara kerumunan orang, Glenn yang kebetulan sedang memandu acara pun tertegun, maniknya melebar saat ia menemukan Neraca yang terlihat mulai mengikuti intruksi senam.

Bukankah ... gadis itu seharusnya sudah pulang?

Secepat kilat, Glenn mengalihkan pandangannya ke arah barisan siswa, tangannya mengepal erat saat menemukan Damai juga terlihat sama sedang memandangi Neraca dalam diam.

Ahh, hatinya memanas, pria itu tidak suka cara Damai membingkai miliknya. "Gue ... benci banget sama lo, Damai."

"Hah, kenapa, Glenn?"

Pria itu segera mengendurkan wajahnya, ia menoleh lalu tersenyum ramah memandang Bintang. "Gak, kok. Gak ada apa-apa."

Acara senam pun ditutup dengan tepukan riang, namun di sana Damai seolah kehilangan fokusnya. Samudra yang kebetulan berada di sampingnya- menyerengit, jelas-jelas suara musik sudah berhenti, tapi mengapa Damai justru masih melakukan gerakan asal-asalan begini?

Aishh...

"Okay, semuanya. Selamat pagi!"

"PAGI!"

Damai tersadar, pria itu kembali menatap ke depan. Samudra cengengesan, ia usil membisikkan sesuatu kepada sahabatnya. "Inget, udah mantan."

Damai mengedikan bahu, berusaha tetap terlihat cool. "Mengingat acara tahunan ini sudah dipenghujung hari, dan penutupan acara akan dilaksanakan sebentar lagi. Jadi, bagaimana, apa kalian masih semangat teman-teman?"

"TIDAK!"

Bintang tertawa, merasa canggung juga sebab dari sebagian yang menjawab tidak adalah anggotanya dari SMA Semesta. Ahh, mereka memang nomor satu jika dalam urusan mempermalukan bintang sebagai ketua.

Glenn yang mendengar tawa garing Bintang, menepuk bahunya, pria itu tersenyum ramah lalu mencoba kembali mengambil perhatian. "Bagaimana jika kita langsung membagi kelompok saja, Kak?"

Dengan kompak para ketua tersebut memandu acara. "Ide bagus, mengingat matahari juga sudah mulai menunjukkan tanda nyata kehidupan. Ayo, langsung saja kita bagi kelompok untuk acara haiking."

Dengan refleks Damai menoleh ke arah Neraca, gadis itu terlihat menunduk- takut.

Jangan bilang ...

"Ini wajib diikuti semua anggota. Ingat, ya teman-teman."

"Dia ikut?" Di sana Bintang dan Glenn mulai membagi kelompoknya, mempersingkat waktu, jika anggota sudah dipanggil, mereka otomatis harus langsung melakukan haiking.

"Siapa?" Cakra menyahut, Damai menunjuk Neraca dengan dagunya. "Iya, ikut lah. Haiking 'kan emang wajib, Dam."

Damai mengangguk lalu tersenyum saat Neraca mulai sadar bahwa sedari tadi Damai terus memperhatikannya. Gadis itu menunjukkan wajah lempengnya, padahal di sana Damai menunjukkan senyum ramah, namun mengapa yang terlihat justru seringai yang begitu menyeramkan?

Pria itu pasti tengah meledeknya, sebab ia tahu jika hal yang berbau seperti ini Neraca memang kesulitan. Ahh, rasanya gadis itu ingin segera pulang dan mengakhiri semua penderitan. Membuang pandangannya dengan cepat, Neraca maju saat namanya dipanggil Bintang- sang ketua.

Am I ? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang